19. Malam minggu

1.6K 285 17
                                    

*****

Senyum Chiko tak pudar sama sekali. Semesta sangat mendukung acara kencannya hari ini, bintang-bintang bertaburan di atas sana didampingi rembulan yang menjadi pusat kebahagiaan, membuat komplit terasa.

Bukan hanya rembulan di atas sana, rembulan di samping Chiko juga termasuk sumber kebahagiaannya. Sesil dengan mesra menggelayutkan tangannya di lengan cowok itu. Kini mereka sudah tampak seperti anak muda yang sedang kasmaran.

Keduanya berjalan santai menelusuri alun-alun kota yang ramai kala malam minggu.

Ada banyak pedagang kaki lima yang mangkal di sana, anak-anak kecil yang berlarian didampingi orang tuanya, sampai pengamen jalanan yang mengadakan konser dan ditonton banyak orang.

“Duh so sweet banget pakai acara pegang tangan.” Chiko menggeliat seperti merasakan setruman yang mengalir ke hatinya.

Sesil meringis, “Sebenernya agak takut sama dunia malam, jadi butuh perlindungan,” ungkapnya. “kalau bukan dengan Kak Chiko dengan siapa lagi aku berlindung?”

Cowok itu menoleh, memandang Sesil yang tengah mengedarkan pandangannya ke sepenjuru alun-alun dengan kagum. Seolah-olah baru keluar dari goa dan tak pernah menikmati dunia luar.

“Gak pernah keluar malem?” tanya Chiko.

“Pernah, deket-deketan. Kalau yang jauh jarang.” Manik mata Sesil beradu dengan Chiko, “takut ada yang berbuat jahat.”

Chiko melepas tangan Sesil dari lengannya lalu beralih memeluk bahu gadis itu, “Mulai sekarang apa pun yang kamu takutin terjang semua. Abang Chiko siap jadi perisaimu,” katanya menepuk dada sombong.

Kedua sudut bibir Sesil terangkat dengan manik mata yang berbinar, “Janji?”

“Janji.”

Sesil membalas pelukan Chiko di pinggangnya. Betapa senang hatinya kala Chiko mengatakan hal barusan. Dia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan itu. Dia akan melakukan semua hal yang sebelumnya ditakutinya, karena Chiko siap menjamin keselamatannya.

“Mau ke mana dulu?” tawar Chiko.

“Mau beli sosis bakar,” ujar Sesil.

Akhirnya mereka memutuskan menghampiri penjual sosis bakar. Setelah memesan kedua sejoli itu memilih duduk di bangku sambil menikmati keramaian alun-alun kota.

Ddddrrrtt... Ddddrrrtt...

Ponsel Chiko bergetar. Cowok itu mengeluarkan benda pipih tersebut dari saku celana sebelum melihat nama si penelepon. Ternyata sang pengganggu itu adalah Bagas, malam minggunya orang jomblo memang begitu, apel dengan teman-temannya.

“Apaan? Ganggu aja lo.”

“Idih, sok penting. Biasanya juga malem minggu gangguin gue yang suka tidur lebih awal.”

“Malam minggu itu saatnya bergadang, lo mah kerjaannya molor terus.”

“Heh! Gue tidur lebih awal biar bisa bangun pagi terus olahraga. Banyak ciwi-ciwi cantik dan segar di pagi hari. Apalagi celana yang mereka pakai, beh! Sependek celana dalam.”

Chiko menoleh pada Sesil yang tampak tak peduli dengan obrolannya bersama Bagas.

Untung dia tidak mengaktifkan mode speaker pada ponselnya. Bisa gawat jika Sesil mendengar penuturan sahabatnya barusan.

“To the poin aja. Ngapain lo telepon gue?”

“Buru-buru amat. Pemanasan dulu lah bro sebelum ke intinya.”

My ChikoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang