50.Auralaska

166K 13.7K 1.4K
                                    

Happy reading....

Aska baru saja pulang dari kantor dengan muka letihnya, ia segera memasuki rumah, dan ternyata Maura sedang tidak ada di rumah.

Aska segera mengirimkan pesan unik Maura menanyainya dimana Maura berada sekarang.

Maura : Sayang aku udh pulang dari kantor kok kamu ga ada dirumah, lagi dimana?

Setelah memencet send, Aska segera mengambil pakaian gantinya dan akan membersihkan badannya, tetapi pandangan mata Aska tertuju kepada buku bersampul dengan warna merah yang tertindih di antara beberapa baju paling bawah.

Aska mengambilnya, dan membuka buku itu, awalnya Aska tersenyum karena dia tau jika itu adalah buku diary milik Maura.

Aska mengurungkan niatnya untuk mengambil pakaian, dia memilih terduduk di sofa kamarnya dan membaca buku diary itu.

Aska terdiam, saat mengetahui buku diary yang baru saja di tulis itu, jantungnya bergemuruh dengan cepat, rasa marah timbul begitu saja dalam dirinya.

"Aska kamu udh pulang," ucap seseorang memasuki kamar, siapa lagi kalau bukan Maura.

Maura menatap Aska, tetapi pandangan Maura langsung mengarah kepada buku diary nya yang di pegang oleh Aska.

"Apa maksut kamu Ra?" tanya Aska seraya melemparkan buku diary Maura tepat di hadapan Maura.

Maura terdiam mematung di tempatnya.

"A-aku minta maaf Aska," ucap Maura takut.

"Minta maaf setelah kamu ingin memusnahkan anak kita hah!" ucap Aska emosi.

"Aska aku bisa jelasin, waktu itu khilaf, dan aku sudah menyesalinya," ucap Maura mendekat ke arah Aska dengan air mata yang menggenang di pelupuk matanya.

"Kamu mau jadi pembunuh?"

"Bilang Ra, kalau kamu memang nggak mau punya anak, kenapa kamu nikah hah!" Ucap Aska sudah tersulit emosi.

"Maaf Aska, aku salah," ucap Maura dengan suara bergetar.

"Aku menyesal," ucap Maura.

"Aku kecewa sama kamu Ra, kamu wanita tidak berperikemanusiaan, kamu nggak pantes di panggil Ibu,"

Deg

Seketika hati Maura mencelos karena ucapan Aska yang tepat mengenai ulu hatinya.

Aska menatap Maura, dia melepaskan tangan Maura yang memegang lengannya, dan pergi begitu saja meninggalkan Maura dengan tangisan yang terdengar menyakitkan bagi siapapun yang mendengarnya.

"Aska maafin aku," ucap Maura paray bahkan tubuhnya terduduk di atas lantai kamarnya.

••••

Sungguh Aska tidak pernah membayangkan jika sekarang ia harus berada di tempat laknat ini, sudah dua jam yang lalu sejak ia meninggalkan rumah ,Aska memilih pergi ke club malam dan sudah dua botol ia habiskan sendirian.

Banyak jalang-jalang yang menatapnya penuh minat dan bahkan ada yang terang-terangan menggoda Aska, tapi Aska tetaplah Aska dia hanya memasang wajah dingin dan tentunya tatapan tajam yang membuat para jalang seketika menciut ketika ingin mendekati Aska,

Malam ini Aska terlihat frustasi bahkan bajunya sudah berantakan dan rambutnya yang terlihat acak-acakan tapi daya tarik Aska sungguh tidak memudar sama sekali bahkan pesonanya semakin keluar.

"Sialan Lo beneran Aska ngapain Lo disini," ucap seseorang menghampiri Aska, Aska mendongkakn wajahnya menatap seseorang yang tidak lain adalah Gilang, bukannya menjawab Gilang Aska malah menegak segelas minuman keras yang ada di hadapannya.

"Parah gue ngga pernah liat Lo kayak gini, Lo kenapa woy," ucap Gilang membuat Aska menatap Gilang tajam.

"Lo bisa diem," ucap Aska tajam.

Gilang menggaruk lehernya yang tidak gatal sama sekali.

"Kayaknya gue harus pergi deh dari pada kena singa ngamuk," ucap Gilang seraya ngacir dari tempat nya tapi sebelum itu terjadi Gilang menepuk bahu Aska.

"Kalau ada masalah selesai in, jangan malah lari kesini," ucap Gilang dan setelah ia pergi meninggalkan Aska yang memikirkan kata Gilang barusan.

Aska memegangi pelipisnya yang terasa berdenyut kencang, sepertinya ia kebanyakan minum malam ini, dan Aska memilih beranjak dari tempatnya sebelum ia benar-benar mabuk dan tidak bisa menyetir mobil sendirian.

Tapi saat ingin keluar dari bar tubuh Aska menabrak seseorang karena pandangannya sedikit mengabur.

Brukk.

Beruntung gadis di depannya bisa mengimbangi badannya yang barusan tertabrak oleh badan tegap Aska.

"Sorry," ucap Aska, gadis itu menganggukkan kepalanya, keadaan yang sedikit remang-remang membuat gadis di depannya berusaha menajamkan penglihatan nya dan dia sedikit terkejut dengan siapa yang menabraknya.

"Aska Lo ngapain disini?" Tanyanya seraya memegang tangan Aska.

Aska menepis tangan gadis itu ia segera berjalan keluar bar dan memasuki mobilnya.

"Aska tunggu!" Ucapnya seraya menahan pintu mobil Aska agar tidak tertutup.

Aska menatap gadis yang menghalangi pintu mobil itu.

"Lepasin tangan Lo dari pintu mobil gue," ucap Aska tajam.

"Nggak akan! Gue nggak bisa ngebiarin lo nyetir dalam keadaan mabuk," ucapnya.

"Bukan urusan Lo!" Ucap Aska mencoba menepis tangan gadis itu.

"Okee gue bakalan biarin lo pergi tapi dalam keadaan nggak kayak gini, lo mabuk dan itu bahaya," ucapnya.

"Ya terus mau Lo apa!" Ucap Aska.

Gadis mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya dan memberikannya kepada Aska, Aska dengan kasar merebut botol minuman itu dan meminumnya sampai tidak tersisa setetespun di dalamnya.

"Puas!" Ucap Aska seraya membuang botol minuman itu.

Gadis itu tersenyum..

....

Di rumah..

Maura sedari tadi mondar mandir di ruang tamu rumahnya, sudah tiga jam ia menunggu Aska di rumah tapi belum juga pulang, dan selama itu juga Maura masih menangisi dirinya, Maura sudah menghubungi Aska tapi nihil tidak ada jawaban sama sekali dari hpnya.

Maura benar-benar terlihat kacau malam ini, matanya terlihat sembab, Maura tau Aska sangat dengan dirinya.

Dan Maura benar-benar tidak tau harus melakukan apa kali ini, posisinya dia memang salah, tetapi Maura sudah menyesali perbuatannya.

"Askaa maafin aku," gumam Maura.

Bersambung...
Salam
#Author.

AURALASKA (Tersedia di Gramedia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang