Bagan Empat : Apa itu Ayah?

1.5K 129 24
                                    

taeilmoonie
Vote sebelum baca!!!!!!




Jangan sider pls! Klo masih banyak yg sider, terpaksa akan gua unpublish. Because? Ya peminatnya sedikit:)





Brak!

Tumpukan kertas dibanting kasar oleh Bian di meja kerjanya. Sedangkan Marva yang berdiri didepan Bian tersenyum.

"Ini semua dari tuan Gavin, dan menyuruh nona Bianca untuk mengerjakannya" jelas Marva.

Bian melipat kedua tangannya didada dan berdiri dari kursinya.

"Sialan Apin. Lo tau kan, Larva! Gua males ngerjain itu tumpukan kertas sialan, apalagi masalah keuangan" kesal Bian.

"Marva, nona Bianca" koreksi Marva dengan senyum yang tidak kunjung sirna dari wajah tampannya.

"Ck, terserah..." Bian melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul 1 siang, ia harus menjemput Summer di sekolahnya. Tapi kerjaannya menumpuk.

"Ada apa, nona Bianca?" tanya Marva yang melihat bos cantiknya itu gelisah.

Bian menggelengkan kepalanya. Kemudian ia mengambil ponselnya yang berada di meja kerjanya, lalu menghubungi salah satu anak laki-lakinya.

•••

Bruk!

Seorang pemuda dengan seragam sekolah terjatuh di aspal dengan wajah penuh lebam dimana-mana.

"Kalo lo ngadu ke guru atau ada orang lain yang tau ini, gua nggak jamin nyawa lo masih selamet. Pergi lo!"

Pemuda yang lebam itu bangun dan buru-buru lari menjauh dari pemuda yang memukulinya tadi.

Drrttt drttttt.

"Ck! Siapa sih!" kesalnya, lalu mengambil ponselnya yang berada disaku celana seragamnya.

Buna is calling.

Tanpa menunggu lama, ia pun mengangkatnya.

"Iya, buna?"

"Daffin, jemput kakak kamu ya. Buna masih banyak kerjaan, jadi nggak bisa jemput kakak kamu"

Tiba-tiba wajah Daffin yang tadi sangar menjadi memelas.

"Duh, bunaaaa. Akutuh males ke sekolah ituuuu, yang lain aja ya?"

"Deon nggak mungkin, Darel jam segini pasti lagi latihan skating. Jadi jemput Summer sekarang atau buna potong uang jajan kamu?"

"Eh..jangan gitu dong, bun. Iyaa ini aku mau otw nih"

"Goodbye"

•••

"Luci, sakit hiks"

Luci berdecak malas lalu menghempaskan tangan Summer yang sejak tadi ia tarik dengan kasar hingga mereka berada di salah satu kelas kosong.

Berawal dari Summer yang ingin pulang dan dihadang oleh Luci.

"Besok ayah balik ke Jakarta, dia nyuruh gue buat minta lo dateng ke bandara" ucap Luci.

Summer menghapus jejak air mata di pipinya.

"Kenapa ayah nggak bilang langsung ke aku?" tanya Summer.

Luci menatap remeh Summer.

"Ya karna lo kan anak buangan, ups"

Summer menundukkan wajahnya.

"Awas kalo lo ngadu ke dia tentang apa yang gua lakuin ke lo selama ini, ngerti?!"

Summer mengangguk pelan. Setelahnya Luci mendorong Summer hingga Summer terjatuh ke lantai, lalu Luci pergi meninggalkan Summer.

MCW 2 ✔ (END)Where stories live. Discover now