Day 39 : H for Hug and Happines

1.8K 396 96
                                    

Di sebuah gardu kecil, tempat TPA (Tempat Pembuangan Akhir) berhasil dibangun oleh Tim Sampah, dengan deretan tempat sampah sesuai jenis serta beberapa bahan kimia yang diperlukan untuk mengolah sampah, secara telaten Kalla memasang petunjuk pemakaian dan tata cara pengelolaan sampah pada tiap tempat sampah yang baru mereka beli lagi.

Berkat kemalingan yang mereka alami, mereka harus bekerja lebih ekstra. Untungnya, pendanaan tambahan berhasil disetujui, dan daripada lebih menyulitkan tim, mereka memilih untuk membayar pekerja untuk memasang kembali alat serta tempat sampah seperti program yang telah mereka susun sebelumnya.

Kalla melirik Joy yang tengah memeriksa daftar bahan kimia yang ada dengan data, memastikan tidak ada yang kurang ataupun lebih.

"Joy, yang waktu itu bener?"

"Apaan yang bener?"

"Yang waktu camping."

"Ohh..." respon Joy, lalu mengangguk. "Iya bener."

Alis Kalla naik satu, "kok bisa?"

Joy terkekeh, "kenapa gak bisa?"

"Gue gak nyangka aja, omongan gue ternyata bisa berpengaruh banyak sama seseorang."

"Omongan itu lebih tajem dibanding pedang," ujar Joy. "Makanya, kita harus hati – hati sama omongan."

"Denger lo ngomong kaya gini, lo jadi gak kaya tukang gossip."

Kali ini Joy tertawa, "yaelah, gue gossip juga fakta. Bukan asal ngumbar aib orang apalagi ngarang cerita."

Joy berbalik pada Kalla, lalu mendekat pada lelaki itu, sampai tubuh mereka nyaris menempel. Senyum Joy yang dihiasi lipstick berwarna maroon membuat Kalla pengap, belum lagi wangi mawar dari parfum yang Joy kenakan.

"Gossip Joyvanda itu, fakta yang tertunda atau fakta yang tersembunyi. Jadi hati – hati lo sama gue," ujar Joy lalu memberi satu kedipan pada Kalla. Setelahnya Joy berbalik begitu saja, mengibaskan rambut panjang hitam bergelombangnya sembari keluar dari TPA.

"Ayo balik, hari ini makan malamnya gak sama telor."

Kalla yang masih kaget atas apa yang dilakukan Joy barusan menghela nafas menetralkan detak jantungnya, lalu pergi menyusul langkah kaki Joy yang sudah menjauh.


....



Semua orang di bertigabelas, sudah tahu soal fakta jika Arin adalah adik Juan yang sudah hilang selama 20 tahun. Mereka semua berusaha diam di depan kedua kakak beradik itu, namun diam – diam sering berkumpul untuk membicarakannya juga.

Seperti sekarang ini, selepas Arin pergi ke warung dengan Dania, serta Juan yang pergi ke koperasi bersama Reno, sisa yang ada di Adipati sudah berkumpul di ruang tengah asyik membicarakan Arin dan Juan.

"Arin jadi sering keluar – keluar Adipati, keliatan banget ngehindarin Kak Juan," tutur Yerin.

"Dia bahkan jadi jarang makan, sekalinya makan dikit banget," timpal Rendy.

Hoshi menghela nafas, "baru dua hari ini gue gak liat Arin senyum. Padahal biasanya dia selalu senyum, nyaris tiap jam."

"Si Dirga tuh ikutan lemes gara – gara Arin gak senyum, kaya mataharinya ilang," sahut Rendy jahil yang langsung ditimpuk Dirga pakai kertas entah apa yang ada di sana.

Yerin melihat itu dalam diam, memendam senyuman mirisnya sendiri. Hanya Hoshi yang diam – diam melirik, kini baru sadar atas sikap Yerin selama ini.

BERTIGABELAS | 47 Days With Them✔ [SEGERA TERBIT]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora