Day 12 : Do You Remember?

2.2K 384 183
                                    

Akibat dari Arin yang kemarin nyaris tertimpa dahan pohon, sampai sekarang Dirga dan Juan masih belum bicara lagi. Selain karena cuaca, suasana rumah jadi terasa makin dingin karena atmosphere para penghuninya yang semakin diam. Semua orang hati – hati bicara, bahkan Hoshi, Rendy dan Yerin yang biasa ramai juga jadi hati – hati.

Juan dan Dirga bahkan tak saling menatap ketika mereka berpapasan. Saat rapat pembangunan tanggul air pun, mereka tak saling bicara. Hanya Kalla dan Reno yang menjadi wakil dari keduanya.

Arin duduk di perapian belakang rumah, menatap arang dan pemandangan lembah serta gunung di depannya. Melamun seorang diri dan menghela nafas berkali – kali.

Tahu – tahu, Lino mengambil jojodog dan duduk di samping Arin. Ikut menemani kegundahan gadis itu.

"Mau cerita gak apa yang bikin lo menghela nafas berkali – kali kaya gitu?"

Arin menggerakan kepalanya sedikit menatap Lino lalu menghela nafas lagi. Anehnya, Lino malah tertawa melihat itu.

"Baru pertama kali ada orang yang hela nafas setelah liat muka gue."

"Maaf Kak Lino, Arin bukan ke Kakak kok. Ini lagi kepikiran kejadian kemaren aja."

"Yang di sungai?" Arin mengangguk.

"Kenapa? Masih kerasa sakit lukanya? Makin parah? Inpeksi gak?" tanya Lino runtut.

"Enggak kok. Lukanya baik – baik aja. Aku tuh kepikiran soal Kak Juan sama Kak Dirga. Mereka sampai sekarang masih berantem gara – gara aku."

"Aku emang ceroboh. Berkali – kali celaka dan sering nabrak orang juga di sini. Wajar Kak Dirga sampai kesel."

Lino menatap Arin lekat, "Rin, mereka berentem karena ego masing – masing. Bukan karena lo. Tanpa lo tahu, mereka punya sesuatu hal yang bersinggungan dan itu bukan soal lo sebenernya."

Arin menatap Lino tak mengerti, "Maksudnya Kak?"

"Mereka udah lama mendem sesuatu satu sama lain. Dan kejadian kemarin kaya memfasilitasi mereka buat saling nyalurin emosi ke satu sama lain juga."

"Aku gak ngerti," cemberut Arin.

Tangan Lino bergerak mengusak kepala Arin lalu tersenyum teduh, "Gak perlu ngerti. Itu bukan hal yang harus bikin lo ngehela nafas kaya gini. Yang perlu lo tahu, mereka berantem bukan salah lo."

Masih berada di atas kepala Arin, tangan Lino kembali bergerak menyusur rambut Arin. Menenangkan kegundahannya. Sampai sebuah suara terdengar dari belakang tubuh mereka.

Dania berdiri mematung melihat ke arah Lino yang tangannya masih berada di atas kepala Arin.

"S—sorry, gue mau nanya airnya udah mendidih apa belum. Sorry ganggu." Setelah mengatakan itu cepat, Dania langsung kembali masuk ke dalam rumah.

Kepala Lino menoleh pada Arin sesaat, "Gue ke dalam dulu ya." Sebelum akhirnya masuk, yang dibalas anggukan oleh Arin.


. . . . .


"Gue udah ngehubungin pihak kampus, kata mereka harus nunggu persetujuan orang atas dulu. Abis itu, nanti mereka hubungin lagi bisa atau enggak kirim filenya ke kita. Jadi perlu waktu beberapa hari lagi buat tahu daftarnya," lapor Reno.

"Kampus lo gimana?" lirik Reno pada Kalla dan Juan.

Mereka kini tengah berada di depan halaman Adipati. Bersisian agar percakapannya tak didengar yang lain. Ada Dirga juga, namun lelaki itu berdiri lebih jauh dari yang lain.

BERTIGABELAS | 47 Days With Them✔ [SEGERA TERBIT]Where stories live. Discover now