Bagan Duapuluhsembilan : Yuk Ngemall

771 86 12
                                    

taeilmoonie
Vote sebelum baca!!!





Happy reading~



Motor Clay berhenti diparkiran sebuah mall ditengah kota. Summer turun dibantu oleh Clay, dan Clay ikut turun setelah mematikan mesin motornya.

Ia melihat Summer yang kesusahan membuka tali pengait helm. Ia menghembuskan napas kasar. Lalu menarik helm yang dipakai Summer pelan hingga Summer mendongkak dan menatapnya.

Clay mengeraskan rahangnya. Wajah Summer yang membulat dengan kedua pipi gembil dan mata bulat sedang menatapnya polos.

Sial -Clay.

"Ck, buka gini aja nggak bisa. Lo bisanya apasi?" kesal Clay seraya membukakan tali pengait dan menarik helm tersebut hingga lepas dari kepala Summer. Summer hanya tersenyum menanggapinya.

Clay membuka helmnya juga dan mengacak rambutnya hingga berantakan. Gadis-gadis yang ada disana berpekik kencang melihat betapa manly dan tampan pria yang mereka lihat.

Sedangkan Summer hanya menatap Clay polos.

"Kenapa diberantakin?" tanya Summer.

Clay menatap Summer bingung. Ada yang salah kah kalau ia mengacak rambutnya sendiri?

Summer tersenyum lalu berjinjit seraya merapihkan rambut Clay membuat para gadis itu kecewa dan berhamburan pergi.

Jangan tanya keadaan Clay. Ia hampir sekarat. Degup jantungnya berdetak sangat cepat diatas rata-rata. Tubuhnya membeku dan lidahnya kelu. Ia hanya bisa menatap Summer yang tersenyum polos dengan jarak yang sangat dekat dengan wajahnya.

Ia sebisa mungkin menahan napasnya sejak tadi. Ini kejadian yang tidak pernah Clay bayangkan seumur hidupnya.

"Selesai, rapih deh" senang Summer seraya menjauhkan tubuhnya lagi, dan Clay buru-buru berbalik membelakangi Summer dan menghirup oksigen dengan rakus. Ia memegang letak jantungnya yang masih berdetak cepat.

"Clay? Kamu nggak apa-apa kan?" tanya Summer khawatir.

Clay hanya membalas Summer dengan deheman.

Gila, berhadapan dengan Summer memang tidak baik untuk kesehatan jantungnya, pikir Clay.

•••

"Sekarang apa? Kita udah nggak ada hubungan apa-apa lagi, Luci" jengah Kenan.

Awalnya ia akan pergi ke kelas Summer saat bel berbunyi, tapi Luci menahannya tiba-tiba. Dan memohon padanya, Luci berkata ia ingin menyampaikan sesuatu.

Ia melihat keadaan Luci yang buruk, mata bengap, wajah merah dengan kantung mata hitam. Ini adalah penampilan terburuknya setelah mereka putus.

Tapi disaat ia merelakan waktunya bersama Summer hanya untuk gadis yang sejak tadi malah menangis didepannya.

"Kalo nggak ada yang mau lo omongin, gua pergi. Masih ada yang lebih penting dari lo" ucap Kenan hendak berjalan pergi, tapi Luci menahan erat tangannya.

"Hiks, jangan pergi. Jangan tinggalin aku, jangan pergi hiks. Kenan, aku nggak bisa putus dari kamu. Aku nggak mau, Kenan. Please, jangan pergi dari akuu" Luci menangis sejadi-jadinya. Tubuhnya terjatuh dan memeluk kaki kanan Kenan erat.

"Lepas, Luci. Kita udah nggak punya hubungan apapun, gua juga udah jadian sama Summer. Tolong, jangan ganggu gua sama Summer lagi"

Luci menggeleng ribut.

"Nggak, nggak bisa, nggak bisa!!!! Kamu milik aku, Kenan. Aku mohon hiks, jangan pergi"

Kenan menghela napas kasar, ia menarik paksa tangan Luci yang memeluk kakinya lalu pergi dari sana tanpa menghiraukan teriakan pilu Luci.

MCW 2 ✔ (END)Where stories live. Discover now