Bagan Empatbelas : Triplet

1.1K 97 23
                                    

taeilmoonie
Vote sebelum baca!!!!!




Happy reading~





"Daffin, please. Aku nggak mau!"

Deon berusaha menarik tangannya dari genggaman Daffin walaupun tenaganya tidak sebanding dengan Daffin.

Deon sampai berjongkok tapi Daffin tetap dapat menarik tubuh Deon masuk kedalam sebuah ruangan.

Dimana banyak tersusun rapih sarung tinju, samsak juga ring tinju. Deon bergedik ngeri.

"Daffin, pulang yuk" bisik Deon ketakutan.

Daffin berdecak malas.

"Cupu banget sih! Katanya mau nyari bakat lo!" kesal Daffin.

Deon tersenyum lirih. Ia salah memilih jalan.

"Eum, kayanya boxing bukan bakat aku, Fin"

"Gua udah telanjur bawa lo kesini, jadi diem aja" ucap Daffin penuh tekanan, membuat Deon tertekan.

Hingga seorang pria paruh baya menghampiri mereka.

"Pagi, couch. Ini adik saya yang saya bilang minggu lalu" ucap Daffin.

Couch itu mengangguk, kemudian menatap Deon dari atas sampai bawah. Membuat Deon risih dan takut.

Waduh, nggak humu kan dia? -Deon.

Couch itu tertawa kecil.

"Beda 180 derajat, kalian yakin kalian anak kembar?" tanya sang couch bercanda.

"Saya sih nggak yakin, couch" sahut Daffin yang disambut pukulan hangat dari adik kembarnya tercinta.

"Aw! Sakit sialan!" pekik Daffin seraya mengelus bahunya yang malang.

"Baiklah, kamu boleh lanjut latihan, Daffin. Biar adik kamu saya yang urus" ucap sang couch membuat Deon keringat dingin.

Aduh, jangan-jangan aku mau di skidipapap tralala trilili indehoy asoy melehoy sawadikap awewecita despacita skuy skuy aselele -Deon.

Tangan Deon ditarik menjauh dari Daffin, membuat Daffin menahan tawanya kala melihat ekspresi Deon yang ketakutan.

Hingga ia dikagetkan oleh pukulan keras dibahunya. Daffin meringis dan menatap tajam pelaku pemukulan.

Viola adalah pelakunya, ia tertawa bahagia melihat Daffin kesakitan akibat ulahnya.

"Sialan!" kesal Daffin membuat Viola semakin tertawa.

Detik berikutnya Viola mendekatkan wajahnya pada wajah Daffin, membuat Daffin menahan napasnya dan membeku.

"Yang lo bawa tadi siapa? Boleh kenalin ke gue nggak?" ucap Viola seraya mengedipkan matanya berkali-kali.

Daffin yang tersadar pun langsung mendorong Viola menjauh, gadis jadi-jadian ini semakin meresahkan.

"Adek kembar gua, ngapa lo naksir?" tanya Daffin.

"Kok nggak mirip? Dia ganteng kaya pangeran, sedangkan lo kaya babunya"

"Sialan! Nggak gua kenalin pokonya!"

Viola merengut kesal.

"Jangan gitu dong sama temen seperboxingan. Pelit banget sih bagi-bagi adek gantengnya"

"Bodoamat, bye!"

Daffin pergi meninggalkan Viola yang semakin merengut kesal.

"Untung adeknya cakep, kalo nggak udah gue abisin muka songong abangnya"

MCW 2 ✔ (END)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant