MENEPI UNTUK PERGI 11.

4.1K 352 9
                                    

MENEPI UNTUK PERGI 11.

"Lucu bukan? Dunia menuntutmu berdamai dengan keadaan, sementara keadaan membunuhmu secara perlahan otakmu di banting, hatimu ditikam tapi harus tetap haha hihi sana sini" --Zea Jovanka.

Tokk tokkk.

"Agatha tolong bukain pintunya" Pekik Zea dari dapur sembari memegang segelas air putih "AGATHA" panggil Zea lagi dengan lebih kencang.

Tak ada balasan apapun dari Agatha membuat Zea mendengus lalu meletakkan gelasnya di atas meja pantry dan berjalan mencari Agatha.

"Ta lo bukannya bukain pintu. Itu tadi ada yang ngetuk gue lagi minum tadi" Omel Zea saat melihat Agatha yang sedang asik tiduran di kamarnya sembari memainkan game di ponselnya "Bisa gak sih Ta sehari aja gak main game!"

"Lo aja deh yang buka" Balas Agatha masih menatap serius ponselnya.

Tokk tokkk tokkk.

Suara pintu di ketuk kembali terdengar membuat Zea mendengus "Dasar, gue sumpahin kalah lo"

"Daripada lo nyumpahin gue mending lo buka pintu itu berisik tau gak. Mana yang ngetuknya kaya ngajak gelut, siapa tau juga kan itu Ayla"

Zea meninggalkan kamarnya lalu menuju pintu utama yang sedari tadi di ketuk "Siapa sih" Kesalnya "Gak sabaran banget"

Dengan sedikit rasa Ikhlas Zea mebuka pintu, tapi ia tidak menemukan siapa-siapa disini. Jika tidak ada siapa-siapa lalu mengapa pintunya seperti di ketuk seseorang, tiba-tiba Zea merasa merinding sendiri sekarang.

Zea menunduk kebawah, terdapat kotak berukuran sedang di depan rumahnya. Zea menatap bingung kota itu "Kotak apa ini? Paket? Tapi mana kurirnya, gue juga gak mesen apa-apa tuh" Gumamnya bingung "Apa ini punya bunda? Tapi gak mungkin, bunda gak pernah mesan barang online"

Dengan penasaran Zea langsung mengambil kota itu dan duduk di kursi yang berada di teras rumahnya.

"Untuk Zea" pesan yang tertulis di stik note  itu.

"Untuk gue?" Gumamnya menunjuk dirinya sendiri.

Zea menaruh stik note itu di meja lalu dengan perlahan ia mebuka kotaknya. Seketika tubuh Zea menegang, matanya membulat takut, kepalanya mendadak pusing.

"LO GAK PANTAS BAHAGIA ZEA JOVANKA!
LO ITU PEMBUNUH. LO PEMBUNUH! PEMBUNUH!

"AAAAAA" spontan Zea langsung melempar kotak yang di dalamnya berisi tikus yang sudah mati dan terpotong-potong. Di dalamnya juga ada foto Zea yang sudah berlumur dara tikus itu.

"ENGGAKK" Zea beringsut mundur dan menjauh, memegang kepalanya yang langsung sakit seperti ingin pecah lalu menangis melihat kata-kata yang tertulis di dalamnya.

Tidak, Zea bukan pembunuh sungguh Zea bukan pembunuh.

"ENGGAKKK GUE BUKAN PEMBUNUH ENGGAK" histeris Zea ketakutan "ENGGAK! TOLONGG GUE BUKAN PEMBUNUH"

Agatha yang mendengar Zea berteriak kencang langsung melempar ponselnya ke sembarang arah. Berlari panik ke depan dengan cepat, betapa kagetnya Agatha saat melihat Zea yang sudah terduduk di pojokan sembari memegang kepalanya dan menangis histeris, menggelengkan kepalanya lalu berteriak kencang.

Perlahan Agatha mendekati tubuh Zea yang bergetar hebat "Ze" Panggil Agatha pelan.

"ENGGAK GUE BUKAN PEMBUNUH, GUE BUKAN PEMBUNUH" histerisnya sembari meringsut mundur menjauh.

"Ze ini gue Agatha. Lo bukan pembunuh Ze" Ujar Agatha membuat Zea menatapnya dengan air mata.

"Gue bukan pembunuh Ta" Ujarnya ketakutan.

MENEPI UNTUK PERGI [END] Where stories live. Discover now