MENEPI UNTUK PERGI 06.

4.2K 369 28
                                    

MENEPI UNTUK PERGI 06.

"Sudahi cemburu pada yang bukan haknya. Jika kamu tetap memaksa, silahkan nikmati sesaknya."

"HEI CEPAT KELAPANGAN UPACARA" Teriak pak Hardi selaku guru bk yang sedang berkeliling kelas sambil membawa mistar panjag memastikan semua murid nya pergi untuk melaksanakan upacara.

"Kamu cepat kelapangan gak usah banyak ngaca. Cantik enggak" Ujar pak Hardi kepada segerombilan murid perempuan yang sedang berkaca dan membenarkan tata letak rambutnya.

"Yeu bapak. Saya mah cantik dari orok" Balas salah satu murid perempuan itu dan langsung pergi menuju lapangan.

Pak Hardi memasuki kelas satu persaru untuk mengecek siapa siswa yang tidak mengikuti upacara.

"Topi kamu mana?" Tanya Pak Hardi sambil mengangkat mistar panjang ke hadapan muridnya.

"Ini pak ada" Jawab siswa laki tersebut dan pak Hardi hanya mengangguk.

"Rambut kamu sudah panjang, besok cukur! Atau mau bapak yang mencukur biar botak sekalian?" Tanya Pak Hardi yang melihat muridnya berambut gondrong.

"Jangan pak, rambutku mahkotaku"

"Dafa, Rian bisa cepat sedikit kalian berjalan? Upacara sudah ingin di mulai!" Omel Pak Hardi lagi saat menemukan Dafa dan Rian malah berjalan santai menuju lapangan.

"Iya-iya pak, pagi-pagi sudah ngomel aja" Gerutu Rian.

"Awas cepet tua biar tau rasa" Guman Dafa sebal.

Pak Hardi tak memperdulikan ucapan muridnya. Ia kembali berjalan menuju kelas 12 IPS C untuk memastika biang onar nya mengikuti upacara semua.

"Bara! Ngapain kamu disitu?" Tanya pak Hardi saat melihat Bara terduduk di bawah kolong meja.

"Nyumput pak biar gak ikut upacara" jawab Bara enteng tanpa tahu siapa yang bertanya tadi.

Pak Hardi langsung menghampiri Bara dan menjewer kupingnya membuat sang empu meringis kaget "Duh sakit"

"Pintar kamu ya sembunyi biar tidak ketahuan saya ha?" Murka pak Hardi.

Bara langsung menoleh dan terkejut ternyata yang bertanya kepadanya tadu adalah pak Hardi, guru yang lumayan galak tapi terkadang suka bercanda juga "Ampun pak sakit ini" Adu Bara sambil memegang telinganya.

"Cepat kelapangan upacara! Jangan mencoba kabur lagi kamu Bara" Tajam Pak Hardi melepas jewerannya dari telinga Bara.

"Iya-iya pak" Ujar Bara sambil mengusap telinganya yang terasa panas.

"Baju kamu masukin, apa perlu saya yang memasukkannya?"

"Etsss jangan dong pak saya sendiri masih sanggup buat masukinnya"

"Dasi topi kamu mana?"

"Ada pak di tas"

"Cepat ambil!" Tegas pak Hardi yang membuat Bara meringis.

Mengambil topi dan dasi di dalam tak lalu Bara langsung ngacir kelapangan, takut jika harus di marahi oleh pak Hardi lagi.

Upacara rutin setiap hari senin sudah ingin dimulai. Semua murid sudah berbaris rapih di depan plang kelasnya masing-masing. Zea baru saja memasuki barisannya, kali ini ia lebih memilih untuk berdiri di barisan belakang yang lumayan cukup teduh.

"Ze baru dateng lo?" Tanya Ayla sedikit berbisik.

Zea hanya mengangguk tanpa berniat membalas pertanyaan Ayla. Zea menurunkan sedikit topinya untuk menghindarinya dari panas matahari, untuk hari senin ini Zea tidak ikut andil dalam menyiapkan pasukan pengibar bendera merah putih di akibatkan Zea datang saat gerbang sudah ingin di tutup untung saja ia masih bisa di perbolehka masuk pada satpam yang menjaga.

MENEPI UNTUK PERGI [END] Where stories live. Discover now