kembali

3.7K 677 878
                                    

- sudut pandang oliver -

Bandara ini masih sama setelah setahun terakhir aku menjemput dia dari sana. Aku sudah mempunyai banyak sekali rencana yang akan aku lakukan dengan dia beberapa minggu ke depan. Semoga saja tidak ada latihan mendadak nanti.

Aku mengedarkan pandangan, mencari makhluk kecil nan mungil yang baru saja tiba. Dia tersenyum hangat seperti biasanya. Aku menghampirinya dan memeluknya.

"Miss me?" Tanyaku pada Lavina. Senyumannya seakan meredup, wajahnya kembali sedih.

"Hey? Ada apa?"

"Tidak ada, pertanyaanmu mengingatkan ku pada Aidan." Jawabnya sembari menggosok pelan mata nya.

Ah, Aidan. Teman kecilnya dulu. Orang yang dengan rela mengorbankan nyawanya untuk menyelamatkan Cedric dari turnamen mematikan itu.

"Bagaimana jika kita pulang segera? aku yakin mum sudah menunggumu dirumah. Kau kan anak kesayangannya." Ucapku mencoba menghibur. Lavina kembali tersenyum lagi, gadis ini cepat sekali merubah ekspresi nya. Aku dengan gemas mengacak acak rambut nya yang sudah rapih.

"Ih anjir, udah rapih rambutnyaa!" Ucapnya marah, namun tetap menggemaskan dimataku.  Aku segera membawanya dan mencari taxi untuk menuju rumah. Sepanjang diperjalanan ia selalu mengoceh tentang sekolah dan teman temannya.

- sudut pandang author -

Mereka sudah tiba di depan rumah Oliver, Lavina masi tertidur di dada Oliver. Mungkin ia sangat kelelahan. Oliver hanya tersenyum lalu mengecup pucuk kepalanya Lavina dan mencoba membangunkannya. Lavina mengerjap beberapa kali, mencari kesadarannya. Setelah sadar, ia akhirnya masuk kedalam dan meninggalkan Oliver di depan.

Lavina melihat sekelilingnya, masih sama. Rumah itu masih dihiasi oleh hiasan hiasan yabg berbau Quidditch. Pajangan, Poster, Nimbus, dan yang lainnya. Lavina mencari keberadaan Ms. Wood namun ia tidak menemukan nya sedari tadi. Oliver masuk dan menepuk pundaknya.

"Mungkin mum sedang pergi. istirahat saja dikamar. Kau nampaknya sangat kelelahan tadi." Ucapnya, Lavina mengangguk lalu menuju kamarnya.

Lavina menaiki tangga satu persatu, lalu membuka pintu kamarnya. Masih sama, tidak ada yang berubah. Kamarnya berbeda dari ruangan yang lain. Kamar lain berwarna merah dan cokelat, kamarnya berwarna ungu muda.

Lavina menghempaskan badannya ke ranjang lalu memejamkan matanya, semoga tidak berpindah dunia.

➹➷➹➷➹➷➹➷➹

Lavina turun untuk makan malam, ia melihat Ms. Wood sedang memasak bersama peri rumah mereka, Lemon. Lavina yang mengusulkan nama itu, menurut nya nama itu sangat lucu untuk peri rumah. Lavina menghampiri Ms. Wood lalu memeluk nya.

"Lavinaaa sayang, aku sangat merindukanmu." Ucap Ms. Wood disela sela pelukannya.

"aku merindukanmu juga." Balas Lavina.

"Merindukanku atau anakku? eh?" Ucapnya berpura pura keceplosan. Mereka tertawa bersama disana.

Lavina menghampiri Lemon lalu mengisyaratkan sesuatu kepadanya.

"Puding cokelat?" Tebak Lemon, Lavina mengiyakan lalu kembali membantu Ms. Wood.

Lavina menghabiskan liburannya di kediaman Wood. Ia bahkan dilatih untuk menggunakan sapu terbang Oleh Oliver, agar ia bisa masuk tim asrama katanya.

"Sapu di kananmu, lalu ucapkan 'Up' dan—" Ucap Oliver terpotong.

"Aku sudah mempelajari dasar itu pada saat tahun pertama, Ollie. Aku tidak bodoh." Ucapnya, Oliver menepuk kepalanya lalu terkekeh.

Lavina EllieWhere stories live. Discover now