Day 27 : What Am I To Her/Him?

1.8K 381 27
                                    


Di hari ke 27, Joy sudah mulai merasa kecanggunganbukan, bukan kecanggungan dengan orang - orangnya, itu sih Joy tak ada masalah. Ini soal kecanggungan hidup di tengah belantara hutan yang jauh dari peradaban manusia modernyang ia rasakan terkait kehidupan sehari – hari di Dusun sudah membaik. Dia sudah terbiasa tanpa sinyal, dia mulai malas membuat instagram story dan hanya mengambil foto sebanyak mungkin yang ia bisa.

Joy sudah terbiasa joget hanya tiap minggu pagi untuk poco - poco dan bukan di club malam lagi. Nongkrong di teras Adipati mandangin bintang, alih alih pergi ke Senopati dan berpesta. Joy sudah mulai hafal, kalau catokan dan hairdyernya hanya bisa digunakan saat subuh, di mana saat itu pasokan listrik tak banyak digunakan. Joy sudah terbiasa kalau pengen mandi air hangat harus masak airnya di tungku, gak bisa pakai heat water seperti di rumahnya. Dan terakhir, Joy juga sudah biasa menghadapi protes perkara masakannya yang telor lagi, telor lagi. 

Tapi, Joy masih belum terbiasa juga. Kalau ternyata Kalla ada dekat dengannya, namun dia tak bisa menggapai dunia lelaki itu.

Setiap hari, Joy bisa melihat Kalla dari bangun tidur sampai tidur lagi. Bahkan sesekali menyiapkan makanan atau membuatkan teh manis hangat dengan alasan kebanyakan bikin. Tapinya lagi, ia masih merasa Kalla ada jauh darinya. Semakin Joy berusaha mendekat, justru semakin lelaki itu jauh.

"Eh, No."

Joy menghentikan langkah Reno yang hendak ke depan. Lelaki itu menoleh memutar tubuh.

"Tolong lo kasihin ke Kalla dong. Bilang aja lo kebanyakan bikin."

"Kenapa gak lo kasih sendiri?"

Wajah Joy memberengut, "Kalo gue yang kasih, rasanya gue jadi kaya pemeran antagonis yang manfaatin ketidak adaan Cinderella di sisi pangerannya. Ngambil kesempatan dalam kesempitan."

"Ngambil kesempatan yang ada di depan lo bukan hal jahat."

"Tapi apapun yang gue lakuin selalu terlihat jahat di mata orang lain, gue tuh antagonis material."

"Gue kaya, gue cantik, sexy, gue judes, suka gossip, gue seneng clubbing. Bahkan ada gossip gue tukang mabok, suka ngerokok, pakai narkoba dan dipake om – om."

Reno menghela nafas mendengar penuturan Joy. Lelaki itu mengambil gelas berisi teh manis hangat tersebut dari tangan Joy.

"Lo baik, Joyvanda. Cewek paling baik yang pernah gue kenal."

Setelah mengatakan itu Reno pergi menghampiri Kalla yang melamun di atas batu depan Adipati. Memberikan begitu saja gelas teh manis dari Joy.

"Orang baik nyuruh gue kasih ini buat lo."

Lalu pergi begitu saja dari hadapan Rama, berniat membantu Dirga mengangkut peralatan ke Sungai.

Joy tentu saja melihat itu semua, dia menatap di balik kaca jendela kepergian Reno. Berdecih sendiri mendengar kalimat cheesy teman sejawatnya tersebut.

"Cih, bisa – bisanya dia ngomong kaya gitu. Kayak kenal gue aja."

Perkataan Reno diam – diam membuat perasaan Joy terasa hangat. Tersenyum tipis merasa tersanjung.

"Si Reno kayaknya belum pernah ngadepin lo pas mode penyihir ya?" selidik Hoshi bangun dari tidurnya. Dari tadi dia rebahan di tengah ruangan, tapi kayaknya dia dianggap invisible.

Joy menoleh. "Kalo ngadepin kurcaci nakal kaya lo emang harus mode penyihir."

Hoshi mendelik, enak aja dia disebut kurcaci!

Tapi kekesalan Hoshi tidak bertahan lama, karena menangkap wajah sedih Kalla dari balik kaca jendela.

"Kalla masih galau aja?" tanyanya seorang diri.

BERTIGABELAS | 47 Days With Them✔ [SEGERA TERBIT]Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα