Haven

103 11 6
                                    

Huiyuan terdiam mendengar perkataan Yancy, mungkin Yancy mengucapkan hal yang benar

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

Huiyuan terdiam mendengar perkataan Yancy, mungkin Yancy mengucapkan hal yang benar. "Haruskah aku menjadi lebih kuat, Yancy?" tanya Huiyuan diangguki gadis itu.

"Kau tidak perlu menanyakan opinimu, dan sudah sewajarnya kalau kau tak perlu menanyakan hal itu kepadaku. Karena pada akhirnya, kau sendiri yang menyadari semuanya," ujar Yancy. Gadis yang dicepol itu beranjak keluar untuk mengambil air minum meninggalkan Huiyuan mematung penuh pikiran.

"Yancy,"

"Ya?" Titik berdirinya belum terlalu jauh dari titik Huiyuan.

"Bagaimana kalau aku malah semakin lemah?"

:

Ini perasaan Haven saja atau udara malam ini menusuk tubuh Haven? Atau karena apa yang dipikirkan Haven juga dapat mempengaruhi perasaan Haven? Sepertinya itu sedikit berlebihan. Haven telah berkali-kali menghela nafasnya penuh kegelisahan, apa yang membuatnya belakangan ini menjadi begini?

"Aku akan jadi apa?" gumam Haven khawatir. Haven menatap langit-langit kamar penuh keraguan. Ia tersesat kali ini. Hobinya banyak, talentanya juga hebat. Namun keraguannya tak kalah.

'Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan agar jelas apa yang terjadi,' pikirnya. Ia melihat ke arah pintu yang tertutup, kemudian tatapannya mengarah tepat ke nakas. Handycam lama masih menetap di situ, ia beralih untuk melihat kembali rekaman-rekaman tua.

Haven tersenyum ketika melihat dirinya bernyanyi di pernikahan pamannya. Itu ketika ia masih berusia delapan. "Kenapa dulu aku pendek sekali, ya?" tanyanya konyol.

Ia pun mengambil gitar akustik listriknya yang tergeletak di dekat meja belajarnya, lagi pula ini belum terlalu malam untuk menyanyikan sebuah lagu.

Nyanyian lama itu kembali, suara yang berbeda sekali pastinya. Saat dulu, suaranya masih melengking. Sekarang, suaranya menjadi lebih dewasa, berat dari itu. Ketika lagu sudah selesai, ia menatap dirinya di cermin. Tatapan sendunya terpasang, dan ia menerbitkan senyum di wajahnya.

:

Pagi berikutnya, Yancy baru saja ingin memanggil Haven untuk sarapan. Namun ternyata kamar Haven sudah kosong, tidak ada pemiliknya di sana. Hanya ada sebuah kertas kecil di kasurnya, gadis itu pun mendekat dan membaca isi kertas tersebut.

Untuk orang rumah.

Aku pergi ke kafe Ivory. Kalau butuh aku, temui saja aku di sana.

-Haven.

Yancy tersenyum kecil, menggeleng pelan tak percaya dengan Haven ini. "Yancy, apa Haven sudah bangun? Cepat kemari!" tutur Nyonya Lee kencang dari ruang makan.

"Ah, iya! Sebentar!" Yancy segera menaruh kembali kertas itu di atas kasur seperti semula kemudian beranjak ke ruang makan. Ia melihat ibunya yang tengah menyiapkan sarapan untuk Yancy, Huiyuan, dan Tuan Lee.

"Di mana Haven?" tanya wanita itu ketika Yancy duduk di kursi meja makan sebelah Tuan Lee yang menunggu sarapan sambil membaca koran pagi hari. Yancy juga bisa menghirup wangi kopi dari cangkir sang ayah, begitu kuat aromanya. Sementara di sebelah kanannya adalah Huiyuan yang ikut membaca novel.

"Haven ternyata sudah pergi ke kafe Ivory, tumben sekali lebih pagi," heran Yancy. Ia masih sibuk memutar-mutarkan piringnya bosan. Bungsu itu menopang dagu dengan satu tangannya, mengamati ibunda yang lebih sibuk. "Sepertinya Haven memang menyukai Ivory," gumam Yancy masih terdengar oleh Tuan Lee.

Tuan Lee yang tadinya fokus dengan koran itu mengalihkan atensinya kepada Yancy. "Haven? Menyukai Ivory?" tanya Tuan Lee tak percaya. Huiyuan juga ikut menengok ke arah anak perempuan keluarga Lee itu. Yancy mengangguki ayahnya, beliau membulatkan kedua matanya semakin tidak mempercayai apa yang Yancy katakan.

"Apa kau yakin?" Yancy kembali mengangguk dengan lebih mantap. "Sayang, putra kita sudah besar!" seru Tuan Lee kepada istrinya.

Yancy menatap Tuan Lee dengan sinis. Apakah perlu seheboh itu untuk mengetahui bahwa Haven menyukai seorang gadis? Nyonya Lee terkekeh mendengar Tuan Lee yang sepertinya terharu. "Haven belum pernah menyukai siapa pun dalam seumur hidupnya, ya?" kata Nyonya Lee disetujui oleh Yancy.

Huiyuan mencoba mengingat pertanyaan Haven tadi malam. "Oh, pantas saja dia bertanya apa aku pernah berkencan!" ucap Huiyuan.

"Benarkah? Untuk apa dia bertanya begitu?" tanya Yancy.

"Mungkin karena menyukai Ivory?"

"Itu.. masuk akal. Tapi konyol, sih," balas gadis itu.

"Tidak heran kalau belakangan ini gerak-gerik Haven sedikit aneh," tambah Huiyuan disetujui Yancy.

Tanggal diperbarui: 5 Oktober 2023

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

Tanggal diperbarui: 5 Oktober 2023.

[ ― promise me ; zuo hang ]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt