20. Berdering

1.3K 280 9
                                    

 
*****

Hari sudah mulai larut. Sesuai kesepakatan dengan Bunda Puji akhirnya Chiko harus memulangkan Sesil sebelum jam sepuluh malam.

“Sini aku bukain.” Chiko bergulat dengan pengait pada helm yang dipakai Sesil, wajahnya ditekuk kesal.

Sebenarnya sudah banyak hal yang mereka lakukan di malam minggu ini, tapi tetap saja bagi Chiko itu kurang. Ingin rasanya memberontak pada Bunda kalau yang namanya malam minggu waktunya ya sampai jam dua belas malam, tapi apa daya Bunda adalah ratunya.

“Gantengnya mana? Kok ilang sih,” goda Sesil sambil terkekeh.

“Udah gak usah ngejek. Sini cium dulu.” Chiko merentangkan tangan menyuruh Sesil mendekat.

Gadis itu menurut. Dia maju lebih dekat pada Chiko lalu dengan sigap cowok itu memeluknya dan mencium dahinya.

Cukup lama. Sangat lama. Membuat Sesil yang tadinya menganggap santai hal itu kini berubah jadi canggung. Dia mendorong dada Chiko namun cowok itu malah mengeratkannya.

“Kak...”

Chiko melepas ciumannya, “Jawab dulu yang tadi.”

Sesil bungkam. Dia sangat nyaman berada di sisi Chiko, tapi untuk mengungkapkannya dia tidak mampu.

Lagian kenapa Chiko tidak menilainya saja dari sikap yang dia berikan? Kenapa Sesil harus membuktikannya dengan ucapan? Itu sangat memalukan.

Cowok itu menghela napas panjang lalu melepas pelukannya, “Belum ya?” Senyumnya berubah getir.

“B—bukan begitu.” Sesil menggeleng mengelak.

Chiko mengusap rambut Sesil sambil masih mempertahankan senyumannya, “Cepetan masuk. Cuci muka, gosok gigi, terus tidur. Oke?”

“Kak Chiko——“

“Aku pergi dulu. Jangan ngeyel kalau dibilangin. Nanti disayang setan.” Chiko terkekeh dengan candaannya sendiri.

Beda hal nya Sesil yang untuk pertama kali tidak menganggap guyonan Chiko lucu. Lihat saja tawa itu, dia sudah merasakan ada hawa hambar di sana.

“Aku pergi dulu,” pamit Chiko lalu berbalik dan melenggang pergi menghampiri motornya.

Tidak ada suara yang terdengar mencegahnya. Sesil bungkam membuat Chiko semakin diselimuti kesedihan. Sungguh mencintai sendirian itu menyakitkan.

Dia bukanlah Alex yang suka memaksa Eva agar mau menjadi pacarnya. Chiko masih memiliki batasan.

Walaupun hubungannya kini sudah pada tahap tunangan tapi tetap saja perasaan Sesil perlu dipertanyakan. Jika memang gadis itu tidak bisa mencintainya sudah seharusnya dia rela melepaskannya.

Kepalanya menoleh ke belakang, memastikan Sesil masih ada di sana atau tidak.

“Udah pergi ya. Jelas gue gak ditahan,” ucap Chiko saat mendapati Sesil sudah tidak ada di belakangnya.

Mungkin gadis itu cepat-cepat masuk ke dalam gedung apartemen saat Chiko berbalik. Pasti Sesil takut dia pojokkan lagi dengan pertanyaan barusan. Apakah Chiko terlalu dini mempertanyakan hal itu?

Mungkin iya. Karena pada kenyataannya pertunangan mereka belum genap sampai satu bulan. Kadang belajar jatuh cinta tidak bisa diprediksi kapan lulusnya.

Ddddrrrtt... Ddddrrrtt...

Ponsel Chiko bergetar menandakan ada panggilan yang masuk. Cowok itu mengambil ponsel dalam saku celananya lalu mengamati satu nama di sana.

My ChikoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang