Janji

268 22 0
                                    

– 5 Oktober 2009

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

– 5 Oktober 2009.

Pagi ini, Haven tidak masuk sekolah karena adiknya lahir. "Dengan Tuan Lee?" panggil sang perawat.

Tuan Lee yang tadinya hanya melamun karena terlalu khawatir dengan istrinya pun tersadar. "Iya?"

"Putri Tuan sudah lahir."

"Ah, baik." Haven tidak akan masuk ke ruang operasi, dia akan melihat adiknya nanti di kamar. Menyisakan Haven yang masih menggenggam tangan Huiyuan. "Haven, apa kau senang punya adik?"

"Senang, tapi mungkin."

Mendengar jawaban Haven, Huiyuan menoleh. "Haven, mau ke kolam? Di sini ada kolam, loh," tawar Huiyuan bertujuan untuk menghibur lelaki kecil tersebut.

"Mau!"

"Baiklah, ayo!"

:

"Haven, apa kau melihat ikannya? Ikannya kecil-kecil," ucap gadis itu sambil menunjuk ke arah kolam. Kolam yang dikelilingi dengan bunga-bunga, sudah jelas lokasinya ada di taman.

Haven masih sedikit bingung. "Di mana? Apa mereka takut karena aku datang?" tanya Haven seakan-akan ia kecewa. Ia kecewa kalau ikan-ikan itu memang takut padanya. Kedua matanya menunjukkan rasa khawatir, Huiyuan pun berjongkok di depan Haven.

"Ikannya kecil, Haven. Jadi tidak begitu terlihat." Haven semakin sedih, tetapi Huiyuan tahu betul cara untuk membuat Haven tak menangis.

"Ah iya, Haven! Lihatlah dirimu di kolam! Astaga, tampannyaa." Haven benar-benar melihat refleksinya di kolam ikan itu. "Akan terlihat lebih tampan kalau kau tersenyum, bukan?" lanjut Huiyuan.

Haven mengembangkan senyumnya. "Lihat? Haven, jangan bersedih lagi. Mengerti? Mungkin nanti kau akan sangat kesal karena adik, tapi percayalah, kau akan menyayanginya. Rasa sayangmu padanya akan lebih luas dari semesta. Mengerti?" ujar Huiyuan yang kemudian diangguki oleh Haven.

"Anak pintar!" seru gadis tersebut sambil mengusap kepala Haven

"Huiyuan.."

"Ya?"

"Aku mau bertemu dengan adik."

:

Terlihat bayi mungil yang diselimuti berwarna merah muda itu dengan nama 'Yancy Heaven Lee'. Bayi yang tidur dengan begitu tenang, tanpa merasa terganggu. Dari kaca, Haven memperhatikannya tanpa rasa bosan. "Yancy.. Lee?" gumam Haven.

"Ah, aku jadi teringat dengan adikku."

"Hm? Kau punya adik?"

"Tentu saja punya. Wajahnya mirip denganku, dan mungkin sudah jelas kalau Yancy akan mirip denganmu."

"Hoo!!"

Tuan Lee menghampiri Haven. "Haven, mau bertemu Ibu? Nanti baru kita lihat Yancy lagi."

"Mau!!"

Huiyuan yang melihat itu hanya bisa berharap kalau Haven bisa bahagia. Di mana pun dan kapan pun itu. Senyum hangatnya terlukis, hanya karena melihat kebahagiaan orang. "Huiyuan, ayo!"

Lamunan Huiyuan membuyar. "Kenapa tidak kau dan Ayah dulu? Nanti aku menyusul. Ya?"

Terlihat Haven yang cemberut. "Ah..!!"

"Eh? Baiklah, aku ikut."

Astaga, hanya mengatakan itu, Haven sudah senang. "Huiyuan, apa kau janji?"

"Janji.. apa?"

"Temani aku?" Haven mengulurkan jari kelingking kecilnya kepada Huiyuan. Kemudian Huiyuan menautkannya.

"Janji."

Terdengar kekehan manis dari Haven, disambung dengan tawa yang menggemaskan. Huiyuan kembali tersenyum dan mengusap rambut Haven yang waktu itu masih begitu tipis. Saking tipisnya, setiap Yancy melihat foto kecil Haven, Yancy akan mengatakan, 'Si Botak Petualang' setelah itu terjadilah perdebatan.

 Saking tipisnya, setiap Yancy melihat foto kecil Haven, Yancy akan mengatakan, 'Si Botak Petualang' setelah itu terjadilah perdebatan

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Tanggal pembaruan: 5 Oktober 2023.

[ ― promise me ; zuo hang ]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora