MENEPI UNTUK PERGI 27.

3.2K 333 77
                                    

Gak ada pembelaan untuk telat update hari ini, yang ada cuma kata maaf. Maaf banget ya aku lama gak update.

Mau update cepet? Spam yuuuuuu......

APA KALIAN SUDAH SIAP UNTUK RAMAIKAN CERITA INI?

SIAPA AJA NIH YANG BACA INI?

VOTE AND COMENT DONG!!!!

KALAU ADA TYPO LANGSUNG TANDAIN YAA!

SELAMAT MEMBACA💙💙

MENEPI UNTUK PERGI 27.

"Rasanya hampa, rasanya sepi, rasanya sedih, rasanya perih." --Zea Jovanka.

Pagi berganti siang, siang berganti sore, dan sore berganti malam. Waktunya untuk semua manusia beristirahat dari hari yang terasa cukup melelahkan ini, melupakan sejenak masalah hari ini dan bersiap untuk menyambut hari esok lagi.

Sedangkan Zea terduduk di lantai dekat jendela besar kamarnya sembari memeluk lututnya di temani buku diary dan pena di depannya yang tergeletak begitu saja. Matanya terus menatap lekat jam yang berada di dinding kamarnya, jarum jam yang hampir bergeser ke 00:00. Suara khas jam bergerak memenuhi indra pendengaran Zea di malam yang sunyi ini.

Di temani dengan sepi Zea masih tak mau melepaskan tatapannya dari jam itu, seperti ada magic yang terus menarik dirinya untuk menatap jam itu.

Aku begitu membenci suara yang tak asing itu.
Suara yang begitu keras dilarut malam yang beku.
Iramanya begitu mengintimidasi penuh nafsu.
Menertawakan aku dan sepi yang sedang bercumbu.

Untuk malam ini ia tidak akan meminum obat yang selama ini membantunya terlelap karna ia ingin menikmati waktu sendiri di temani sunyi dan sepi. Tapi hanya untuk malam ini, ia tidak janji tidak akan meminum obat itu untuk malam-malam selanjutnya. Malam ini ia ingin merasa damai dulu dengan hatinya, menikmati semilir angin yang masuk melalui celah jendela kamarnya, malam ini nampaknya seperti ingin turun hujan karna terlihat jelas sekali awan mendung yang menghiasi langit malam ini.

Lamunannya terganggu dengan suara ponsel yang berdering nyaring di atas tempat tidur miliknya, Zea hanya menoleh sekilas tanpa berniat ingin mengangkatnya. Tapi, bunyi ponsel itu terus berbunyi membuat Zea mau tak mau bangkit dan mengangkat telponnya.

Tanpa melihat siapa yang menelpon Zea langsung mengangkatnya dan menempelkan benda pipih itu samping telinganya.

"Lelet amat sih lo gue telponin dari tadi juga!"

Zea menjauhkan ponsel dari telinganya dan melihat siapa yang menelponnya malam-malam dan ternyata Dito yang menelponnya malam begini, ia pikir siapa.

"Lo denger gue gak sih ha? Gue ngomong juga!" Semprot Dito dari sebrang sana.

"Kenapa Dito?" Tanya Zea lelah "Ini udah malam, kenapa lo nelpon gue"

"Suka-suka gue lah lo kan pacar gue. Ngapa gak suka lo?!"

"Bukan gi-"

"Halah bilang aja lo gak suka gue telpon malam-malam! Gak usah sok jual mahal deh lo"

"Jangan geer lo ya gue telpon malam-malam gini, gue cuma mau nyuruh lo buat semua data pengurusan kita selama di paski, entah itu data pengeluaran uang ataupun pemasukannya. Dan satu lagi, tulis semua misi yang udah kita jalanin dan yang belum sempat kita jalanin"

"Harus malam ini Dito? Gue gak sanggup, besok aja ya?"

"Gak! Gue mau malam ini lo kerjain dan besok pagi lo kasih ke gue! Gak ada penolakan ini perintah!"

MENEPI UNTUK PERGI [END] Where stories live. Discover now