Aku merindukanmu, kapan kamu pulang?

86 9 0
                                    

"Katanya sih, begitu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Katanya sih, begitu."

"Kata siapa?" Sepanjang Jayde bercerita mengenai keadaan Hazel, Haven terus-terusan tersentak. Ia tak tahu kalau ternyata Hazel cukup berantakan. "Apa dia baik-baik saja?" tanya Haven. Pastinya melalui cerita ini, Haven akan selalu mengkhawatirkan Hazel. Ia harap Hazel terus mengabarinya.

"Aku rasa tidak begitu," jawab Jayde. Haven reflek menengok. Ia pun berusaha menghubungi Hazel melalui ponselnya. "Hey, apa yang kau lakukan?" tanya Jayde sedikit lantang.

"Aku sedang mencoba meneleponnya."

:

Ponsel Hazel berdering. Hazel yang baru saja mengobati lukanya itu pun mengambilnya yang tergeletak di kasur begitu saja. "Haven?" Yah, mereka sudah bertukar nomor telepon untuk saling berkomunikasi. Haven pikir, itu juga akan memperkuat persahabatan mereka. "Halo?" awal Hazel.

"Hazel, apa kau baik-baik saja?" tanya pemuda itu dari seberang. Suaranya terdengar sekali kalau ia khawatir kepada Hazel. "Hazel? Kau mendengarku?" tanyanya lagi. Haven terus memanggil nama perempuan itu, tetapi ia tidak menyahutinya sama sekali. Itu justru membuat Haven semakin khawatir, Hazel.

"Kalau begitu, aku sudahi, ya? Besok kita akan bertemu di sekolah seperti biasa. Jangan lupa kerjakan tugas hari ini, nikmati makan malammu, dan istirahatlah. Selamat beristirahat, Hazel—"

Gadis itu memperhatikan, ia baru tahu akan ada orang yang sangat peduli padanya. "Aku mendengarmu, Haven. Terima kasih," ucap Hazel. Malah Hazel yang mengakhiri panggilan Haven. Ia pun segera ke bawah dan menemui ibunya yang tengah memasak makan malam. Rasanya justru lebih baik tanpa ada Tuan Brooke dalam rumah ini. Damai, tenang, nyaman, bukannya ramai penuh murka.

"Ibu, apa Ibu senang?" tanya Hazel ketika ia sampai di ruang makan dekat sekali dengan dapur. Hazel mendudukkan dirinya di sana. Ia terus saja memandangi ibunya walau hanya punggung yang bisa ia lihat.

Wanita yang dikuncir itu tersenyum hangat secara rahasia. "Mungkin saja begitu," balas Nyonya Brooke atau Nyonya Lewis. "Tapi apa kita akan baik-baik saja?" sambung Nyonya Lewis.

Yang dimaksud Nyonya Lewis adalah pendapatannya. Gajinya cukup, tidak banyak dan tidak sedikit. Namun, pekerjaan Tuan Brooke mengalahkan penghasilannya. Makanya semua tercukupi karena menggabungkan gaji mereka untuk membayar sekolah Hazel.

Hazel terdiam. Ia pun berpikiran untuk berparuh waktu, tapi di mana? Ia bingung sekarang. Menjadi idola? Yang benar saja, Hazel masih berpikir ia mengkhayal kalau menjadinya. "Ibu tetap bekerja di tempat Ibu, biar aku membantu Ibu."

:

Istirahat sudah terjadi sejak tadi, Jayde juga sudah berada di kelas kedua insan itu. Hari ini Hazel tidak membaca bukunya, ia hanya menaruh kepalanya di meja. Justru yang sibuk dengan buku hari ini adalah Haven. Hazel memanggil teman sebangkunya, tetapi Haven hanya berdeham menanggapi panggilan Hazel. Jayde yang duduk menghadap Haven itu ikut menatap Haven. "Haven.." panggilnya sekali lagi.

[ ― promise me ; zuo hang ]Where stories live. Discover now