Y

51 3 0
                                    

Cuaca yang panas, Matahari yang tepat sekali berada diatas kepala, membuat sebagian orang di Kelas itu hanya membuat tumpuan tangan nya sebagai Bantal untuk sekedar menghapus rasa lelah karena mereka baru saja mendapat ceramah panjang lebar dari Kepala Sekolah terkait maraknya Tawuran antar siswa.

Tak disangka, di Kelas Irin pun banyak lelaki yang dipanggil ke ruang BK untuk di introgasi lebih lanjut. Termasuk.. Nada.

Nada si Perempuam Hyperactive itu memang tersangka mengikuti Tawuran yang baru saja terjadi kemarin sore.
Xandri--sebagai Mami Nada sempat pingsan kala melihat anaknya pulang dengan sebagian luka disisi Wajah anaknya. Alhasil, Xandri hanya bisa geleng-geleng melihat kelakuan putri semata wayangnya itu.

Jika boleh Xandri menyamakan, walaupun Nada adalah anaknya bersama Reysafaz, entah bagaimana ini bisa terjadi, terkadang sifat Nada mirip sekali dengan Lexi.

Masih ingat Lexi, kan? Si cowok jail yang kini sudah tinggal di tempat yang sangat jauh.

Terkadang, muncul sekelebat pikiran tentang lelaki itu, tapi Xandri kembali berpikir. Apa boleh merindukan Lexi disaat ia sudah menjadi istri dan seorang ibu? Apa boleh Xandri menangis karena terlalu merindukan lelaki itu? Jawaban nya boleh, tentu sangat boleh. Tapi Xandri harus menghargai perasaan suami nya-- Rey.

Andai Lexi masih disini, pasti dunia ini akan lebih cerah, akan lebih ramai seperti hati Xandri sebelumnya.

Xandri berjalan pelan di Koridor Sekolah putri nya itu. Sembari memakai Kacamata hitamnya, ia berjalan angkuh. Entah kenapa hari ini, siang ini, Xandri sangat merindukan Lexi.

Kalian boleh berkata jika Xandri tidak menghargai Rey sebagai suami nya karena telah merindukan lelaki lain, tapi memang ini kenyataan nya. Seberapa jauh, dan seberapa lama Xandri melupakan Lexi pun, lelaki itu tidak akan bisa hilang sepenuhnya.

Walau sekarang Xandri mencintai suaminya-- Rey, tapi Lexi belum juga hilang, belum juga sirna dari hati Xandri.

"Mami!"

Xandri menghentikan langkahnya, sambil menengokkan kepala nya kearah belakang.

"Eh? Kamu kok disini? Masuk kelas sana! Mau dipanggil BK lagi? Mami aduin Papi tau rasa,"

Nada memutar mata nya malas, selalu saja Papi yang menjadi tameng untuk Xandri.

"Mi, minta uang. Nada mau slime,"

Xandri menurunkan sedikit Kacamata nya, ia tidak salah dengar kan? Putri nya yang sudah SMA ini mau membeli Slime?!

"Mami salah denger kan? Iya kan? Gaakan Mami kasih uang kalo untuk beli Slime." Final Xandri sambil melangkah kearah parkiran, berniat meninggalkan Nada disana.

Nada segera melangkah cepat dan menarik-narik tangan Mami nya, berharap Mami nya pengertian dan memberi nya uang sebesar 50 ribu. Karena Fuya-- teman sekelas Xandri asal Jepang itu menjual Slime seharga 50 ribu.

"Mamiii, plisss!" rengek nya sambil terus mengikuti Xandri kemana pun Mami nya itu melangkah demi 50 ribu!

"Nada, kalau kamu minta uang untuk beli kayak gituan, Mami gabakal kasih. Kalau beli untuk pelajaran, kamu mau minta 200 juta juga Mami kasi. Paham sampe sini?" perempuan satu anak itu memberhentikan langkahnya, lalu melangkah dengan cepat lagi.

Ia harus kerumah Kanaya, ada urusan mendesak yang harus Xandri bicarakan pada Nay.

"Ok fine. Aku minta aja sama Papi!"

Nada membalikkan tubuhnya, lalu berlari kecil meninggalkan Mami nya yang kini sudah mengendarai Mobil.

Xandri membelok kan Mobil nya ke sebuah tempat yang ia sebut Istana karena tempat nya terlalu besar ini.

"Xandri Pak," malas Xandri ketika Security itu mengetuk jendela Mobil dan meminta Scan Barcode untuk data diri.

Security itu hanya mengangguk sambil menggaruk kepala nya yang mungkin tidak gatal itu.

"Tapi Nay ada di dalam kan Pak?"

Lelaki berusia sekitar 40 tahun itu mengangguk, "Tadi baru pulang dari luar, Kak."

"Okay,"

Xandri memasukan Mobil nya kearea dekat Taman itu, dengan sedikit menambah Lipstick nya, Xandri turun dengan lemas. Berjalan dengan lunglai.

"Permisi, pakettt!"

Xandri yang sudah menganggap rumah itu adalah rumah nya, langsung saja ia masuk, melihat Ors yang sedang berselonjor di Sofa sambil memakan Popcorn itu.

"Ada Nyonya lagi santai banget nih, Bund kemana, sayang?"

Ors yang melihat Xandri masuk itu langsung menarik Kaki nya, merasa malu dan kikuk.

"Eh, Mami. Bunda ada di atas, Ors panggil dulu ya? Mami disini dulu aja, makan Popcorn Ors juga boleh, tapi itu rasa Caramel, enak banget. Tapi kalau Mami gasuka rasa Caramel, Mami bisa ambil di Kulkas yang rasa Strawberry. Sebentar ya, Mi!"

"Kamu ga sekolah, Ors? Tadi Mami liat Abang sama Kakak, ada di sekolah."

Ors membalikkan tubuh nya, lalu tercengir. "Ors lagi sakit, Mi. Serius, Ors lagi sakit. Tapi sakit panas aja sih, tapi sekarang udah sembuh, makanya Ors makan Popcorn, hehehe."

Xandri terkekeh saat Ors berbicara begitu panjang nya. Anak gadis bernama Orscha itu memang seperti Copy-an Bunda nya banget.

Belum sampai di atas, di tengah-tengah tangga Ors sudah berteriak.

"BUNDAA, ADA MAMIII!"

Pasti Nay sedang berduaan dengan suami nya. Xandri bisa menebak itu.

Xandri memakan Popcorn itu sambil menatap bingkai-bingkai kecil yang tertata rapi diatas Lemari Tv.

Diantara foto tersebut, foto yang berukuran sedang itu selalu berhasil mencuri perhatian Xandri. Selalu berhasil membuat Xandri perih dan sakit.

Xandri yang tidak mau menangis hari ini, gagal hanya karena melihat foto tersebut. Lexi-nya yang baik.

"Ada apa sih? Ini tuh masi pagi buat bertamu, gue lagi kiss manja sama--"

Nay melotot, sambil memukul bahu Xandri. "Lo kenapa?!"

Xandri melempar satu biji Popcorn yang tadi di genggam nya. Lalu menunduk, menghapus bulir air mata itu.

"Gue lagi mellow banget hari ini."

Nay mendelik, sudah mengerti jika Xandri mengatakan 'mellow', pasti ia sedang teringat Lexi.

"Lo kayanya susah banget deh move on sama dia."

Xandri mengangguk, "Gue udah coba semua nya, semuanya, Nay. Gue udah buang semua barang yang gue beli sama dia, gue udah hapus semua foto gue sama dia, gue udah berusaha untuk gainget dia pas gue ke New York. Gue udah lakuin semua cara, Nay, semua. Tapi kayanya emang harus sesusah ini,"

Nay mengelus punggung perempuan itu, merasa iba dengan keadaan Xandri yang tak kunjung membaik dari hari itu. Hari dimana Lexi meninggalkan semuanya.

"Gue takut banget lukain perasaan suami gue, Nay. Tapi ini semua diluar kendali gue. Gue gabisa kontrol. Nay, kalau lo tau cara lupain Lexi, or anything else yang buat gue lupa sama dia, please tell me as soon as possible. Please ya, Nay?"

Nay memeluk kembali perempuan itu dengan lembut, Nay mengangguk.

Nay kasihan sekali dengan Xandri. Ia mengetahui betapa terpuruknya perempuan cantik itu saat ini semua terjadi.

Nay akan melakukan yang terbaik untuk Xandri.

"Gue udah bingung, Nay. Gue udah coba semua cara, tapi belum juga buat gue sepenuhnya lupain dia. Nay, tolong gue cari cara nya buat semua ini."

"Karena gue bener-bener seputus asa ini karena dia."





Hai, Ganteng!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang