Explode 8

13.2K 452 9
                                    

Chloe terbangun dari tidurnya karena merasa ada sesuatu yang menetes membasahi pipinya. Saat ia membuka mata, yang pertama kali ia pandang adalah dada bidang seorang pria. Namun, perhatiannya masih tertuju pada tetesan-tetesan di pipinya.

"Darah?" Chloe terkejut saat mendapati ada darah yang terus bercucuran dari tangan pria yang kini masih mendekapnya.

Chloe merenggangkan dekapan Leon dan menatap wajah maskulin itu.

"Sebenarnya apa yang terjadi? Di mana aku?" Chloe berbisik pada dirinya sendiri.

Karena merasakan sesuatu, Leon pun membuka matanya.

"Chloe, kau baik-baik saja?"

Tidak ada jawaban dari Chloe, ia hanya menatap heran wajah Leon yang saat ini mulai memucat karena luka-lukanya yang tak kunjung diobati.
Menyadari keheningan yang terjadi, Leon bangkit lalu turun dari ranjangnya.

"Aah," rintih Leon sambil memegang tangan kirinya.

"Maaf, aku tidak bermaksud lancang, aku hanya ingin menyelamatkan dan menenangkanmu karena kejadian beberapa jam lalu."

"Apa aku sekarang berada di tempatmu?" tanya Chloe dengan sedikit gemetar.

"Benar, aku membawamu ke apartemenku."

*

"Aahhh!" rintih Leon saat Chloe membalut tangannya yang tersayat pisau dengan perban.

"Maaf," ujar Chloe dengan tangan dan tubuhnya yang masih sedikit bergetar.

Leon menatap dalam mata Chloe. Ia menatapnya begitu lama. Seakan kagum akan keindahannya. Merasa ada yang memperhatikan, Chloe mencoba memberanikan diri untuk menatap wajah Leon.

Namun, yang Chloe tuju malah sepasang mata indah tajam Leon yang seakan mengunci Chloe untuk terus memandanginya.

DEG!

Ada sesuatu yang aneh.

Jantung keduanya tiba-tiba berdegup kencang. Mereka membeku namun tak mau mengalihkan tatapannya.

Pancaran matamu begitu indah dan... tajam.

Gumam Chloe dalam hatinya.

Namun Chloe tak tahu, di baliknya, mungkin ada sejuta pisau yang siap Leon tancapkan pada Chloe.

"Aah!!!" Leon berteriak karena ia merasakan jemari Chloe tidak sengaja menyentuh luka di tangannya yang masih belum tertutup oleh balutan perban.

"Ma..maaf," ujar Chloe terputus-putus.

Dan karena teriakan Leon itu, sukses membuyarkan momen canggung di antaranya dengan Chloe.

Setelah tangan Leon berhasil diperban dengan sempurna, begitu pula luka dan beberapa memarnya telah diobati oleh Chloe, Chloe meneguk air putih yang tersedia di depannya.

"Bagaimana? Sudah sedikit tenang?" tanya Leon.

Chloe mengangguk kemudian menatap heran mata Leon, "Bukankah kau adalah pasienku beberapa hari yang lalu? Bukankah juga, kau adalah orang buta yang mencoba membeli pembalut wanita kemarin? Dan... yang sempat menguntitku kemarin juga kau kan? Leon?" Chloe menyipitkan matanya sambil menantikan jawaban dari pria ber-rahang kokoh ini.

"Emm, ini masih jam 2 pagi, sebaiknya kau kembali tidur. Kau membutuhkannya," ujar Leon mencari alasan.

"Aku.. sudah merasa jauh lebih baik. Apalagi jika kau menjawab pertanyaanku," kata Chloe sarkas.

"Sebenarnya.. iya. Aku Leon. Semua yang kau tanyakan itu memang aku."

"Tapi.. apa yang..." Chloe berbisik pada dirinya sendiri.

Beautiful PainWhere stories live. Discover now