9 | Tua Ngga Inget Umur

12.2K 811 24
                                    

★★★

Ups! Tento obrázek porušuje naše pokyny k obsahu. Před publikováním ho, prosím, buď odstraň, nebo nahraď jiným.

★★★

Bramastya Gramantha, Ayah dari Devano. Bram menuruni anak tangganya, lalu berjalan dengan langkah gontai menuju sang istri dan anak. "Kalian udah lama?" tanya Bram sambil mendudukkan bokongnya disamping Andin.

Zella menggeleng sambil tersenyum. "Enggak kok Pih." Bram hanya mengangguk sekilas, lalu menatap putra semata wayangnya.

"Gimana sekolah kamu? Masih suka bolos?" Dengan nada sedikit sindiran.

Devano mengangkat bahunya tak acuh. "So so."

"Eh Zella. Ikut Mamih ke dapur yuk, mau masak buat makan siang," ajak Andin, saat merasa suaminya membutuhkan waktu bersama anaknya. "Bi Ina tolong ajak Leon main ya, saya mau masak dulu"

"Baik Nya." Zella tersenyum lalu bangkit dari duduknya, mengikuti langkah Andin menuju dapur. Sedangkan Leon dibawa Bi Ina ke ruang bermain.

Setelah semua pergi, Bram langsung menatap Devano tajam, "Vano, Papih tau kelakuan kamu selama sekolah ngapain aja. Papih pesan, tolong kurangi kebiasaan buruk kamu. Kamu udah kelas dua belas, terus setelah lulus kamu harus nerusin perusahaan Papih. Jadi kamu harus belajar yang bener, jangan main-main terus," nasihat Bram panjang lebar.

Devano memutar matanya malas. "Hm, kapan-kapan."

Bram hanya menghembuskan nafas pasrah, memang kelakuannya dulu lebih nakal dari pada anaknya. Ia bahkan sering mengikuti tawuran dan sering kena skors dari sekolah. "Udah itu, dulu. Intinya Papih sekarang mau yang terbaik buat kamu."

"Hem, whatever," ujar Devano lalu bangkit dari duduknya, meninggalkan Bram yang membuang nafas jengah melihat kelakuan putranya.

Devano berjalan menuju dapur. Dimana disana ada Zella dan Mamihnya yang sedang memasak makan siang. Ia berjalan lalu melingkarkan tangannya diperut Zella dari belakang sembari menopang dagunya dibahu Zella lalu memejamkan matanya menikmati kenyamanan.

Gadis itu tersentak kaget, hampir saja jarinya terpotong oleh pisau tajam. Ia kemudian menoleh kesamping. "Kamu mau bikin aku celaka, hm?"

Devano hanya bergumam tak jelas sambil menggelengkan kepalanya. "Enggak."

"Untung aja jari aku belum kena pisau."

Perkataan Zella membuat Devano membuka matanya lebar dengan cepat ia membalikkan tubuh Zella menghadapnya. "Kamu ngapain pegang pisau sih! Kan aku udah bilang, boleh ke dapur asal jangan pernah pegang pisau. Kalau tangan kamu ke gores gimana?!" Devano seketika menjadi berang, melihat apa yang Zella-nya lakukan.

Zella seketika terkesiap, refleks ia menundukan kepalanya. "Hmm … a-aku cuma mau bantuin potong bawang."

Devano berdecak pelan, lalu menarik Zella kedalam pelukannya. Mengecup puncak kepala gadis itu beberapa kali. Andin yang melihat itu diam-diam tersenyum penuh arti. Ia jadi membayangkan dulu saat Bram posessive padanya. Tidak boleh tetek bengek yang ia sukai.

POSESSIVE DEVANO [GS 1] 𝐄𝐍𝐃Kde žijí příběhy. Začni objevovat