46. Pencarian

550 87 7
                                    

"Terkadang yang indah memang hadir untuk sesaat, layaknya pelangi dan senja."

🍂

Galang menghentikan motornya di halte tempat Raya biasa menunggu angkutan umum. Laki-laki itu terdiam menatap kursi yang biasa diduduki Raya. Dulu, semenjak dia tahu Raya satu sekolah dengannya, Galang sering menyempatkan diri memantau gadis itu dari jauh. Dia selalu memastikan Raya naik angkutan dengan keadaan selamat. Setelah itu, barulah Galang bisa pergi dengan tenang.

Kini, tempat itu kosong. Hanya dihuni daun kering yang berterbangan tertiup angin. Mata Galang tiba-tiba terbelalak melihat selembar kertas di atas kursi. Dengan perlahan menuruni motornya seraya langkah kakinya menggiring mengambil benda putih itu dan mengamatinya dengan jeli.

Kertas itu bergambar wajah gadis yang tersenyum, akan tetapi meneteskan air mata. Galang yakin itu gambaran Raya terlihat dari tanda tangan diujung kertas itu yang sama seperti tanda tangan pada gambar burung elang yang pernah dia temukan dulu di rooftop. Pandangannya beredar mengawasi keadaan sekitar hingga napas jenuh keluar secara tiba-tiba dari mulutnya. Salahkah Galang merindukan kekasih sahabatnya?

Setelah memasukkan kertas itu ke dalam ranselnya, Galang bergegas mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi. Meskipun laki-laki itu tidak terbiasa kebut-kebutan, untuk keadaan mendesak laki-laki itu akan mengeluarkan seluruh kemampuannya.

🍂

Satriya dan tim polisi sampai di suatu bangunan yang terbengkalai jauh dari pemukiman. Lokasi yang diduga sebagai tempat penyekapan Raya berdasarkan penelusuran tim polisi dan anak buah Pandu-Ayah Satriya. Dan terbukti, di sana terparkir mobil berplat nomor sesuai yang mereka cari.

Dengan mengendap-endap mereka berpencar mengepung bangunan itu. Lantas, satu persatu dari mereka memasuki bangunan itu dengan memegang senjata api masing-masing.

Sayangnya mereka tak menemukan tanda-tanda kehidupan di sana. Mereka hanya menemukan kursi dan tali yang diduga sebagai media untuk menyandera Raya. Dan terlambat. Penculik itu sudah membawa Raya pergi.

Satriya menatap kursi itu dengan kepalan tangan. Dahinya berkerut, rahangnya pun mengeras. Dia merasa gagal menjaga Raya.

🍂

Galang tidak tahu harus mencari Raya ke mana lagi. Sudah satu jam dia tak menghentikan laju motornya membelah jalanan kota. Otaknya berpikir keras untuk menganalisa kemungkinan-kemungkinan yang terjadi. Sayangnya nihil. Tidak ada petunjuk sama sekali.

Hingga akhirnya Galang memutuskan akan menemui Jessica. Karena setahu Galang, yang bermasalah dengan Raya hanya Jessica. Mungkin dia bisa menemukan petunjuk.

Dengan kecepatan tinggi, tak lama kemudian Galang sampai di rumah Jessica dan berdiri berhadapan dengan Jessica di depan pagar rumah gadis itu.

"Gue tahu lo bakal curiga sama gue. Pasti lo pikir hilangnya cewek cupu itu ada sangkut pautnya sama gue, kan?"

Dalam kondisi terdesak pun Galang tetap tenang. Laki-laki itu menghela napas panjang. "Bukan begitu maksud gue, Jes... gue tahu lo nggak ada sangkut pautnya sama hilangnya Raya. Tapi, gue minta bantuan lo. Lo pernah bilang kalau sepupu lo hecker kan? Gue minta tolong buat tracking posisi terakhir Raya lewat hapenya."

Jessica pun mengangguk setuju. "Oke, gue ganti baju dulu. Gue anter lo ketemu sepepu gue."

Galang memegang tangan Jessica hingga membuat jantung gadis sangar itu berdetak kencang. Akan tetapi dia segera menggeleng guna mengenyahkan perasaannya. "Lo nggak usah sok manis sama gue, Gal. Percuma. Hati lo bukan buat gue."

SAGARA (End)Where stories live. Discover now