Day 16 : Who Will Be The Most Crushed?

1.9K 374 40
                                    

"An, makan dulu."

Juan tidak mengindahkan ucapan Wendy, Mahasiswa hukum itu terus sibuk mengetik sesuatu di laptopnya.

Melihat Juan tidak merespon sama sekali, Wendy langsung merebut laptop dari pangkuan Juan, membuat mantannya tersebut terperangah.

"Gue bilang, makan dulu," tutur Wendy tegas. Juan tak membalas ucapan Wendy selain hanya mengangguk, langsung menurut mengambil piring.

Wendy dengan telaten menyendokkan nasi dan lauk pauk yang dimasak Reno, Yerin dan Lino siang hari itu. Mereka bertiga kebagian masak untuk makan siang di hari ke - 16 ini.

"Gak sarapan, gak makan siang, gak makan malam. Dari hari pertama sampai ke 16, TELOOOR MULUUU," dumel Hoshi misuh – misuh sambil menyendokan satu sendok telur dadar.

"Gak usah dimakan kalo gak mau! Adanya cuman telor!" kesal Yerin.

Hoshi mencebik, selalu aja begitu ancamannya.

"Kali – kali masak yang lain aja Rin. Kasian juga anak – anak bosen telur mulu," usul Juan sehabis menelan suapan ke tiganya.

"Kita kan dikasih banyak supply telor sama mie instan dari kampus, sayang kalo gak kepake. Lagian, lumayan buat berhemat uang operasional. Kata lo kan kalo ada lebih buat bantu program," terang Yerin.

"Iyasih, tapi kasian juga tiap makan Hoshi, Rendy, Rama, sama Dirga nekuk muka mulu dikasih telur," lirik Juan pada nama – nama yang disebut.

"Gak usah ngelak, karena keliatan dari muka – muka lo pada," potong Joy sebelum Dirga sama Reno mau menyela, lalu lanjut ngunyah telur dadar.

"Lama – lama gue ikutan bertelor," sedih Rendy.

"Rin, lo gak makan telornya? Buat gue ya?" tanya Kalla, Arin menoleh dan mengangguk, membiarkan Kalla menyendok telor dadar bagiannya.

"Gak suka? Gue liat lo jarang makan telornya," tanya Lino.

"Bukan gak suka, tapi jaga – jaga, takut bintitan Kak."

"Kok bintitan?" tanya Joy menyendok tumis sayuran ke dalam piringnya. Dia gak makan nasi, lagi diet.

"Kalo kebanyakan makan telur aku suka bintitan. Muncul di mata gitu," jelas Arin.

"Mulai besok, jangan masak telur lagi ya. Belanja aja ke pasar kalau bahan makanan kurang. Jangan maksain diri berhemat tapi malah bikin kita gak enjoy. Dana operasional kalo kurang, gue bisa minta lagi ke pihak kampus," ujar Juan tiba – tiba.

Juan melirik Arin, "Kalau bintitannya muncul, cepet bilang. Kita ke Dokter." Arin mengangguk mengerti. "Iya, makasih Kak Juan."

Beres makan siang, mereka mengerjakan tugas masing – masing kembali. Hanya Kalla, Reno dan Rama yang pergi menengok keadaan lokasi program mereka dibangun siang itu. Sisanya akan pergi sore hari untuk membantu persiapan kelas penyuluhan pengelolaan sampah dari Tim yang dipimpin oleh Joy itu.

Dirga sedari tadi duduk di dipan belakang Adipati, sengaja berdiam di sana memperhatikan Wendy yang tertawa berdua bersama Juan di turunan lereng gunung. Agak jauh dari Adipati, menjorok ke dalam perkebunan teh yang terhampar luas di sana.

"Kak, kalau cuman diliatin begitu, Kak Wendy-nya mana tahu!"

Dirga menoleh ke samping, sudah ada Arin yang ikut mendudukan diri di sampingnya, ikut memperhatikan Juan dan Wendy.

"Sok tahu lo."

"Aku emang tahu kok!"

Sudut bibir kanan Dirga tertarik, "Tahu apa lo?" tanyanya ketus.

BERTIGABELAS | 47 Days With Them✔ [SEGERA TERBIT]Where stories live. Discover now