Explode 18

5.2K 265 38
                                    

Malam ini, dentingan garpu dan sendok memenuhi area dapur dengan gemercik air hujan yang menambah irama, meramaikan kebisuan di antara 2 makhluk berparas sempurna ini.

Chloe menyuap setiap sendoknya dengan perasaan jengkel pada pria di depannya. Dengan alasan yang menurutnya sangat tidak logis, ia harus menerima permintaan pria itu untuk menginap di kediaman barunya semalam saja, karena tidak mau membuat perdebatan yang menurutnya akan sangat melelahkan dan dipastikan kalau ia akan tetap kalah.

Niat awal ingin menenangkan diri, tapi kedatangan pria ini benar-benar menghancurkan segala ekspektasinya. Chloe melirik pria di depannya menggunakan ekor matanya. Chloe memutar bola matanya malas kala melihat senyum lebar yang tercetak jelas pada wajah Leon.

"Ada apa dengan matamu, Chloe? Awas nanti matamu bisa lepas kalau kau putar-putar seperti itu," Leon terkikik geli. Sedangkan Chloe hanya bisa melotot dan dibalas dengan anggukan minta maaf dari Leon.

"Ahh, kenyangnya..." Leon mengelus-elus perutnya setelah menyelesaikan makannya, kemudian menyandarkan punggungnya pada kursi.

Chloe yang juga telah menyelesaikan makannya akhirnya berdiri dan mengambil piringnya serta piring Leon, kemudian memasukkannya ke dalam washtafel.

"Eh, biar aku saja yang mencuci. Kau kan sudah masak tadi. Itung-itung ini balas budiku karena sudah diijinkan menginap di sini."
Leon menghampiri Chloe dan menggeser tubuh Chloe agar menjauh dari wastafel.

Chloe mengangkat satu alisnya, kemudian menyeringai, "Oke. Kebetulan, cucian piringnya sedang menumpuk."
Chloe kemudian meletakkan setumpuk piring dan peralatan bekas masaknya sejak tadi pagi hingga malam ini ke dalam wastafel. Melihat itu tentu saja Leon membelalakkan matanya sempurna. Leon meneguk ludahnya susah payah.

Sialan!

rutuk Leon dalam hati.

"Selamat mencuci piring," ejek Chloe lalu pergi meninggalkan Leon yang hanya bisa pasrah berkutat dengan piring-piring kotor sebanyak itu.

*

Tok! tok!

Leon berdiri di ambang pintu kamar Chloe yang tidak tertutup. Chloe yang saat ini sedang membersihkan ranjangnya bersiap untuk tidur, menoleh menatap Leon.

"Apa?" tanya Chloe.

"Chloe....aku harus tidur di mana?" tanya Leon bagaikan anak yang bertanya pada induknya.

"Di mana saja kau bisa tidur. Asal jangan di sini," jawab Chloe cuek.

"Tapi tidak ada ruangan bersih selain kamar ini. Dan-dan, hanya ada sofa kecil di ruang tengah. Sofa besar di apartemenku saja sudah membuat punggungku terasa retak, apalagi sofa sekecil itu, Chloeee..." Leon merajuk layaknya anak kecil yang tidak diperbolehkan makan es krim.

Chloe memang masih belum selesai membersihkan seluruh ruangan dalam rumah ini. Tadi pagi hingga sore ini, hanya satu kamar dan ruang tengah saja yang sempat ia bersihkan.

"Aku tidak peduli. Mau tidur di sofa, di lantai, atau di dalam mobil sekalipun, itu bukan urusanku. Yang penting jangan ganggu aku. Sudah, sana pergi! Aku mau tidur," Chloe berjalan menghampiri Leon hendak menutup pintu. Namun tubuh Leon tidak mau menyingkir dari ambang pintu, membuat Chloe hanya bisa menatap Leon dengan tatapan penuh peringatan.

"Keluarlah, atau tubuhmu akan terjepit," perintah Chloe yang sama sekali tidak dihiraukan oleh Leon.

"Fine! Kau yang memilih seperti ini."
Chloe akhirnya menutup pintu sambil mendorongnya kuat-kuat agar tubuh Leon ikut terdorong.

Namun Leon tak hilang akal, saat pintu itu sudah akan menutup, kaki kanan Leon menyeruak masuk dan mengganjal pintu itu agar tidak tertutup.

Melihat itu, Chloe semakin merasa tertantang untuk mendorong pintunya kuat-kuat tak mempedulikan kaki Leon yang akan terjepit.

Beautiful PainWhere stories live. Discover now