3. Tanggung jawab

4.8K 589 30
                                    


Seperti kedatangan artis ternama di SMA Tunas Bangsa, semua siswa mengerubungi satu orang yang menurut mereka telah mendapatkan rezeki nomplok. Rasa bangga dan iri bergabung menjadi satu. Tidak menyangka orang terdekat mereka mendapatkan nasib seberuntung itu, membuat mereka ingin juga berada di posisi yang sama.

“Itu tadi beneran Kak Chiko kan, Sil? Gue kira guru agama, anjir!”

"Sumpah tambah ganteng Kak Chiko pakai sarung."

“Tau gitu gue aja yang ambil bolanya tadi.”

“Diajakin ngobrol apa aja? Perasaan lama banget.”

“Jangan bilang lo ditembak?”

“Aduh... Waktunya bisa diulang gak sih,. Biar gue aja gitu.”

“Tadi tangan lo dipegang kan? Aaaaa! Sumpah gue iri banget.”

Kepala Sesil pusing mendengarkan celoteh teman-temannya. Apa yang dia duga sekarang benar-benar terjadi kan? Dia jadi pusat interogasi mereka karena berinteraksi dengan Chiko.
Sudah menjadi rahasia umum kalau sekolahan yang Sesil pijak ini memiliki lima cowok populer.

Populer dalam hal urakan maksudnya, bukan kepintaran dan kedisiplinan. Sesil kini duduk di bangku kelas XI, jadi dia tahu pasal komplotan itu sudah hampir dua tahun.

Teman-temannya tidak pernah absen membicarakan mereka. Ada saja hal yang membuat mereka terkagum-kagum atas tingkah lima cowok itu.

Bagaimana dengan Sesil? Tentu saja dia mengakui kalau kelima cowok itu memang tampan dan keren, tapi dia tak sefanatik cewek-cewek lain sampai berteriak histeris.

“Sesil gimana perasaan lo saat––“

“Heh! Udah-udah. Kalau tanya itu satu-satu ngapa. Belum juga Sesil jawab, udah disambung aja sama pertanyaan lain,” sela Anya setelah membelah kerumunan didampingi oleh Bella di sampingnya.

Gadis itu duduk di samping Sesil dan mengusir satu temannya agar Bella bisa duduk di sampingnya, “Ayo, Sil, dijawab. Gue juga kepo.”

Sesil menghela napas panjang. Dia kira kedatangan Anya akan menjadi pahlawan baginya, ternyata dia sama saja dengan yang lain. Lebih parahnya lagi mengikut sertakan Bella, gadis culun dengan hiasan kacamata tebal di depan netranya.

“Iya itu tadi Kak Chiko.”

“Terus tanya apa lagi tadi?” Sesil memejamkan mata mencoba mengingat pertanyaan temannya, “oh... Tadi bicara apa aja.”

“Tadi kami cuman bicara masalah kena timpuk bola. Gue minta maaf sama dia.”

“Terus-terus?!” tanya mereka tidak sabaran.

“Dia minta tanggung jawab,” tukas Sesil.

Anya menggeser tubuhnya lebih mendekat pada Sesil, “Tanggung jawabnya bukan lo harus jadi pacarnya, kan?”

Sesil terkekeh mendengar pemikiran bodoh sahabat yang merangkap peran sebagai sepupunya itu, “Ya enggak lah! Pikiran kalau udah diracuni sama novel ya gini,” ujar Sesil mengetuk kepala Anya.

“Lalu tanggung jawabnya apa?” tanya salah satu cewek.

“Nanti pulang sekolah makan siang bareng.”

Dengan satu kali teriakan napas semua orang yang ada di sana berteriak histeris.








________________

Bersambung....

Author: Terimakasih sudah baca😊

My ChikoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang