31. Hilang

1.3K 214 8
                                    

 
*****

“Sesil!”

Gadis yang dipanggil namanya itu pun menoleh. Dia mengeratkan pegangannya pada tali ransel menatap Anya dan Bella yang berjalan mendekat.

Sepertinya dua cewek itu habis ada urusan di toilet.

“Kemarin ke mana aja?! Kenapa susah dihubungi?” tanya Anya to the poin.

“Maaf, Nya. Ponsel gue ilang.”

Anya dan Bella saling pandang, “Lah kok bisa?” tanya keduanya hampir bersamaan.

Sesil menggidikkan bahu, “Gue juga gak tau. Tadi malam masih ada di samping gue, eh bangun tidur udah ilang aja.”

Anya berjalan lebih mendekat, “Pertanyaan kedua. Tadi malam lo tidur di mana?”

Gadis itu meringis, “Lo nyariin ke apartemen?”

Anya berdecak, “Bukan cuman gue, Mama juga ikut.”

“Tante?” Sesil menepuk jidat, “gue lupa kabarin Tante kalau kemarin menginap di tempat Kak Chiko.”

Anya dan Bella terperangah tidak percaya, “Kamu menginap di rumah seorang cowok, Sesil?” tanya Bella membenarkan posisi kacamata besarnya.

Sesil menghela napas. Dia melanjutkan perjalanannya menuju kelas dan diikuti oleh kedua temannya, “Memang apa salahnya gue menginap di rumah Kak Chiko? Orang dipantau masa orang tuanya kok.”

“Kalau di kamar?” sela Anya.

Sesil meneguk ludahnya susah payah, “I—iya gak dipantau sih. Tapi gue kunci kok kamarnya,” jawabnya bohong.

Rasanya sangat menegangkan kala berhadapan dengan orang yang sedang dibohongi. Apalagi orang seperti Anya, yang sangat teliti dan penuh curiga.

Sekalinya Sesil ketahuan bohong dia akan memarahinya lalu merambat ke Tante Maricha dan Om Adi Wijaya.

Kalau sudah sampai ke pasangan paruh baya itu jangan harap Sesil akan selamat.

“Terus kalau kamu menginap di rumah Kak Chiko kenapa berangkat sekolahnya sendirian?” Bella menatap Sesil sejenak sebelum kembali fokus pada jalan.

Mereka berbelok masuk ke dalam kelas, “Nah itu dia. Kak Chiko hilang bersamaan sama ponsel gue.”

Anya dan Bella menaruh tas masing-masing di atas bangku lalu menghampiri Sesil yang berada di bangku berbeda, “Dugaan gue nih ya, Kak Chiko yang nyuri ponsel lo,” tuduh Anya.

Bella menyenggol bahu Anya dengan bahunya, “Kata kamu Kak Chiko orang berada, kenapa juga dia masih mau curi ponsel?”

Anya memutar bola matanya malas, “Kalau bicara sama orang pintar yang goblok masalah percintaan memang susah ya,” katanya. “Gini Bella. Dalam kamus percintaan itu ada istilah cemburu dan curiga."

"Mungkin aja Kak Chiko lagi curiga sama Sesil takut ini tunangannya kecantol cowok lain.” Anya menunjuk Sesil yang ada di depannya.

Sesil mengerutkan kening dalam diam.

“Oleh sebab itu dia curi ponsel Sesil buat mastiin,” lanjut Anya.

Bella mengangguk paham sedangkan Sesil menghela napas panjang.

“Ya udah deh kalau hilangnya karena itu. Lagian gue gak lagi nyembunyiin apa pun kok sama Kak Chiko,” kata Sesil melipat tangannya di atas meja.

Anya menggebrak meja, “Sesantai itu tanggapan lo, Sesil? Memang lo bisa hidup tanpa ponsel?”

Sesil mengangguk mantap, “Bisa.”

My ChikoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang