34.Auralaska

176K 15K 1.7K
                                    

Happy reading...

jam menunjukkan pukul 20.30 Aska baru saja pulang dari kantornya karena ada meeting penting bersama karyawannya.

Aska menekan pin pintu rumahnya, saat pintu sudah terbuka Aska terdiam menatap ke arah sofa ruang tamu, bukan tanpa sebab melainkan Aska melihat Maura yang terbaring tidak nyaman di sofa ruang tamu, Aska berjalan pelan menghampiri Maura.

Ia berniat memindahkan Maura tapi tiba-tiba saja Maura terbangun.

"Udah pulang," ucap Maura dengan suara seraknya.

Aska tersenyum tipis.

"Maaf udah nungguin lama," ucap Azka.

"Aku tidur duluan, kalau mau makan di dapur udah aku siapin," jawab Maura dingin seraya beranjak dari sofa.

Aska memegang tangan Maura pelan.

"Bisa temenin?" Tanya Aska.

Maura terdiam sebentar.

"Oke," jawab Maura membuat Aska tersenyum senang.

Di dapur lebih tepatnya di meja makan.

"Mau makan bareng?" Tanya Aska kepada Maura.

Maura menggelengkan kepalanya.

"Oh oke," jawab Aska pelan seraya memulai makannya, nafsu makan Aska tiba-tiba saja hilang ia menatap Maura yang terdiam di depannya.

"Minggu depan aku mau ke Prancis," ucap Aska.

"Berapa lama?" Tanya Maura.

"Satu bulan," jawab Aska sontak saja membuat Maura sedikit terkejut, tapi dengan cepat Maura menetralkan wajahnya.

"Oke," jawab Maura singkat padat jelas.

Aska meletakkan sendok nya.

"Kamu masih marah?" Tanya Aska seraya menggenggam tangan Maura lembut.

"Aku nggak marah," jawab Maura.

"Kalau nggak marah kenapa reaksi kamu biasa aja," ucap Aska.

"Terus aku harus gimana ka, ikut? Ngga bisa kan karena itu urusan bisnis," jawab Maura.

"Kamu boleh ikut," jawab Aska.

"Maaf tapi jadwal aku padat selama sebulan kedepan," jawab Maura seraya beranjak dari kursinya dan meninggalkan Aska.

Aska menghela nafasnya panjang badannya ia sandarkan di kursi seraya memijat pelipisnya.

Nafsu makannya sudah hilang sedari tadi, ia memutuskan untuk membereskan bekas piringnya.

Selesai membereskan bekas piringnya  Aska menuju kamar, dibukanya pintu kamar perlahan ia menatap Maura yang sudah tertidur dengan tenang.

Aska menuju kamar mandi untuk membersihkan badannya.

Maura menyibak selimutnya ia sebenarnya belum tertidur tetapi ia hanya pura-pura memejamkan matanya.

Mata Maura berkaca-kaca begitu saja air matanya perlahan turun membasahi pipinya, satu bulan bukanlah waktu yang sebentar untuk Maura, belum lagi ia sedang bertengkar dengan Aska, lengkap sudah penderitaannya bukan?

Lima belas menit Maura menangis dengan diam.

Cklek

Pintu kamar mandi terbuka dengan cepat Maura mengusap air matanya dan memejamkan matanya lagi.

Maura merasakan ranjangnya bergerak, Aska menaikkan selimut di tubuh Maura dan mematikan lampu kamarnya, yang tersisa hanyalah lampu tidur.

Setelah tidak ada pergerakan dari Aska Maura membuka matanya perlahan ia menatap Aska yang tengah memejamkan matanya, mata Maura semakin berkaca-kaca yang ia butuhkan sekarang hanya pelukan seperti biasa dari Aska tapi ia tidak bisa melakukan itu.

AURALASKA (Tersedia di Gramedia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang