V

270 17 0
                                    

Gadis itu kembali menghisap batang batang berkomposisi Nikotin didalamnya itu.

Balkon rumah memang tempat yang pas untuk menghirup benda berbahaya itu.

Derap langkah terdengar ditelinga gadis yang masih senantiasa mengisap Rokok itu.

Ia menengok sedikit kearah dalam, Mamanya ternyata.

Risa, Mamanya yang tak pernah tau tentang dirinya. Yang tak pernah tau apa makanan kesukaannya, yang tak pernah memeluk hangat dirinya.

Tapi sialnya, Irin menyayangi wanita itu walaupun sedikit.

"Irin kenapa ngerokok lagi?" Tanya Risa pelan.

Irin masih bergeming diam, tak meladeni.

Terlalu malas rasanya berbincang bincang dengan orang yang menganggapnya asing.

Agak kejam, tapi memang seperti itu kenyataannya.

Irin; yang tak punya tempat bersandar, hanya ingin dipeluk.

"Mulai kapan Mama peduli sama Cia? Selama ini Mama sama si bajingan itu diem aja liat Cia nakal, kenapa sekarang jadi repot repot peduliin Cia?"

Cia memang nama panggilannya dikeluarga kecil itu. Hanya keluarga kecil, bukan keluarga kecil yang hangat.

Risa mendekat, duduk disebelah anaknya yang timbuh sangat baik dan cantik.

Ia memandang muka anaknya dari samping, persis sekali dengan dirinya ketika masih remaja.

"Cia.."

Panggilan itu membuat Irin menghentikan kegiatan merokoknya, lalu melirik Mamanya sebentar.

"Cia anak Mama yang baik, maaf kalo Mama gapernah ada untuk Cia. Cia tau sendiri kan kalau Mama kerja untuk hidupin kita berdua? Selama kamu udah lahir, Papa gapernah kasih nafkah buat kita sayang. Terpaksa Mama harus kerja sendiri untuk menuhin kebutuhan kamu,"

Irin menatap pemandangan didepannnya dengan tatapan kosong, jika Mamanya sibuk bekerja, kenapa ia tak pernah melihat Mamanya pakai pakaian kerja?

"Kerja apa?" Sedikit kekepoan Irin muncul pada suasana ini.

Risa memandang kedepan, "Mama jadi Guru disekolah TK,"

"What? Impossible," kata Irin menggumam.

"Maafin Mama ya, Mama sadar Mama gapernah interaksi dengan baik selayaknya ibu dan anak. Mama banyak ngelewatin masa pertumbuhan kamu, karena sering Mama titipin ke tetangga,"

Irin mematikan Rokoknya lalu berdiri, "Udah? Cia mau mandi, Mama bisa turun,"

"Mama sayang Cia, Cia anak Mama paling baik," kata kata itu mampu membuat mata Irin memerah karena menahan tangis.

Irin sendiri juga heran, kenapa Moodnya cepat sekali naik turun.

Irin lari kearah Toilet kamarnya, sambil menutup mulut menahan tangis.

Setelah dikamar mandi, ia menangis dengan sesegukan.

Kalimat 'Mama sayang Cia' itu terdengar sangat sensitif ditelinganya.

Selama 16 tahun ia hidup, belum pernah ada yang mengucapkan seperti itu. Jadi wajar jika ia ingin menangis saat itu pertama kalinya didengar oleh Mamanya sendiri.

Tak ada yang mengetahui lebih banyak tentang Irin kecuali dirinya sendiri.

Tumbuh dalam kepedihan, membuat Irin sadar;

Semua hal yang terjadi, pasti ada alasan dibaliknya.

***

Keluarga kecil yang berisikan Orang cantik dan ganteng itu saling diam.

Hai, Ganteng!Where stories live. Discover now