Explode 22

4.2K 226 12
                                    

Semua jawaban ada pada diri Anda, Miss.

Karena ini semua tentang Anda, tentang hidup Anda.

Ingat, Miss, 1 adalah kecelakaan, 2 adalah kebetulan, 3 adalah pola.

Kalimat itu tak bisa berhenti berputar di kepala Chloe. Ia memandang pantulan dirinya di cermin. Berkali-kali ia menarik napas panjang lalu menghelanya dengan keras. Entah kenapa dirinya tak bisa tenang semenjak perbincangan terakhir dengan Mr. Adam tadi pagi. Terlalu banyak asumsi-asumsi yang memenuhi otaknya. Kenangan-kenangan buruk semasa hidupnya pun terpaksa ia putar kembali demi mendapatkan kunci dari lingkaran misteri kehidupannya.

Sedetik kemudian, Chloe seakan mendapatkan sebuah petunjuk. Dengan penuh tekad, ia mulai berlari menuju sebuah ruang kosong di rumah ini. Ruangan yang mungkin terlalu bagus untuk disebut gudang, namun terlalu buruk untuk dijadikan ruang kerja. Tak peduli dengan identitas ruangan ini, Chloe lantas mencari apapun yang bisa ia jadikan bahan menumpahkan petunjuknya.

Dan, di sinilah ia sekarang. Berdiri menatap tembok yang masih kosong. Dengan sigap, ia mulai mengambil spidol hitam dan kertas yang ada di meja, menulis segala kejadian janggal di kehidupannya. Mungkin dimulai dari kematian Clayton. Oh- bukan, dimulai dari Clayton yang memutuskan hubungannya sepihak.

Beberapa menit berlalu, setelah semua kejadian itu tertuang dalam potongan-potongan kertas, Chloe pun mulai menempel satu persatu kertas itu dengan benang merah sebagai penyambung urutan kejadian tersebut. Setelah semua terpasang sempurna, Chloe berdiri sedikit menjauh dan menatap maha karya yang telah ia buat dengan seriangain lega dan puas. Dengan seperti ini, perlahan ia mulai bisa menguak segala misteri yang menimpanya.

Ting tung!

Chloe tersentak. Dengan segera ia berjalan keluar dan mengunci ruangan tersebut. Mungkin fatal jadinya kalau sampai ada yang mengetahui misinya. Saat Chloe membalikkan badannya, ia mendapati Leon yang tengah berdiri di belakangnya. Pria itu tersenyum singkat, kemudian berlalu memasuki kamarnya. Entah kenapa, perasaan sedih sedikit menggerogoti wanita itu. Perbedaan yang dilakukan oleh pria itu sedikit membuatnya merasa kehilangan. Jiwanya terasa...entahlah.

Chloe menggeleng-gelengkan kepalanya, mengusir segala perasaan aneh itu. Yang bisa ia lakukan saat ini hanyalah kembali ke kamarnya, menunggu hingga bulan menjemput.

***

Wanita berlekuk indah itu menghembuskan napas kasar. Rasanya lega karena masakannya malam ini telah siap, dan mau tak mau ia harus berhadapan dengan rasa yang lain.

Chloe sama sekali tak melihat Leon keluar dari kamarnya sejak tadi, which is bad. Sekarang, Chloe harus mencoba mencairkan suasana beku di antaranya dan Leon. Dengan berat hati melepas segala ego, Chloe pun mengetuk pintu kamar Leon.

Cklek!

"Ada apa?" tanya Leon setelah pintunya ia buka setengah.

Chloe meneguk ludah, "Aku sudah menyiapkan makan malam. Ayo..kita makan?" ajak Chloe yang sedikit ragu di akhir kalimatnya.

"Aku tidak lapar. Maaf." Leon langsung menutup pintu kamarnya yang memaksa tubuh Chloe mundur karenanya.

Hati Chloe terhenyak. Ia memandang nanar pintu kamar di hadapannya, dengan tubuh yang masih terpaku.
Semenjak kejadian malam kemarin, Leon sedikit berubah. Pria itu menjadi lebih dingin dari biasanya, dan itu buruk. Chloe harus segera merubah agar hal ini tidak berlangsung lebih lama lagi.

Akhirnya, Chloe berderap menuju ruang tengah setelah ia mengabaikan makan malamnya. Ia duduk di atas sofa sambil terpaku menatap layar televisi yang gelap. Ia memutuskan untuk tetap berada di sini hingga Leon keluar dari kamarnya. Mungkin rencana ini terdengar bodoh. Namun, Chloe lebih tahu apa yang akan ia lakukan.

An hour has faded away...
Chloe mendengar suara pintu yang terbuka diikuti oleh derap langkah seseorang. Ia menoleh ke arah sumber suara itu dan mendapati Leon yang tengah berjalan menuju sisi samping rumah ini. Tanpa sepengetahuan pria tampan itu, Chloe mencoba mengikutinya setelah meraih sebuah selimut dari sofa.

Chloe menghentikan langkahnya saat ia melihat seorang Leon yang tengah berdiri terpaku di antara teras dan dermaga kecil samping rumah ini dari pintu kaca, sambil menghadap ke hantaran danau yang gelap karena cahaya bulan tak membantunya sama sekali.

Semilir angin yang luar biasa dinginnya sedikit menggoyahkan tubuh maskulin Leon. Namun, rasa dingin itu tak ada apa-apanya dibanding dengan perasaan aneh yang sedari tadi mengganggunya. Ia bingung apa yang sebenarnya terjadi padanya? Kenapa ia harus berlaku dingin pada Chloe? Kenapa ia harus menghindari wanita itu? Leon tersenyum kecut. Jawabannya hanya satu, karena ia tak mau rasa itu semakin tumbuh. Kejadian semalam benar-benar membuatnya sadar bahwa apa yang telah ia lakukan itu salah. Seharusnya ia menjaga wanita itu, bukan malah merebutnya dari sahabatnya sendiri. Leon mengacak rambutnya sambil berteriak keras. Teriakan yang menyiratkan betapa lelah dirinya akan peliknya hidup ini.

Sementara Chloe, sedikit tersentak melihat pemandangan di balik pintu kaca itu. Tangan pria itu kini terlihat mengepal kuat. Chloe tak tahu apa yang sebenarnya sedang Leon pikirkan. Chloe pun tak tahu kalau dirinya-lah objek pergulatan batin seorang Leon. Namun, setelah mengumpulkan keyakinannya untuk menghampiri pria itu, Chloe pun berderap dan membuka pintu.

Cklek.

Mata Leon memandang ke samping, menandakan bahwa ia menyadarinya. Menyadari akan adanya Chloe yang datang di belakangnya. Namun, ia tak mau menoleh. Lagi-lagi berusaha menahan egonya agar tidak melakukan kesalahan untuk yang kedua kalinya.

"Malam yang indah?" tanya Chloe ingin tahu dari sudut pandang Leon.

Leon menggeleng kecil tanpa sekalipun menoleh ke belakang. "Tidak seberapa."

"Kenapa begitu?" tanya Chloe, walau ia mungkin sebenarnya tahu alasannya.

"Hard to tell."

"Oh, umm.." Chloe mengambil langkah mendekat, "Kau pasti butuh ini," tawarnya sambil mengulurkan selimut yang sengaja Chloe bawa.

Akhirnya, mata tajam Leon menatap Chloe di sampingnya. Kenapa?! Kenapa wanita ini begitu cantik?!

Shit!

"Aku tidak membutuhkannya," ujar Leon menolak sambil membumbuinya dengan senyuman tipis.

Rasanya Chloe ingin menangis saja. Memang, ini terdengar berlebihan. Namun, Chloe tidak bisa mendapatkan ini. Ini terlalu aneh. Perubahan Leon benar-benar menyiksa batinnya. Ia merutuk dirinya sendiri karena sempat berpikir bahwa ia merindukan teriakan-terikan pria itu, ia merindukan perhatian pria itu, ia merindukan--

"Masuklah, Chloe."

Chloe tersentak dari lamunannya.

"Di sini dingin."

Chloe menunduk dan tersenyum. Setidaknya, ia tahu Leon masih mengkhawatirkannya. Dan hal itu seketika membuat hatinya terasa hangat.

Astaga! Kenapa aku seperti ini?!

"Eh-eum..ya, a-mungkin aku harus ke dalam. Kau juga jangan lama-lama, angin malam tidak baik."

Chloe berjalan cepat meninggalkan tempat itu. Saat telah berada di balik pintu kaca, Chloe menghela napas panjang. Ia memukul kepalanya pelan, merutuk segala yang telah terjadi.

"Bodoh!"

***

TBC
29 Februari 2016

By: @dayDreamless, @paphatophulus, & @SeasonInTheSun

Beautiful PainWhere stories live. Discover now