1. Sarung

13.8K 821 63
                                    

Sebelum baca, wajib komen⬇️⬇️⬇️

Awal baca: Semarang, 6 Maret 2021

Lanjut➡️➡️➡️


Happy reading😊

*****

"I lap you."

"Anjing, seragam gue!" Bagas menarik sisi seragamnya, melihat hasil jahil Chiko yang sembarangan mengusap tangan kotornya.

Chiko meniup tangannya yang berubah jadi hitam akibat mengangkat pot berisi bunga mawar. Dia berdecap kesal, sekarang tangannya jadi tidak estetik lagi.

Dari rumah dia sudah mandi ganteng, pakai minyak wangi, rambut tertata berantakan (maaf untuk yang satu itu lebih keren berantakan dari pada rapi), tapi sesampainya di sekolah dengan tega guru piket menyuruhnya bersih-bersih taman.

"Galau, Chik, gara-gara tangan lo gak bisa diajak tebar pesona buat modusin cewek?" Revan terkekeh melihat muka masam Chiko.

"Diem lo!" Chiko menatap Revan sengit. "Ini semua gara-gara lo yang bangun kesiangan, kita semua jadi kena hukuman, kan. Mana celana gue robek pas naik pagar lagi." Cowok itu menggaruk pantatnya yang tiba-tiba gatal.

"Jangan sok paling menderita. Lo harus tanggung jawab beliin seragam buat gue." Bagas memberikan seragam OSIS nya pada Chiko, sedangkan dia hanya memakai kaos polos berwarna hitam.

Chiko menatap seragam Bagas, "Uang dari mana? Gue sendiri aja gak mampu beli celana abu-abu baru."

"Derita lo! Gue gak mau tahu. Makanya kalau lakuin apa-apa tuh dipikir dulu."

Alex yang selesai menyapu dedaunan akhirnya ikut bergabung bersama teman-temannya, "Kasih belas kasihan sedikit lah, Gas. Dia juga kena mental gara-gara celananya robek, akhirnya disuruh pakai sarung."

Chiko membenarkan sarungnya. Itu adalah sarung milik Pak Satpam, terpaksa dia pinjam karena tidak ada pilihan lain. Malu memang, tapi lebih malu lagi kalau pakai celana robek yang menampakkan celana dalamnya. Setidaknya nasibnya terselamatkan oleh sarung tersebut, lumayan untuk memikat ukhti-ukhti yang sekolah di sana.

"Ck! Ya udah, buka baju lo. Kita tukeran baju," kata Bagas.

"Lo serius mau tukeran baju sama nih bocah? Keringetan loh dia," tukas Revan membuat Bagas langsung goyah dengan kalimatnya sendiri.

Matanya menatap tajam Chiko sambil menunjuk cowok itu, "Gila, menang banyak. Awas lo!"

Chiko nyengir lebar. Dia sangat suka menjahili temannya, seperti mendapat suntikan kekuatan dari sana. Besok-besok dia akan mengganggu yang lainnya juga, rasanya tidak adil kalau hanya Bagas yang merasakannya.

"Lo pada haus gak sih?" tanya Revan.

"Tito udah ke kantin, beli minuman," kata Alex seolah tahu jalan pikiran mereka.

"Buat dia sendiri atau buat kita semua?" Bagas menyeletuk dengan sisa kekesalannya.

Alex mengangkat bahu, "Gak tahu deh kalau itu. Masalahnya lo kalau dibeliin gak pernah lo ganti duitnya."

Merasa tersindir akhirnya Bagas memilih diam. Bukankah kalau sebelumnya tidak titip tapi dibelikan berarti gratis? Ini namanya pembodohan, Tito menjebak teman-temannya.

My ChikoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang