Bagan Duapuluhlima : Pergi ke Paris

1K 90 19
                                    

taeilmoonie
Vote sebelum baca!!!!



Happy reading~






"Gimana?" tanya seorang pemuda tampan nan tinggi semampai didalam kamarnya pada seorang pria tegap berjas.

"Nona Fidel dijauhi temannya sejak putus dengan anda, tuan"

Darel menggeram rendah dan menatap tajam salah satu pekerja ibunya yang sejak kecil sudah ditugaskan menjaga ia dan tiga saudara nya.

"Gua nggak pernah putus sama Fidel, jaga omongan lo" geram Darel.

Sang bodyguard menunduk dan meminta maaf segera.

"Keluar"

Sang bodyguard hendak keluar, tapi ia berbalik lagi memberikan sebuah ponsel pada tuan mudanya.

"Maaf tuan, ini ponsel tuan yang selesai dibenarkan" ucapnya.

Darel menghela napas kasar, lalu merampas kasar ponselnya. Sang bodyguard keluar kamar Darel.

Ya, sejak pulang dari liburan waktu itu ponselnya jatuh dari balkon kamarnya masuk ke dalam kolam renang.

Ganti ponsel mudah saja, tapi didalam sana banyak sekali foto-foto Fidel dan berbagai hal penting.

Ia menyalakan ponselnya, semoga saja masih ada yang bisa diselamatkan.

Ponselnya menyala, ia mengecek satu persatu. Detik berikutnya ia meremas ponselnya dan membanting ponselnya hingga hancur berkeping-keping.

Tak ada yang bisa diselamatkan. Darel marah karena ceroboh saat itu, semuanya hilang.

Tanpa basa-basi, ia memakai hoodie putihnya dan merampas kunci motornya dinakas. Ia harus menemui Fidel sekarang juga.

Ia menaiki motornya dan menarik gas dengan kecepatan tinggi. Dan hanya beberapa menit untuk sampai di kediaman keluarga Fidel.

Pagar pintu terbuka otomatis saat motornya sudah didepan pagar tersebut. Ia langsung masuk ke dalam.

Memarkirkan asal dan segera melepas helm kemudian turun dari motornya. Ia bergegas berjalan dan mengetuk pintu rumah megah Fidel tidak sabaran.

Detik berikutnya pintu terbuka.

"Fidel dimana?" tanya Darel tak sabaran.

"Loh, den Darel tidak tau? Nona Fidel seminggu lalu ke Paris untuk lomba pianis internasional" jelas maid yang membukakan pintu tadi.

Darel mengeraskan rahangnya lalu menjambak rambutnya kasar.

"Kapan dia pulang?" tanya Darel.

"Yang saya tau, non Fidel lolos babak final 3 besar, kata non Fidel acaranya dimulai dua hari lagi waktu sana"

Tanpa satu patah katapun, Darel berlari menuju motornya, ia langsung memakai helm lalu naik motornya kemudian menyalakan motor dan pergi dari sana.

Entahlah, pikirin nya campur aduk. Ia baru ingat, ia melewatkan lomba Fidel beberapa minggu yang lalu, dan sekarang ia tidak tau kalau Fidel ikut lomba pianis internasional.

Fidel pasti sangat kecewa padanya. Tidak, ia tidak mau menyakiti gadis yang sangat ia sayang, ia tidak mau seperti ayahnya. Air matanya mengalir pelan.

Hingga ia tidak sadar mobil didepannya berhenti dadakan karena lampu merah. Dan tanpa bisa ia hindari, ia menabrak mobil didepannya cukup kencang.

Motornya oleng dan terjatuh.

"Shit" Darel melepaskan helmnya dan berusaha bangun, untungnya ia tidak terluka sama sekali, hanya pinggangnya ngilu karena jatuh.

Beberapa orang membantunya mendirikan motornya dan dibawa kepinggir jalan. Mobil depannya juga ikut minggir agar tidak menghalangi kendaraan lain.

MCW 2 ✔ (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang