Day 30 : The Momment When You Fall For Someone

2K 393 106
                                    


Dirga masih terbaring menggenggam tangan Arin erat, semenjak ia sadar, tak barang sedetik pun ia melepaskan pandangan dan genggamannya. Membuat Arin bertanya – tanya, mimpi buruk macam apa yang Dirga lihat sampai seperti ini?


Mereka kini ada di Puskesmas. Semenjak Dirga ditemukan tak sadarkan diri, semua orang langsung ribut menyewa mobil angkutan barang membawa Dirga ke UGD Puskesmas 24 jam di Kecamatan.

Reno dan Hoshi ikut menggunakan motor, ditambah Arin bersama Juan di dalam mobil membawa Dirga.

Arin yang menawarkan diri untuk ikut, lalu disetujui Juan. Sementara Reno dan Hoshi kembali ke Adipati, Arin dan Juan menemani Dirga di Puskesmas.

Ini pukul 1 pagi, jadi Juan sudah tidur di luar ruangan, sementara Arin yang tak bisa tidur memilih menemani Dirga yang terlihat gelisah dalam tidurnya.

Sampai tadi, sekitar tengah malam, Dirga melantur dalam tidurnya.

"Kata Dokter, kakak bakal diperiksa besok buat diagnosis yang lebih tepat. Tadi, Kak Dirga baru dikasih infuse supaya gak kekurangan cairan sama dikasih obat tidur lewat infusan, terus juga dikasih byebyefever supaya agak turun demamnya."

Driga menyentuh keningnya, benar saja. Byebyefever tertempel di keningnya.

"Tapi Kak ... ini, kenapa?" tanya Arin bingung melihat tangannya masih digenggam Dirga.

"Lo gak inget sama gue?" tanya Dirga lemah.

"Hah?"

"Sebelum ketemu di bertigabelas, lo gak ngerasa pernah ketemu gue?"

Arin mengerutkan keningnya bingung. Di mana dirinya pernah bertemu Dirga sebelum program pengabdian?

Lelaki yang masih terbaring lemah di atas tempat tidur itu menghela nafas pasrah.

"Rin, dua tahun lalu, lo pernah jadi petugas medis atau panitia acara debat di kampus lo gak?"

"Petugas medis ... panitia acara debat?" gumam Arin seorang diri tampak berpikir.

Pupil matanya melebar begitu teringat sesuatu. "Iya! Pas aku maba, aku pernah jadi volunteer PMI di acara kampus gitu, iyasih acara debat kayaknya."

Lalu melirik Dirga semakin bingung, "Kok Kak Dirga bisa tahu?"

Hati Dirga mencelos, ternyata benar Arin.

"Lo gak inget? Pernah nolongin seseorang dan nemenin dia ke IGD? IGD Hasan Sadikin."

Selama beberapa saat, Arin terdiam mengingat hal yang dimaksud Dirga. Kemudian menutup mulutnya sendiri begitu mengerti.

"COWOK ITU KAK DIRGA?!"

Bahkan dalam keadaannya yang tengah sangat lemas pun, Arin berhasil membuat Dirga tersenyum kecil melihat ekspresi kagetnya. Mata dan mulutnya membulat sempurna.

Kepala Dirga mengangguk lemah, membuat Arin berdiri dan melompat – lompat kecil terlalu terkejut. Berita ini terlalu mengejutkan!

"Kok bisa? Maksudnya ... kita ketemu lagi, terus ... wah! Kak Dirga masih inget sama aku? Aku bahkan nyaris lupa pernah jadi panitia di sana!"

Diam – diam hati Dirga berdenyut kecewa, dia nyaris setiap hari teringat malaikat penyelamatnya saat itu, yang ia kira Wendy. Sampai mencari sana sini informasi. Melihat Arin bahkan baru ingat setelah ia beri tahu, membuat Dirga tak bisa sepenuhnya merasa senang.

Tapi tunggu, dia bahkan pernah mengira malaikat penolongnya itu ada Wendy, karena bentuk rambut dan pakaian yang mereka kenakan mirip, ia tak ingat apapun kecuali sedikit kilas baliknya. Berpikir soal itu, Arin yang tak mengingatnya jadi terasa wajar bagi Dirga.

BERTIGABELAS | 47 Days With Them✔ [SEGERA TERBIT]Where stories live. Discover now