_Maaf, Seribu Maaf_

29 18 3
                                    

Bagaimana rasanya dibandingkan dengan orang lain? Kelebihanmu tak diungkit dan kekuranganmu disebarluaskan.

_Dzikry_

Untuk kesian kalinya, namun kali ini begitu sakit. Rasanya ingin aku lampiaskan sakit ini pada semua orang yang menyakitiku. Namun aku sadar, saat ini nafsu dan amarahku menguasai jiwaku.
Aku lebih baik diam, seperti biasanya.

Namun kali ini diam bukan solusi yang tepat. Aku lebih baik pergi dulu, menenangkan hati dan menghilangkan amarahku ini. Setelah ayahku selesai berbicara, aku langsung memberi salam dan pergi begitu saja dari tempat itu.

Kuabaikan semua teriakan orang orang yang memanggilku untuk kembali. Namun kali ini, mengalah bukan lagi alasanku untuk bertahan, pergi mungkin lebih tepat, tidak selamanya, sejenak saja. Jika sudah membaik, aku akan kembali dan mengambil tindakan yang arif dan bertanggung jawab sebagai seorang laki laki.

Selama diperjalanan, aku selalu terngiang ngiang dengan kata kata Ayah dan Kakakku. Rasanya sakit sekali jika mengingatnya. Namun aku bukan laki laki yang lemah, yang akan menangis dan pergi dari masalah. Namun untuk detik ini, aku hanya butuh menenangkan diri.

Karena tidak begitu fokus mengendarai mobil, aku tidak sengaja menabrak batang pohon mangga.

Astagfirullah. Meski tidak ada luka, namun mobilku tidak bisa berfungsi, karena benturan keras. Masalah apa lagi ini?Kesalku di dapam hati.

Nak, kamu tidak apa apa?”

Tidak apa apa pak, alhamdulillah."

"Abah tadi melihat mobil nanda melaju sangat cepat. Makanya abah ikutin dari belakang, Mau mengejar nanda supaya tidak ngebut kalau bawa kendaraan."

“Sebelumnya terima kasih banyak pak dan mohon maaf atas kecerobohan saya. Tadi, saya benar benar tidak fokus berkendaraan."

Tidak apa apa nak. Lain kali kalau tidak bisa nyetir sendiri, jangan paksain. Bahaya untuk keselamatan nanda dan orang lain. Untung saja tidak ada korban jiwa."

Iya pak. Saya tidak akan mengulanginya lagi. Maafkan saya pak dan untuk semuanya mohon maaf atas kecerobohan saya."

Panggil Abah saja. Disekitar sini ada bengkel langganan abah. Tadi, abah sudah telpon supaya kesini untuk melihat kondisi mobil nanda."

Saya tidak enak sama Abah, sudah merepotkan."

Tidak apa apa Nak. Bukan kah sesama manusia memang harus saling tolong menolong. Nanda tunggu disini saja. Kalau sudah datang sebut nama Abah saja. Abah Rahman. Abah permisi dulu nak."

Abah, bisa saya minta  alamat rumah abah. Barangkali dilain waktu saya bisa bersilaturahmi ke rumah abah sebagai tanda terima kasih saya kepada Abah."

Nak, kalau mau ke rumah abah, Nanda bisa bertanya sama masyarakat disini. Sebut nama Abah saja. Nanda pasti bisa mendapatkan alamat abah tanpa minta sama abah. Assalamu alaikum."

Waalaikummussalam."

Setelah kepergian Abah Rahman, dan orang orang yang tadi sempat menolongku, Montir dari tempat bengkel yang dituju Abah Rahman pun datang.

Yah Abah Rahman, orang yang pertama kali aku temui, sudah begitu baik padaku. Karena penasaran akan beliau, saya pun bertanya beberapa pertanyaan sama Montir yang sedang memperbaiki mobilku.

Jelas saja, Abah Rahman sangat terkenal di kompleks ini. Siapa yang tak kenal dengan beliau, punya hati seperti mutiara, tutur kata nan lembut dan sopan santun dan sangat peduli kepada sesama. Beliau juga merupakan salah satu donatur di beberapa masjid dikompleks ini. Beliau sangat suka menolong orang lain. Meski beliau hidup dengan kesederhanaan, beliau tidak pernah terlihat seperti orang yang kekurangan. Beliau meski sudah tua, Dia masih mau bekerja menjadi seorang guru bagi anak anak yang membutuhkan pendidikan. Bahkan beliau tidak pernah takut jika tak digaji sama sekali. Kurang lebih seperti itulah penjelasan dari montir itu.

Pantas saja Abah  tidak mau memberikan alamatnya kepadaku, aku bisa dengan mudah mencari rumah beliau, karena sudah dikenal di masyarakat sekitar. Aku berharap bisa bertemu dengan beliau lagi.

Setelah mobilku selesai diperbaiki, kuucapkan terima kasih pada montir dari bengkel langganan Abah, namun ketika aku mau membayarnya, Dia berkata bahwa semua ini sudah di bayar sama Abah Rahman. Mendengar hal itu, rasanya aku ingin segera ke rumah beliau.

Namun karena ada urusan kantor yang harus aku tangani secara mendadak, aku urungkan niatku. 15 menit yang lalu, Zafran asisten pribadiku menelpon untuk segera kembali ke kantor karena ada hal yang perlu saya urus dan tidak bisa diwakili oleh siapapun.

Aku langsung bergegas menuju kantor, namun ketika di depan masjid, aku melihat seorang gadis SMA sedang kelelahan dan memegangi kepalanya. Baru saja aku palingkan pandanganku, aku mendengar suara jamaah masjid mengucap istighfar dan meminta tolong. Sepertinya gadis itu sudah pingsan.

Akupun memarkirkan mobilku di samping masjid, dan segera bergegas ke arah kerumunan jamaah. Benar dugaanku, gadis itu pingsan. Mungkin dia kelelahan.

Karena pada saat itu, hanya aku yang punya kendaraan, beberapa ibu ibu mendesakku untuk membawanya ke rumah sakit. Mau tidak mau, aku harus membawanya, sebelum keadaannya makin lemah. Wajahnya begitu pucat.

Aku menggendongnya menuju mobil. Namun ketika aku meminta beberapa ibu ibu untuk ikut bersamaku, namun tidak ada satupun yang mau ikut, dengan alasan mereka bukan masyarakat disini, mereka juga para pendatang yang harus melanjutkan perjalanan mereka. Pada akhirnya aku sendiri yang mengantarnya. Tidak aku kenal bahkan tidak aku tau gadis ini kenapa bisa pingsan.

Setelah sampai di rumah sakit, perawat langsung membawanya ke UGD. Di ruang itu, aku disuruh melepas hijab dari gadis ini. Kalimat yang dilontarkan perawat itu membuat aku ternganga.

pak, tolong hijab istrinya dibuka."

Istri?. Perawat ini tidak bisa lihat apa. Gadis ini memakai pakaian SMA, kenapa dia bilang dia istri aku. Baru saja aku mau menjelaskannya, namun darah yang keluar dari kepala gadis itu makin banyak, mungkin akibat benturan waktu dia pingsan.

Aku membuka jilbabnya. Masya Allah. Dia gadis pertama yang aku lihat auratnya. Aku segera beristigfar dan memohon ampunan pada Allah SWT. Ini semua semata mata aku niatkan untuk menolongnya.

Setelah dokter memeriksa mengobati lukanya. Kini hanya aku berdua. Aku berniat untuk memakaikan jilbab gadis ini agar nantinya dia tidak salah paham. Baru saja aku ingin memakaikannya, Dia sudah sadar. Betapa kagetnya ketika dia melihat aku memegang jilbabnya. Dia langsung menangis.

Siapa kamu? Berani sekali kamu menyentuhku dan membuka jilbabku?”

jangan salah pahama. Aku.....”

Dia mendorongku, membuka infusnya dan lari meninggalkan ruangan. Aku sempat teriak.

“Aku hanya menolongmu, tidak ada maksud tidak baik, ataupun bernafsu padamu."

Namun dia tidak berbalik dan pergi begitu saja. Baru saja aku ingin mengejarnya. Tiba tiba hpku berbunyi. Ternyata pesan dari Zafran. Aku hampir lupa bahwa aku harus kembali ke kantor.

Aku langsung ke perawat menceritakan semuanya dan membayarkan semua biaya rumah sakitnya.  Setelah itu aku kembali kekantor. Semoga aku bisa bertemu gadis itu kembali dan menceritakan semuanya, supaya tidak ada kesalahpahaman. Hari ini banyak sekali hal yang menimpaku. Semoga menjadi pelajaran yang terbaik ya rabb.




JEJAK CINTA MUSLIMAHWhere stories live. Discover now