MENEPI UNTUK PERGI 13.

3.7K 339 19
                                    

MENEPI UNTUK PERGI 13.

"Untung hati itu ciptaan tuhan. Coba kalau ciptaan cina gue udah gak tau bentuknya kaya apa" --Zea Jovanka.

"Gak tau kenapa saat melihat mereka hati gue juga ikut sakit. Sakit, seperti yang lo rasain" --Agatha Adonia Dewantara.

Zea berjalan menuju kelas bersama Nathan di sampingnya, mereka baru saja turun dari rooftop saat bel masuk baru saja berbunyi. Tangis Zea seketika berhenti saat mendengar lelucon dari Nathan yang sangat receh menerut Zea tapi Zea tetap saja tertawa.

"Ze lo kenapa pergi gitu aja dari kantin?" Tanya Dito saat tak sengaja berpapasan dengan Zea dan Nathan "Kok lo bisa bareng Nathan?"

Zea tersenyum sekilas "Tadi gue kebelet mangkanya buru-buru. Dan soal Nathan tadi gak sengaja papasan jadi bareng deh ke kelas kan searah juga" Jawab Zea dengan dusta.

Mata Diti menyipit seperti tak percaya "Serius lo?"

"Iya. Gue duluan sama Nathan udah masuk soalnya" Pamit Zea langsung berjalan begitu saja membuat Dito menatap diam Zea yang semakin berjalan menjauh bersama Nathan.

"Ze lo mau gue anter ke kelas dulu gak?" Tanya Nathan saat sudah ingin sampai di deretan kelas IPA.

"Gak usah gak papa kok gue bisa sendiri lagian deket juga" Jawab Zea dengan terkekeh "Btw makasih Nath udah hibur gue" Ujar Zea tulus.

"Sama-sama" Balas Nathan tak kalah tulus.

"Kalau gitu gue ke kelas ya" Pamit Zea.

"Gue liatin dari sini" Ujar Nathan tiba-tiba.

Zea menggaruk pelipisnya yang tak gatal "Gak usah, lo masuk aja gue bisa sendiri kok"

"Buruan Ze keburu ada guru entar kelas lo" peringat Nathan membuat Zea mau tak mau harus mengalah.

"Iya-iya. Makasih sekali lagi"

Zea langsung berjalan dengan cepat meninggalkan kelas Nathan, banyak teman-teman sekelas Nathan menatap Zea dengan tersenyum menggoda, Zea tau maksud mereka apa pasti mereka berfikir yang tidak-tidak mengenai Nathan dan Zea.

Semakin mempercepat langkah kakinya, sesekali Zea menoleh kebelakang dan masih terdapat Nathan yang terus memperhatikanya dari jauh. Karena gugup Zea langsung berlari dan berbelok ke koridor sebelah kanan menuju kelasnya, Zea menghela nafas lega saat sudah tidak di perhatikan Nathan lagi lalu ia berjalan dengan santai sembari mengatur nafasnya.

Mata Zea membulat sempurna saat melihat pintu kelasnya tertutup, mengintip sedikit di jendela dan jantung Zea langsung berdegub kencang. Oh no sudah ada guru yang masuk ke kelasnya, Zea melihat jam yang melingkar di tangannya ternyata ia sudah telat lima belas menit setelah bel masuk istirahat berbunyi. Zea semakin deg-degan dan takut saja ingin masuk ke dalam kelas.

"Duh gimana ini kalau gue gak masuk malah lebih parah" Gumamnya bingung "Kalau gue masuk juga pasti di hukum apa gak di omelin, mana bu Merry lagi yang ngajar. Duh bego bego bego, Zea bego"

Menggigit jarinya sembari berfikir dan berjalan kesana kemari, harus bagaimana ini Zea tidak punya nyali untuk masuk kedalam ayolah.

Tiba-tiba saja pintu kelas terbuka begitu saja membuat tubuh Zea menegang dan jantungnya semakin tidak normal "ZEA NGAPAIN KAMU DISINI? KAMU BOLOS JAM PELAJARAN SAYA HA?" teriak Bu Merry sontak membuat Zea terlonjak.

"Emm...itu..bu-" Gugup Zea susah mengeluarkan kata-katanya.

"Itu apa?!" Garang Bu Merry.

"Saya takut mau masuk karena saya sudah telat lumayan lama" Cicit Zea menundukkan kepalanya takut.

MENEPI UNTUK PERGI [END] Where stories live. Discover now