_Dia yang pertama kalinya_

89 21 10
                                    

اَلَّذِيْنَ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَآ اِنَّنَآ اٰمَنَّا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوْبَنَا وَقِنَا عَذَابَ النَّارِۚ -
(Yaitu) orang-orang yang berdoa, "Ya Tuhan kami, kami benar-benar beriman, maka ampunilah dosa-dosa kami dan lindungilah kami dari azab neraka." (Surat Al Imran ayat 16).

_Muslimah_

Tak peduli lagi dengan sakit dikepalaku. Meskipun sudah diobati, namun sakitnya masih terasa. Tanganku pun demikian, infus yang aku buka dengan paksa. Aku masih menangis sesegukan, mengingat kejadian yang begitu membuatku menyesal. Aku tak menyangka dia seberani itu padaku. Orang yang tidak aku kenal dengan mudah membuatku menangis karena perlakuannya. aku tau niatnya pasti baik , dengan kalimat yang sempat aku dengar sebelum aku meninggalkannya.

"Aku hanya menolongmu, tidak ada maksud tidak baik, ataupun bernafsu padamu."

Kalimat itu sempat membuatku berbaik sangka padanya, namun dilain sisi banyak pertanyaan yang selalu membuatku ragu untuk percaya. Dia orang asing, bisa saja dia berbohong. Aku masih terus menangis sambil berucap istighfar.

"Aku tidak mungkin kembali kerumah dalam keadaan seperti ini. Abah pasti khawatir dan cemas melihat keadaanku yang seperti ini. Aku akan menelpon abah untuk meminta izin bermalam dirumah sahabatku Azizah. Maaf karena anakmu berbohong abah, Aku cuma tidak mau abah khawatir dengan keadaanku sekarang." Ucapku dalam hati.

Aku mengirimkan pesan kepada abah untuk bermalam dirumah Azizah dengan alasan ada tugas kelompok yang perlu diselesaikan secepatnya dalam beberapa hari ini. Setelah aku mengirimkan pesan kepada abah, aku juga mengirim pesan kepada Azizah untuk bermalam dirumahnya. Aku akan kesana setelah shalat ashar.

5 menit lagi masuk waktu ashar, Aku bergegas mencari mushollah di sekitar taman rumah sakit ini. Aku menemukan mushollah dibagian pojok taman. Aku mengambil wudhu kemudian shalat dengan memohon ampunan kepada Allah atas kejadian yang aku alami hari ini.

Ini semua karena kelalaianku, andaikan saja aku memdengar nasehat abah tadi pagi sebelum berangkat kesekolah, mungkin kejadiannya tidak seperti ini. Aku sangat menyesal telah mengabaikan nasehat abah. Namun aku tidak boleh terus berandai andai, karena itu merupakan perkataan yang tidak baik.

"Dibalik semua kejadian yang manusia alami, ada hikmah kebaikan dibaliknya."

Aku kembalu teringat pesan Umi.

Selesai shalat, Aku sempatkan beberapa menit untuk berzikir. Saat ini obat yang aku butuhkan adalah zikir kepada Allah SWT. Sungguh nikmat sekali berzikir kepada Allah SWT, seakan semua beban hari ini terlepas begitu saja.

Setelah aku merasa agak membaik, aku bangkit meninggalkan mushollah. Namun di setiap langkahku, aku kembali teringat pada laki laki yang menolongku tadi.

"Apa dia yang membayar biaya rumah sakitku? Dimana dia? Haruskah aku berterima kasih padanya?Tapi aku tidak suka dengan caranya menolongku." Ucapku dalam hati.

Aku tiba tiba teringat sebuah hadits
Dari Abu Hurairah, Rasulullah ﷺ bersabda:

لاَ يَشْكُرُ اللَّهَ مَنْ لاَ يَشْكُرُ النَّاسَ
"Tidak dikatakan bersyukur pada Allah bagi siapa yang tidak tahu berterima kasih pada manusia." (HR. Abu Daud no. 4811 dan At-Tirmidzi no. 1954).

Aku tidak mau kemakan oleh egoku sendiri. Aku akan menemuinya dan mendengarkan penjelasan kemudian berterima kasih kepadanya.

Aku kembali ke ruang UGD tempatku dirawat tadi. Aku mencari laki laki itu, namun tidak menemukannya. Aku kembali bertanya kepada perawat yang bertugas disana.

" Assalamu alaikum kak."

" Waalaikummussalam, iya dek ada apa?"

" Aku mau bertanya, laki laki tadi yang mengantarku kesini, Kemana yah?"

" oh laki laki itu. Dia sudah pergi sekitar 10 menit yang lalu. Adek yang tadi sempat kabur yah? Maaf."

" iya kak. Maaf sebelumnya. Karena saya pergi dengan sikap yang tidak sopan kak."

" iya tidak apa apa. Tadi laki laki itu berpesan kepada saya bahwa biaya rumah sakit adek sudah dibayar, dia juga menitipkan obat ini untuk adek, supaya luka adek bisa segera pulih."

" Terima kasih kak. Kalau boleh tau, nama laki laki tadi siapa yah?"

" Maaf sebelumnya dek, tadi dia berpesan untuk tidak menyebutkan nama  kepada adek."

" kenapa kak?."

" maaf, kakak juga tidak tau."

" khmm, kalau begitu terima kasih kak atas perawatan dan informasinya."

"sama sama dek, ingat obatnya diminum".

" Kenapa dia tidak mau memberi tau namanya padaku. Apa dia mengenalku?"

"Ya Allah bagaimana ini. Aku bahkan belum berterima kasih padanya. Aku dengan lancang pergi tanpa mendengarkan penjelasannya."

" Ya Allah semoga aku bisa bertemu dengannya kembali dan bisa berterima kasih atas bantuannya,aamiin"  Ucapku dalam hati.

Selain itu, Aku ingin mendengar penjelasannya, kenapa dia bisa dengan mudah dan lancang membuka jilbabku.

" Benar kalau kepalaku terluka, namun dia bisa membukanya di rumah sakit dengan meminta bantuan kepada perawat perempuan di rumah sakit ini. Kenapa dia yang harus membukanya di ruang itu? Bahkan dalam kondisi berdua saja. Meski caranya tidak aku suka, namun aku butuh penjelasan dari dia. Aku tidak mau terus soudzan kepada dia. Ini akan menjadi beban yang terus aku pikul, sebelum aku mendapatkan penjelasan darinya."

Mungkin sebagian orang atau perempuan yang sebaya denganku, akan berfikir bahwa hal itu tidak perlu dipermasalahkan. Namun hal seperti ini tidak bisa di sepelekan. Selain karena perempuan harus menjaga auratnya dari yang bukan mahram , yang paling aku sesali adalah dia laki laki pertama yang melihat auratku, laki laki yang bukan mahramku.

Allah SWT berfirman dalam Qur'an surat Al Ahzab ayat 59:
يَآأَيُّهَا النَّبِيُّ قُل لأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَآءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِن جَلاَبِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَن يُعْرَفْنَ
فَلاَ يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللهُ غَفُورًا رَّحِيمًا
Artinya:
"Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak wanitamu, dan istri-istri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka." Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun, lagi Maha Penyayang."

Aku kembali mengulangi ayat itu di dalam hati. Hingga aku menangis.
Sungguh aku telah lalai. Ampunilah hambamu ini ya Rabb. Maafkan anakmu ini abah, umi.

JEJAK CINTA MUSLIMAHWhere stories live. Discover now