Day 15 : Fear

2K 372 28
                                    


Lepas demisioner dari Organisasi Mahasiswa, Sonia Wendy langsung lepas landas pergi ke dusun bersama duabelas orang yang tak semua ia kenal orang – orangnya.

Wendy sampai bela – belain menghentikan penggarapan skripsinya untuk sementara selama 47 hari ikut program pengabdian ini. Sebisa mungkin, dirinya berusaha agar mendapat penunjukan dari pihak rektorat.

Untungnya, tiga tahun menjadi seorang Jurnalis Mahasiswa, aktif di kegiatan kampus dan dikenal sebagai seorang aktivis mahasiswa membuatnya tak sulit untuk mengajukan diri agar ditunjuk sebagai perwakilan dengan bantuan Jinan, salah seorang rekannya di Pers Kampus.

Semuanya demi Juan Adipraja Mahendra. Sosok mantan kekasih yang putus dengannya di tahun keduanya kuliah.

Lelaki yang kini tengah sibuk bermain bola bersama anak – anak dusun di depan sana itulah yang menjadi alasannya datang jauh – jauh dari Bandung.

"Kak, barusan gue di sms sama Pak Kades."

Dania datang bersama ponselnya ke hadapan Wendy yang duduk memangku pipi di teras Adipati.

"Katanya Ketua sama Wakil disuruh ke sana. Ada yang mau diomongin."

Wendy melirik, "Apa lagi? Kan persuratan udah beres? Izin pembangunan semua program udah beres 'kan? Lo sama Rendy udah ke sana."

"Itu dia gue juga gak tahu. Pas gue sama Rendy ke sana, kita cuman disuruh legalisir, udah beres sih. Tahu deh apaan, tapi katanya kalau bisa secepatnya Ketua sama Wakil ke sana. Lo yang ngomong ke mereka ya Kak? Gue mau ngurusin pembukuan koperasi dulu," melas Dania.

"Yaudah, biar gue yang bilang ke Juan sama Dirga."

"Yes, thank you Kak Wendy!" riang Dania lalu kembali masuk ke dalam Adipati.

Gadis itu berdiri memakai selopnya, berniat menghampiri Juan atau Dirga. Yang pertama dilihatnya adalah Dirga yang tengah diam berdiri di depan pohon dengan bunga berwarna kuning, memetiknya beberapa kali dan memakan? Wendy tak yakin, sedari tadi Dirga sibuk sendiri ngapain makanin bunga – bunga itu.

"Bunga-nya jangan dipetik sembarangan," tegur Wendy. Dirga kaget tiba – tiba ada Wendy, dia berasa kepergok.

"Gak sembarangan, ini gue lagi nyobain rasa bunga ini."

Kening Wendy berkerut, "Nyobain rasa bunga? Emang bisa dimakan?"

"Bis—"

"KAK YERIN! INI AKU UDAH BELI PERMENNYA!"

Ucapan Dirga terpotong oleh kedatangan Arin bersama Hoshi dari Warung. Berteriak nyaring kesenangan sembari memberikan permen pesanan Yerin dengan riang.

"Yeaa liat, lidah aku jadi biru!" melet Arin pada Yerin. Hoshi ikut lakukan hal yang sama.

"JAGOAN?"

"NEON!" seru Arin dan Hoshi bersamaan, lalu tertawa bersama.

Dirga menghela nafas lelah, kapan sih mereka bisa tenang? Begitu aja rame.

Lain hal dengan Wendy yang melihat itu lucu.

"Eh, Dir." Panggil Wendy teringat akan niatnya menghampiri lelaki di sampingnya. Dirga menolehkan kepala.

"Kata Dania tadi, Pak Kepala Desa nyuruh lo sama Juan ke Kantor Desa. Katanya ada yang mau diomongin."

"Ngomongin apa?"

Wendy mengangkat bahunya tak tahu.

"Gak tahu gue. Lo kasih tahu Juan gih. Secepatnya ke sana ya," pesan Wendy menepuk lengan Dirga mendorongnya agar menghampiri Juan. Sekalian, niat Wendy meminta Dirga yang bicara dengan Juan agar mereka berdua bisa akur lagi.

BERTIGABELAS | 47 Days With Them✔ [SEGERA TERBIT]Where stories live. Discover now