Besok

107 13 0
                                    

Yancy tengah mengerjakan tugas malam ini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Yancy tengah mengerjakan tugas malam ini. Kamarnya tidak begitu terang karena lampu belajar yang mencolok baginya. Laptopnya menyala, ponselnya ia biarkan tergeletak di meja nakas yang jauh dari meja belajarnya. Tiba-tiba saja, telepon genggamnya berdering di belakang.

Ternyata Haven yang memulai panggilan video. "Yancy!" seru Haven dari sana. Senyuman mengembang jelas di wajah Yancy. Ia kembali duduk dengan membawa ponselnya, membuat ponsel genggamnya memperlihatkan dirinya. "Kau ada tugas?" tanya Haven.

"Tentu saja, ada. Karena sebentar lagi materi baru akan dimulai, aku juga akan mempelajarinya," jawab Yancy tidak melihat ke arah Haven. Hanya terus ke satu titik, bukunya. 

"Kau rajin sekali?" Haven sama sekali tidak bisa percaya kalau ternyata adik perempuannya ini sangat giat dalam belajar. "Jangan dipaksakan kalau matamu mulai mengantuk. Jangan lupa makan malam, lalu istirahat." Yancy hanya mengangguki nasihat Haven sambil berdeham.

"Aku tahu, aku tahu."

"Di mana Ibu?"

"Ibu sedang memasak, aku bisa mencium aromanya."

"Oh, tidak. Aku akan merindukan rumah dan masakan Ibu." Yancy refleks tertawa mendengar ucapan kakaknya.

:

Keluarga Lee tengah menyantap makanan malam mereka di ruang makan seperti biasa. Sepi, tidak ada Haven saat ini. Huiyuan juga sudah kembali ke rumahnya. Hanya ada suara garpu dan pisau yang bersentuhan dengan piring, suara denting itu mengisi ruangan.

"Yancy, sepertinya kau baru mendapat telepon dari Haven, ya?" tanya Nyonya Lee untuk menghangatkan suasana. Tidak seperti biasanya mereka hanya berdiam ketika makan bersama. Mereka selalu bercanda tawa, berbincang tentang apa saja, tidak ada suasana dingin begini. Dari Yancy yang biasanya tersenyum, itu sama sekali tidak ada di wajahnya pada saat ini.

"Iya, Haven meneleponku," jawab Yancy. Ia dapat melihat bagaimana Haven di sana. Di kota yang penuh gedung-gedung tinggi, di kota yang padat, Haven akan tinggal di sana. Tanpa didampingi keluarganya, hanya dia seorang diri. Namun pastinya, Efran dan teman-temannya. Efran akan memandu Haven tentang apa saja yang ia akan lakukan dalam agensi itu, dan teman baru lainnya akan menemaninya.

"Ibu tahu? Aku takut kalau suatu saat Haven akan berubah." Yah, pada akhirnya semua orang akan beradaptasi. Satu hal yang sangat sering terjadi, lingkungan juga dapat mempengaruhi siapa saja.

"Yancy, kau tidak usah takut. Haven akan tetap menjadi Haven, apa yang kau takuti?" tanya Tuan Lee. Yancy merenung sebentar. Banyak sekali yang ia takuti. Semakin dirinya menua, semakin dia bisa berpikir tentang masa depan. Dia bisa berpikir apa yang akan terjadi nantinya, dia juga bisa berpikir apa yang ia resahkan.

"Banyak, Ayah. Aku tahu Haven akan tetap menjadi Haven, tapi maksudku.."

"Apa?" sela Tuan Lee mendengar kalimat Yancy yang menggantung. Yancy tahu ini sedikit berlebihan. Yancy juga tahu kalau dia tidak akan bisa mengungkapkannya. Sebaiknya Yancy biarkan saja semua itu tadi.

"Tidak, lupakan."

: - New York, 9:15 PM.

Haven merebahkan dirinya di kasur asrama. Menunggu teman kamarnya yang sedang keluar sebentar. Ia menatap langit-langit kamar, lalu mengangkat tangannya ke arah lampu. Haven memejamkan salah satu matanya agar kelihatan lampu itu terhalang dengan tangannya, ia seolah-olah menangkap cahaya dari sana.

Seseorang membuka kunci pintu kamar asrama Haven. "Haven, ada seorang pria menunggumu di lobi," kata Jayde, teman sekamarnya. Pemuda itu membawa tas belanja, yang artinya ia baru saja dari toserba. Ia membeli susu, telur, roti, sayuran, selai buah, dan beberapa bahan untuk dimasak saat sarapan atau makan malam.

"Siapa itu?"

"Entah, tapi aku yakin kau kenal dengannya."

:

Haven berjalan terburu ke lantai dasar. Ada seseorang yang berdiri di depan pintu gedung asrama. Ia yakini itu adalah Efran. Namun untuk berjaga-jaga, ia hanya mendekati pria itu perlahan. Ternyata benar, itu adalah seorang Efran Graham. "Efran?"

Efran pun menoleh. "Oh, Haven! Maaf aku datang tanpa izin dan mendatangimu malam-malam begini," ucap Efran. Sebelum ia kemari, ia sempat berpikir dua kali lebih. Ia takut mengganggu istirahat Haven, tetapi ia perlu melihat keadaan Haven saat ini. "Besok kau akan masuk sekolah, bagaimana perasaanmu?" tanya Efran.

"Aku sabar menunggu dan tidak sabar dalam waktu yang bersamaan," jawab Haven. Pemuda itu diam sebentar, mengingat masa-masa sekolahnya di London. "Aku yakin rasanya akan sedikit berbeda, Efran," lanjut Haven.

Pria di sampingnya itu menepuk bahu Haven bertujuan memberi semangat kepadanya. "Jangan bersedih, Haven! Apa kau sudah menemukan teman baru?" Haven mengangguki pertanyaan Efran. "Syukurlah, siapa namanya?" 

"Jayde, dia seumuran denganku."

"Wah, aku yakin akan sangat menyenangkan."

"Aku harap begitu."

"Baiklah, Haven. Besok setelah pulang sekolah, aku akan menjemputmu dan pergi ke agensi. Kalau kau ada urusan lain saat itu, kabari aku," kata Efran. Haven mengangguk, ia paham apa yang dipinta Efran. "Aku kembali dulu, ya. Selamat malam, Haven." Pria itu kemudian masuk ke mobil dan mengendarainya dengan kecepatan normal.

"Oh, astaga. Aku gugup sekali untuk besok," gumam Haven. Akankah ia baik-baik saja pada hari berikutnya?

 Akankah ia baik-baik saja pada hari berikutnya?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tanggal diperbarui: 5 Oktober 2023.

[ ― promise me ; zuo hang ]Where stories live. Discover now