Explode 1

32.8K 629 4
                                    

"Arrgghhh!!" Clayton mengobrak-abrik apa saja yang ada di atas meja. Tak ia pedulikan lagi suasana kamar yang menjelma seperti kapal pecah. Ia benar-benar tidak tahu apa yang harus ia lakukan.

Napas Clayton memburu. Mungkin sejak kemarin dan seterusnya, rasa hormatnya terhadap Alex telah berubah menjadi kebencian yang benar-benar membara.

Alex benar-benar bajingan. Bagaimana mungkin ia menyuruh Clayton untuk melakukan semua itu?

Sepulang dari markas kemarin malam, Clayton langsung melajukan mobilnya seperti kesetanan menuju apartemennya. Ia bahkan tak lagi mempedulikan sapaan satpam penjaga pintu depan apartemen yang biasanya selalu disapa ramah olehnya.

Drrtt drrtt

Clayton merogoh saku celananya dan mengambil ponselnya yang masih berdering. Nama Chloe yang tertera pada layar ponsel membuatnya sejenak menghela napas pelan. Ia bahkan lupa tidak menghubungi Chloe sama sekali.

"Halo, Chloe."

"Kau tidak apa-apa?" terdengar suara penuh kekhawatiran dari Chloe. Sepertinya Chloe begitu menyadari perubahan suara dari Clayton.

"Aku tidak apa-apa. Maaf aku tidak menghubungimu. Aku kelelahan baru pulang tadi pagi."

"Ahh iya. Kau harus menjaga kesehatanmu, Clay. Jangan terlalu mendewakan pekerjaan hingga melupakan kesehatanmu sendiri."

Clayton tersenyum getir mendengar penuturan penuh kekhawatiran dari Chloe. Apakah ia masih tega bila harus membunuh seseorang sebaik Chloe??

Clayton menghela napas panjang. "Kau juga, babe. Jangan hanya mengkhawatirkan aku. Aku tahu kau sendiri tidak bisa mengatur kesehatanmu dengan baik," Clayton tersenyum mendengar suara decakan Chloe dari sebrang telepon. Setidaknya uring-uringan Chloe bisa membangkitkan suasana murungnya.

"Dasar kau ini. Ya sudah aku harus kembali bekerja. Ada beberapa pasien yang akan berkonsultasi padaku setelah ini. Jangan lupa makan siang, babe."

"Ya. Kau juga," Clayton membalas datar lalu sambungan telepon diputus oleh Chloe.

Clayton menatap nanar layar ponselnya.

Ada beberapa pasien yang akan berkonsultasi padaku setelah ini.

Kata-kata Chloe terngiang-ngiang di kepalanya. Pasien. Konsultasi. Mengobati. Tugas Chloe memang begitu mulia. Menjadi dokter adalah cita-citanya sejak dulu. Chloe bilang menyelamatkan nyawa orang adalah bagian dari hidupnya. Memikirkan itu membuat Clayton semakin dilanda jijik terhadap dirinya sendiri. Di saat kekasih tercintanya bekerja untuk menyelamatkan nyawa orang, tapi yang ia lakukan selama ini malah merenggut nyawa orang dengan tangannya sendiri. Benar-benar keji.

Sebenarnya akhir-akhir ini ia sudah tidak bisa lagi melakukan tugasnya dengan baik. Sudah berkali-kali ia melepaskan tugas yang hampir pada puncaknya akan berhasil. Setiap kali ia akan melancarkan aksi membunuhnya, pikirannya selalu saja menampilkan wajah Chloe yang membuat Clayton akhirnya dilanda rasa iba dan pergi begitu saja meninggalkan target tanpa menyentuhnya sedikit pun, padahal ia telah susah payah mendapatkannya.

Ponselnya kembali berdering dan kali ini ia mengumpat kesal melihat kode khusus yang tertera pada layar ponsel.

"Apa?" Clayton menyambar kasar setelah menjawab sambungan telepon.

"Di mana sopan santunmu terhadap pimpinanmu, Clay?"

Clayton mendengus, "Sebenarnya apa maumu terhadapku, Mr. Alex yang terhormat?" Ucap Clayton sarkas.

"Masih sama seperti yang kemarin."

"Shit! Kau bisa membunuhku sekarang juga daripada aku harus melakukan hal laknat itu lagi, Lex!"

Beautiful PainWhere stories live. Discover now