26. Tantangan untuk Chiko

1.3K 235 23
                                    

 
*****

Sesil menghela napas kasar menatap ponselnya yang diputus sepihak oleh Chiko.

Cowok itu tak memberinya waktu untuk bicara.

Padahal dia hanya mau bilang kalau berdera marching bandnya tidak ketemu tidak perlu dicari, soalnya sekolahan masih memiliki cadangan bendera seperti itu.

“Gimana Sil?” tanya Anya.

Gadis itu mendapatkan peran menjadi Princess, sebagai salah satu perwakilan di ekstra kurikuler tata busana. Sangat cantik, belum lagi perawakan Anya yang bak super model membuat kesan sempurna melekat di sana.

Sedangkan Sesil kini sudah siap dengan menggunakan seragam marching band, menenteng topi dengan satu bulu berwarna biru dan berdera cadangan yang diambilnya dari ruangan penyimpanan alat-alat marching band.

“Kak Chiko ngeyel tetep mau ke sini kembaliin berderanya,” tukas Sesil.

“Ya udah deh biarin aja. Lagian bukannya tuh cowok juga harus ikut serta dalam pawai. Mau bolos jadinya gak jadi kan gara-gara harus kembaliin bendera lo,” kata Anya yang membuat Sesil terkekeh lalu mengangguk setuju.

Mereka berdua berjalan menuju pinggiran taman lalu duduk di sana. Manik mata kedua gadis itu menelusuri ke sepenjuru lapangan, menatap kesibukan yang terjadi di sana.

Bahkan Bella sampai sekarang belum kelihatan. Gadis itu bertugas sebagai panitia yang mengatur segalanya, jadi dia nanti tidak akan ada pada barisan pawai.

“Eh ngomong-ngomong kemarin lo ditanyai Pak Polisi apa aja?” tanya Anya mengalihkan topik.

Sesil mengangkat sebelah alisnya, “Gak ditanyai apa-apa tuh. Dia anter gue sampai depan Apartemen terus gue bilang terima kasih dan dia cuman mengangguk aja.”

“Gue sama Bella ditanyai banyak hal dong.”

Sesil mengubah posisi duduknya menjadi miring menghadap Anya, “Ditanyai apa aja?”

Anya menatap ke langit, mengingat pertanyaan apa saja yang dilontarkan polisi pada waktu itu, “Dia tanya aku sama Bella tinggal di mana, nama orang tua kami siapa, terus ... Dia juga tanya tentang lo.”

“Oleh sebab itu gue tanya sama lo, ditanyai apa sama Pak Polisi? Kok dia malah tanya sama gue dan Bella.”

Sesil menghela napas, “Seperti yang gue bilang tadi gue gak ditanyai apa-apa sama Pak Polisi.” Gadis itu memegang lutut Anya, “Emang Pak Polisi tanya apa tentang gue?”

“Tanya nama orang tua lo siapa,” jawab Anya.

“Terus lo jawab apa?”

“Gue jawab aja kalau orang tua kita itu sama karena kita saudaraan.” Anya mengangkat kedua bahunya santai.

“Lo bilang kalau orang tua gue itu Tante Maricha dan Om Adi Wijaya?” tanya Sesil yang langsung mendapatkan anggukan dari Anya.

Sesil terdiam. Dia tersenyum namun senyumannya kali ini terlihat getir. Entah sampai kapan identitas orang tuanya dirahasiakan. Sesil sangat ingin memperkenalkan diri sebagai anak dari orang tua kandungnya, tapi sayang Om dan Tantenya tidak pernah memperbolehkannya.

Jangankan memperkenalkan diri sebagai anak dari orang tua kandungnya, menengok makam Mamanya saja Sesil tidak pernah diizinkan. Padahal itu adalah cara mengabdi seorang anak pada orang tua yang sudah meninggal.

“Lo tau kan Sil kalau ini yang terbaik,” kata Anya saat mengetahui perubahan raut wajah gadis di sampingnya.

Sesil menghela napas lalu mengangguk mengiyakan.

My ChikoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang