_ Waktu yang singkat_

11 5 0
                                    

Waktu itu
Bermakna disetiap detik
Berhikmah disetiap menit
Berharga disetiap jam

_Muslimah_

Semuanya berjalan begitu singkat, waktu, dan hari terus berputar hingga akhirnya sudah sampai diposisi ini. Banyak yang berubah, dan pastinya ada banyak cerita diwaktu yang singkat ini, menurutku.

Azizah yang mulai berubah, dia yang tidak begitu menyukai organisasi akhirnya terjun kedunia itu. Pakaiannya mulai berubah, tidak seperti dulu. Walaupun dulu tidak terbilang syar' i, Namun semua terhijab dengan baik. Dia mulai pulang larut malam sekitar jam 10 - 11 malam, alasannya tetap saja sama, urusan organisasi Qee.

Mulai memakai celana jeans, lengan baju mulai digulung sampai memperlihatkan sedikit auratnya, jilbab masih utuh, namun sudah dilempar kiri kanan.

Aku dan Azizah pernah bertengkar karena  itu. Aku menasehatinya untuk kembali memperbaiki cara berpakaiannya. Aku tidak pernah melarangnya untuk mengikuti organisasi, Namun jika perubahannya kearah yang kurang baik, sebaiknya dihindari. Namun dia menentangku.

Aku seperti kehilangan Azizah yang dulu, yang selalu menegur dan menasehatiku, yang selalu mengingatkan aku tentang pesan abah dan Bunda Maryam. Sekarang dia lebih sibuk dengan dunia luar dan teman teman barunya. Shalatnya alhamdulillah masih jalan, meskit tidak tepat waktu lagi, dan tahajjudnya yang sudah jadi kebiasaan, sekarang sudah menjadi jarang dilakukan.

_________

Nurkayla, sekarang dia sudah mulai berubah. Mulai membuka diri kepada teman teman yang lain. Meski diamnya masih mencari ciri khasnya. Dia bahkan sudah aktif di grup Whatsapp IAI khusus angkatanku, meski hanya sebuah kata yang singkat, menjawab salam,Yah, Tidak, Terima kasih atau sama sama. Bahkan dia sudah percaya akan keadilan Allah SWT, dia bahkan sudah mulai melaksanakan shalat lagi.

Aku masih ingat hari itu, ketika aku shalat dhuha di mushollah kampus, Dia datang disampingku dan menungguku selesai shalat. Setelah shalat, dia menyodorkanku sepasang mukenah berwarna merah maron. Mukenah itu peninggalan ibunya. Ibunya yang menjahit sendiri.  Mukenah itu dia berikan kepadaku. Dia berkata mukenah ini melambangkan kesederhanaan ibunya, Dia mengira sosok kesederhanaan itu ada pada diriku.

Dari itu, Dia menghadiahkan mukenah itu untukku. Aku sangat terharu. Aku sampai teringat Umi. Sosok ibu yang luar biasa bagiku. Kayla tidak mau jika aku menolak pemberiannya, sebagai ucapan terima kasihku aku menawarkan dia untuk kuajarkan shalat dan mengaji lagi.

Aku menawarkan itu bukan tanpa alasan, Aku sempat melihat catatan dibuku kuliahnya saat aku tidak sengaja duduk disampingnya, dia rindu shalat dan mengaji. Mulai dari itu, kami sering menghabiskan waktu luang di mushollah kampus.

Kak Cysara, senior yang tidak pernah mengajakku berbicara, disapa ataupun basa basi, Bahkan ketika aku berpapasan dengannya, dia seperti tidak mau menatapku, Selalu buang pandang dariku. Semoga saja dia tidak menyimpan sakit hati dan dendam padaku. Semoga suatu hari nanti, kita bisa menjalin silaturahmi setidaknya dengan awal mengucapkan salam dan menjawab salam.

Namun kabar terakhir yang kudengar, dia sudah putus dengan kak Dahlan sehari setelah dia berdebat denganku. Mungkin karena itu, dia begitu tidak baik denganku. Aku juga heran kenapa kak Dahlan bisa memutuskannya.

______

Kak Dahlan, setelah dia memperbaiki tali sepatuku, dia meminta nomor hp aku sebagai imbalannya. Benar benar laki laki menyebalkan. Tidak ada yang menyuruhnya untuk membantu memperbaiki tali sepatuku, dia sendiri yang datang dengan gayanya seperti laki laki romantis di sinetron dan acara ftv. Tapi sayangnya, itu alay menurutku.

Aku meninggalkannya hari itu tanpa kata apapun. Tiba tiba ponselku berbunyi, nomor yang tidak dikenal. Aku mengangkatnya. Aku kaget dan langsung berbalik arah. Itu suara kak Dahlan. Dia melambaikan tangan padaku. Dimana dia mendapatkan nomorku. Dari hari itu dia sering menghubungiku.

Syarif Irsandi, aku lebih banyak menghabiskan waktu bersama dia disela sela waktu kosong dikelas. Dia menceritakan semua kejadian kejadian yang membuatnya sadar untuk berubah menjadi lebih baik. Mulai dari dia berteman dengan anak seorang ustadz sampai dia diajak untuk mengikuti kajian kajian dimesjid tempat ayah temannya itu.  Setelah lulus SMA, dia tidak mau melanjutkan studinya, dia ingin menghafal .

Namun semua itu terhalangi karena orang tuanya ingin dia melanjutkan studi dan bisa mendapatkan gelar, jurusan yang dia tempuh sekarang pun bertentangan dengan keputusan orang tuanya. Ternyata dibalik senyum dan berubahnya itu ada banyak beban yang dia harus tanggung. Selalu kuat kamu, Ari.

Mengenai kenapa dia tidak ada waktu PBAK karena dia sudah masuk dikampus lain, Namun karena tidak betah selama 3 hari itu, dia akhirnya pindah kampus. Dan kampus yang dituju adalah kampus tempatku kuliah.

Aku tidak hanya menghabiskan waktu berdua saja dengan Ari saat berbincang bincang, Kami berempat.  Aku, Syarif Irsandi, Rismatul Kurnia, dan Nur Afifah Asryah. Mereka berdua teman sekelas, sekaligus teman dekatku.

Perkenalan kita begitu menarik. Mereka berdua juga merantau menempuh pendidikan disini. Kurnia dan Afifah tinggal di kos-kosan yang ada disamping kampus. Pertemanan kami dimulai saat  tidak sengaja aku mampir disebuah masjid yang tidak jauh dari kampus. Saat itu ada acara pengajian. Kurnia dan Azizah ternyata sudah beberapa kali kesana.

Pengajian disana dibawakan oleh tiga ustadz. Setiap hari rabu dibawakan oleh ust. Abdul Fajri, lc tepatnya pengajian kitab tentang fiqih, setiap hari jumat dibawakan oleh ust. Hasan al Basri, S.Pd., M.Pd kitab ta'lim Mutaallim dan setiap hari senin pengajian dibawakan oleh ust. Muhammad Hanan, Lc kitab Hadits arbain annawawi. Pengajian dilaksanan selepas shalat ashar sampai maghrib.

Dari situlah Aku, Kurnia dan Afifah mulai akrab. Dari ini pula aku banyak mendapatkan pelajaran dan perubahan. Aku mulai memperbaiki diri. Berbicara seperlunya, menghindari kontak dengan laki laki, menjaga pandangan dan mulai memperbaiki cara berpakaian. Meski dari dulu aku sudah berhijab, namun kali ini hijabku sudah sedikit panjang, gamis sudah mulai menjadi pakaian sehari hariku. Doa dan harapanku, Aku eratkan dalam shalat dan tahajjudku.

Terima kasih ya Allah untuk jalan ini, semoga cinta dan ridhomu selalu menyertai langkahku.

________

Satu lagi, laki laki menarik itu. Namanya Alif Dzikrullah AlFachry. Dia mahasiswa Fakultas Teknik jurusan Pendidikan Teknik Bangunan. Tidak banyak yang aku tau tentangnya, yang pastinya dia adalah pacar dari Nur Afidah mahasiwi fakultas MIPA jurusan kimia. Teryata dia sudah memiliki pasangan. Mereka berdua memang cocok, satu cantik dan satu lagi tampan. Dia beruntung bisa memiliki Afidah, cerdas dan memiliki suara yang bagus.

Informasi itu aku dapatkan dari Kurnia, karena sepupunya satu fakultas dengan Alif. Yah, kata kurnia Dia sering disapa Alif dikampus ini. Semoga aku bisa bertemu dengannya, mengucapkan terima kasih untuk permen dan dua jempolnya.

Sudah 5 bulan aku disini, bulan depan sudah diadakan ujian semester. Itu artinya sebentar lagi aku bisa menghubungi Abah dan Kak Hana.

Aku lebih banyak menghabiskan waktu diperpustakaan saat dikampus, membaca buku atau kadang numpang tidur siang.heheehe.

Selain dikampus, aku juga menghabiskan waktu mengajar Nurkayla mengaji di mushollah kampus, bahkan teman teman yang sudah dekat dengan Kayla seperti Arini dan Nurul mulai ikut belajar bersama Kayla.

Pulang dari kampus, aku sempatkan untuk tetap istiqamah mengikuti pengajian bersama Kurnia dan Afifah. Aku biasanya pulang setelah shalat magrib. Malamnya aku lebih banyak menghabiskan waktu untuk mengulang pelajaran kampus atau pengajian, membaca dan mengerjakan tugas tugas kampus.

Selain diwaktu kuliah, untuk waktu luang diluar kampus aku sering menghabiskan waktu bersma Ari, Kurnia dan Afifah untuk membantu Nurkayla. Yah, Nurkayla bersama bibinya mulai membangun warung makan didekat rumahnya. Modal itu ia dapatkan dari hati tulus Ari.

JEJAK CINTA MUSLIMAHWhere stories live. Discover now