Explode 24

5.1K 332 39
                                    

Tepat di saat sang mentari masih enggan untuk menampakkan dirinya, Chloe membuka matanya perlahan, mencoba mencari fokus pada suatu objek. Ia langsung melirik ke arah jam digital di sampingnya. Masih terlalu pagi. Ia merasakan raganya kembali setelah kejadian penat kemarin. Ia pun tidak lagi merasakan pening di kepalanya.

Beberapa detik kemudian, ia baru menyadari bahwa tubuhnya terselimuti oleh selimut tebal yang menghangatkan. Ia lantas menarik kesimpulan bahwa Leon-lah yang melakukan ini. Tiba-tiba saja Chloe terkejut saat mendapati sesosok pria yang tengah tertidur pulas tepat di sampingnya. Ah, ya! Ia baru ingat, karena kemarin ia sangat kelelahan setelah bersedih, jadi pria ini menemaninya tidur.

Chloe memiringkan posisi tubuhnya sehingga wajahnya saling berhadapan dengan wajah Leon. Wajah itu...begitu mendamaikan. Paras tampan yang tengah Chloe pandang ini benar-benar membuatnya kagum. Pejamannya sama sekali tak mengurangi kesan indah pada matanya. Hidungnya yang begitu sempurna, begitu pula bibir ranumnya yang menggairahkan. Chloe terperangah, tak bisa berhenti memuja.

Seolah tak sadar, degupan jantung Chloe telah berdetak tak normal lagi. Senyuman tulus yang Chloe ukir di wajah cantiknya seakan mengungkapkan betapa terperangahnya ia akan ketampanan Leon. Rasanya ingin sekali Chloe menyentuh wajahnya.

Perlahan, Chloe dekatkan jemarinya pada wajah itu. Dengan yakin, ia terus mengarahkannya sembari meneguk salivanya gugup. Namun tiba-tiba, tubuh Chloe sedikit tersentak karena terkejut. Degupan jantungnya seakan berhenti ketika Leon membuka kedua mata hazel tajamnya. Mata itu lalu terfokus pada jemari Chloe yang berada tepat di hadapannya, nyaris menyentuhnya, lalu pria itu tersenyum. Wajah Chloe spontan merona karena malu. Sesegera mungkin ia bangun dan turun dari ranjang, meninggalkan Leon yang tersenyum lebar begitu indahnya.

Jantung Chloe semakin tak karuan. Ia lantas berlari menuju kamar mandi tanpa meninggalkan sepatah kata pun.

"Bodoh! Bodoh! Bodoh!" rutuknya setelah ia menutup pintu kamar mandi dan bersandar di baliknya.

Chloe memejamkan mata sementara tangannya memegang dadanya mencoba mengembalikan ritme jantungnya. Ia merasa begitu malu karena telah tertangkap basah oleh Leon ketika memandangi wajah tampannya.

"Ya Tuhan.." adunya setelah berkali-kali menghembuskan napas panjang.

Chloe lalu pergi menuju cermin yang telah retak di wastafel di depannya. Ia buka keran air itu dan membiarkannya terus mengalir. Walaupun pantulan wajahnya kacau, ia memandangi rona merah di pipinya yang terlihat begitu jelas juga senyuman yang tak kunjung pudar. Entahlah, rasa ini begitu aneh untuk diungkapkan. Chloe lantas membasuh wajahnya bermaksud menghilangkan senyum itu. Ia pandang lagi wajahnya pada cermin sebelum menyadari bahwa senyumannya malah semakin lebar.

Wanita itu lalu menggeleng-gelengkan kepalanya sebelum akhirnya membuka pintu untuk keluar dari kamar mandi.

***

"Pagi."

Ada sedikit perasaan aneh saat Chloe mendengar suara itu. Ia seharusnya segera berlari menjauh dari Leon karena kejadian memalukan ketika di ranjang tadi. Namun, gengsinya menang telak atas itu semua. Ia hanya berharap agar Leon lupa akan kejadian itu. Walaupun Chloe tahu bahwa itu adalah harapan yang konyol.

"Pagi," sapa Leon mengulang.

Chloe yang tengah sibuk memanggang omelet, menoleh. Ia tersentak melihat pemandangan di depannya lalu meneguk salivanya gugup. Kemudian memilih kembali berbalik, fokus pada omelet buatannya.

"Kau sedang membuat apa?"

Bau musk yang menyeruak di hidungnya, membuatnya memejamkan matanya perlahan. Dalam hati ia merutuk pada pria yang bisa-bisamya malah mendekat di saat ia tak ingin menatap pemandangan menakjubkan itu lagi.

Beautiful PainWhere stories live. Discover now