Day 24 : Guest Who?

1.9K 398 73
                                    



"Gue suka sama lo."

Mata lawan bicaranya membulat, memastikan diri tak salah dengar.

"Apa lo bilang?"

"Gue suka sama lo."

Kening lawan bicaranya berkerut, semakin lama semakin rapat.

"Lo sakit?" tanya orang itu sangsi dengan keseriusan dari orang di hadapannya.

"Gue gak bercanda Dania. Gue beneran suka sama lo."

"Ren, lo kesurupan setan pembuangan sampah?"

"Lo nyamain gue sama setan pembuangan sampah?" tanya Rendy tak terima.

Dania berdecak, "Apa sih lo, jangan ngawur."

"Gue gak ngawur, orang gue beneran suka sama lo kok."

Dania melirik sekitar, mereka berdua tengah berada di bukit belakang Adipati. Dari sana, Dania dapat melihat lembah di bawah sana serta kebun teh yang terbentang luas, menjorok ke lembah maupun membentuk gunung dan bukit lain.

Pandangan Dania akhirnya kembali fokus pada Rendy yang merunduk, tangannya ada di kedua saku almamater, sementara satu kakinya terus menggesek – gesek tanah dengan ujung sepatu.

Kedua tangan gadis itu ia masukan ke dalam saku almamater. "Gue gak ada niatan terlibat cinlok di acara kampus kaya gini. Lo tahu sendiri, kalo cinta – cintaan pas kegiatan pengabdian mahasiswa itu bullshit."

"Kok lo bilang gitu?" tanya Rendy tak terima. Ini sama aja Dania bilang perasaannya bullshit, kan?

"Gue gak berminat sama hubungan yang terbentuk hanya karena perhatian kecil sehari – hari, perasaan anxious terjebak di sebuah tempat antah berantah yang susah sinyal, kesusahan dan berasa balik ke jaman megantropus, terus saling baper dan pas pulang kaya gak saling kenal dan bersikap seolah gak terjadi apapun."

Dania mendesah pelan, "Lo bahkan gak tahu gue aslinya gimana, yang lo tahu cuman gimana gue di sini."

"Gue serius, ini bukan candaan. Bukan cuman baper saat, bukan juga perasaan yang bakal ilang gitu aja, apalagi pas balik nanti bakal bersikap seolah gak terjadi apapun," ujar Rendy yakin.

"Ren, lo pasti udah banyak denger kalo kisah percintaan di kegiatan kampus kaya gini itu nyaris gak pernah berhasil. Jadi, lupain aja perasaan lo. Gue gak bisa terima," tolak Dania.

"Bilang aja lo emang gak suka gue."

"Ren ... "

"Bilang aja ini karena Lino."

Dania terdiam, wajah Rendy sudah mendung sekarang. Sorot matanya meredup, kepalanya tertunduk menghindari tatapan Dania.

"Gue tahu kok, lo sama Lino ada apa – apa."

"Gue gak—"

"—bohong. Gue tahu kalian ada apa – apa. Meski gak diomongin pun, semua orang tahu kalian selalu salah tingkah di deket satu sama lain. Diem – diem saling senyum dan ngasih perhatian," sendu Rendy.

"Gue cuman, berharap, kalau setidaknya, keberanian gue buat jujur bakal dapat apresiasi lo. Bakal ngetuk hati lo, supaya sedikit ngelirik gue. Tapi ternyata enggak."

Dania menghela nafas pasrah, "Iya. Gue suka Lino."

Rendy mengangkat wajahnya, lalu tersenyum miring, "Udah gue duga."

"Tapi gue sadar diri, Lino gak mungkin suka cewek kaya gue. Dia pasti lebih seneng sama cewek yang cantik dan lovable kaya Arin."

Giliran Rendy yang menghela nafas, "Bego."

BERTIGABELAS | 47 Days With Them✔ [SEGERA TERBIT]Where stories live. Discover now