F

114 19 3
                                    

"Tutup, wear a mask!"

Perintahan itu bagai sihir, dua orang perempuan cantik itu segera melakukan apa yang tadi diperintahkan perempuan yang sedikit lebih tua itu.

Pepohonan adalah tempat yang tepat ketika kita mengendap endap mengikuti seseorang.

Buktinya, ketiga perempuan itu sudah mengikuti target sekitar 10 menit yang lalu.

"Bener kan saya bilang Dok. Irin itu ngomong sendiri."

Dokter Tari mengangguk, "Halusinasi nya sudah tingkat parah sepertinya. Kita harus ikutin dia gimanapun caranya ya?"

"Pssst ssst! Liat itu kok Irin kaya gitu sih? Yaampun.."

Nada menunjuk Irin yang sedang menari sendiri dijalan.

"Jujur, saya kasihan. Perjalanannya masih panjang, umurnya bahkan terlalu dini untuk ngalamin itu semua. Saat saya pengen sekali punya anak, tapi orang tua diluar sana malah jadiin anaknya seperti itu. Miris,"

"Emang Doktar udah nikah ya?"

"Doktar apa anjir Nad????"

"Dokter Tari, HAHAHA!"

"Sssstt!!"

Nada yang kaget segera menutup mulutnya, mulut sialan!

"Doktar belum jawab pertanyaan saya lho,"

Doktar hanya tersenyum, walau tak terlihat karena memakai Masker, tapi sangat kelihatan jika mata Doktar menyipit karena tersenyum.

"Ya belum, tapi saya pengen banget punya anak. Kalau orangtuanya Irin dengan lapang dada menelantarkan dia, Irin jadi anak saya pokoknya. Cantik banget dia, kelihatan juga baik."

"Ah, ayo fokus ke Misi kita! Sekarang sudah jelas berarti ya, kalau Irin itu punya teman halusinasi." Lanjut Doktar.

Doktar melihat jam ditangan nya, pukul 8:45. Sebentar lagi ada pasien yang akan konsultasi.

Tari harus segera bergegas. "Cantiku semua, berhubung saya ada pekerjaan sekarang, kita udahin dulu hari ini ya? Feel free kalau kalian mau ketempat saya, atau kita sekedar chat aja. Saya pulang, hati hati kalian!"

"DOKTARR HATI HATI!!"

Tari hanya mengangkat jempolnya membalas.

"Kita pulang naik Taxi aja yuk, kalo pake Supir rumah gue pasti langsung suruh pulang," kata Nada malas.

Orl mengangguk menyetujui, "Lo setuju gak sama yang tadi Doktar bilang?"

"Yang dia pengen punya anak?"

Orl memukul Nada, "Bego ih! Bukan, yang dia bilang kita harus bikin Irin mabuk, biar dia cerita."

"Oh iya! Mending kita pikirin dulu deh, atau gak nanti pas abis Nugi kenalan sama Chila?!"

"Ide bagus! Tumben lo pinter,"

Nada segera menghubungi para Lelaki itu.

Sebenarnya, para lelaki itu juga keheranan. Apalagi Nugi.

Irin bilang, rumah Chila didekat Toserba itu. Tapi pas Nugi cek, itu hanyalah tempat buangan sampah.

Mereka makin bingung, juga penasaran.

"Nugi, lo bisa jemput gue gak? Didepan Apotek di Manga,"

"Oke!"

Setelah sambungan itu terputus, Nada mengedarkan pandangan kedepan.

Menarik nafasnya pelan, menikmati aroma yang tercipta diantara Pepohonan dekat Apotek itu.

Berbeda dengan Orlin yang sedang Selfie ala anak Hits itu.

Hai, Ganteng!Where stories live. Discover now