39. Calon agen rahasia

619 107 1
                                    

"Saat uap air mencapai ketinggian tertentu yang suhunya lebih rendah, uap air tersebut akan mengalami pengembunan, sehingga berubah wujud menjadi tetes air. Proses ini dikenal sebagai kondensasi. Hasil kondensasi uap air inilah yang nantinya terlihat sebagai awan."

Seluruh siswa mencatat poin penting apa dikatakan Bu Niken. Beliau memang jenis guru yang tak suka menulis di papan tulis, beliau lebih suka menerangkan secara lisan dan membiarkan para murid memahaminya sendiri.

"Semakin banyak tetes air yang terbentuk, semakin besar ukuran awannya."

"Jika awan tersebut mendapatkan panas dari Matahari, awan akan menguap lalu hilang."

"Sok tahu."

Pandangan beberapa siswa mengarah ke bangku belakang. Menatap seorang cowok yang dengan beraninya mengatai guru dengan sebutan 'sok tahu'. Beruntung cowok itu mengatakan dengan nada rendah, jadi untuk saat ini dia aman karena Bu Niken tak mendengarnya.

"Beneran. Di TV udah ada beritanya. Katanya nih ya Upin & Ipin bakal ditiadakan," kata Bagas dramatis.

Chiko ngupil, mengeluarkan emas dari dalam hidungnya lalu membuangnya sembarangan, "Tenang, masih ada Spongebob."

"Kagak seru mah Spongebob, banyak adegan yang dipotong," tukas Tito yang duduk di belakang Chiko dan Bagas.

"YouTube kan ada, susah amat. Kagak punya kuota? Puasa rokok dulu buat beli kuota," kata Chiko.

"Wi-Fi sih ada di rumah gue tapi lo tahu sendiri kan Chik YouTube bisa buat jiwa gak terkendali. Niatnya mau nonton Spongebob malah pindah haluan nonton yang lain," jawab Bagas.

"Nonton yang lain apaan, Gas? Wah... Si Bagas mulai dewasa." Tito menatap Bagas penuh selidik.

Plak!

Bagas menampol kepala Tito dengan buku paket, "Gue punya mesin cuci, sini otak lo gue cuci," ucap Bagas gemas, "Gue nonton tutorial masak man. Siapa tahu nanti bisa jadi koki."

Tut!

Akibat terlalu serius menahan tawa Chiko tanpa sengaja mengeluarkan angin dari dubur. Tito yang menyadari itu mukanya memerah menahan tawa, bahkan Eva dan Alex yang duduk di depan Chiko pun sampai menoleh ke belakang setelah mendengar bunyi aneh.

"Siapa yang kentut? Buruan ke toilet, keburu cepirit lo ntar," kata Alex seolah takut kalau kelasnya bau.

"Yang belakang kenapa heboh sendiri?!" seru Bu Niken geram karena ada yang tak memperhatikan pelajarannya.

Seluruh mata memandang ke arah belakang. Orang-orang yang membuat kegaduhan menunduk seketika, kecuali Bagas yang merasa ternistakan karena di ejek pasal cita-citanya.

"Chiko eek di celana, Bu!" teriak Bagas pada akhirnya.

"Sialan lo." Chiko menjitak kepala Bagas.

Bu Niken menggelengkan kepala, "Chiko keluar sekarang."

"Bu, saya gak eek di celana. Beneran," jelas Chiko, spontan seisi kelas dipenuhi dengan gelak tawa.

"Oke. Kalau begitu kamu berdiri di luar kelas sampai pelajaran Ibu selesai."

"Eh saya eek di celana deh, Bu. Saya ke toilet aja." Chiko beranjak berdiri lalu lari keluar kelas sambil menutupi bokongnya.

Suara tawa semakin pecah akibat tingkah konyol Chiko. Bahkan guru dari kelas sebelah sampai keluar dan menengok apa yang sebenarnya terjadi di kelas XII IPS 2.

Setelah jauh dari pandangan kelasnya Chiko mulai berjalan santai dan bersiul. Lumayan lah drama yang terjadi barusan, dia jadi terbebas dari pelajaran yang cukup membosankan. Yah walaupun sebagai bayarannya dia harus pasang muka tembok.

My ChikoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang