39. Rahasia Sendiri

565 93 5
                                    

"Tentangku, ragaku dan rasaku cukup menjadi rahasia yang akan aku bilang tiba waktunya"

🍂

Setelah mengambil minum Satriya kembali pada Raya dan melihat gadis itu tertidur dengan posisi duduk. Terlihat sangat tidak nyaman dan membuat Satriya menarik kepalanya untuk bersandar di bahunya. Karena belum lama tidur Raya masih bisa merasakan pergerakan Satriya hingga akhirnya dia terbangun.

"Baru ditinggal sebentar udah tidur aja," Tak terima dengan sindiran Satriya membuat Raya mencebik kesal. laki-laki itu tersenyum melihat raut wajah Raya yang siap menerkamnya langsung mengacak-acak rambut gadis itu dengan gemas.

"Iih,  Sat!" Raya memelotot dengan ganas mengundang cengiran Satriya. "Gue perhatiin lo kok sering ketiduran sih, Ra? emangnya kalau malem gak tidur?"

"Ya tidur lah." Raya menjawabnya dengan ketus. Satriya tidak tahu salahnya di mana, dia hanya bertanya tapi ternyata reaksi Raya seperti tidak suka dengan pertanyaannya.

"Terus lo kok bisa gampang tidur gitu kenapa?"

"Gak tahu, guenya aja yang malesan." Sekilas Raya teringat kata-kata mamanya yang sering mengatainya malas kalau dia tidak cekatan. Tanpa sadar otaknya merekam semua kata-kata buruk yang terlontar padanya hingga membuat hal lain yang harusnya dia ingat jadi terlupakan.

Satriya tersenyum tipis tidak mau melanjutkannya lagi karena melihat Raya terlihat tidak nyaman dengan pembahasan itu. "Nih, jus aple buatan Aa Satriya." Laki-laki itu menyodorkan segelas jus pada Raya dan membuat gadis itu berbinar. "Jus apel?" tanyanya antusias.

"Seneng banget lihat jus apel kayak lihat diskonan aja?"

"Tahu gak sih, kalau gue itu suka banget sama yang namanya apel."

"Serius?"

Raya bergumam mengiyakan. "Berarti pas dong gue tahu kesukaan lo?"

"Iya, gak makasih."

"Gak sama-sama."

"Ayah cari ternyata mojok di sini?" Pandu yang tiba-tiba datang membuat Raya terbatuk karena kaget dan Satriya pasang badan menepuk punggungnya pelan. "Ayah kalau ngomong langsung gas aja, nih kasian anak orang."

Pandu terkekeh melihat putranya yang perhatian pada Raya. "Iya, Ayah minta maaf. Oh ya, Om Sam mengundang kalian ke acara pamerannya lusa. Ini undangan untuk kalian." Dua buah undangan hitam berpita emas dengan tulisan eksklusif beralih ke tangan Satriya.

Samudra melirik Raya dengan senyuman di sebelah bibirnya. "It's time to kencan."

Raya merebut salah satu undangan yang dipegang Satriya dengan paksa. "Buat gue kan satunya?" tanyanya dengan raut wajah berbinar. Betapa senangnya bisa menyaksikan pameran lukisan Samudra. Baru kali kali ini dia diundang ke acara seperti itu.

🍂

Tengah malam Raya terbangun dari tidurnya dengan memegangi dada kirinya. Sakit banget, Ya Allah.... Tangannya meraba-raba nakas mengambil gelas berisi air putih yang selalu dia siapkan.

Diteguknya air itu dengan rakus hingga tandas tanpa sisa. Setelah lebih tenang tiba-tiba kepala belakangnya berdenyut hebat seperti tertaik ke atas. Kedua tangannya memeganginya dengan kuat sambil memejamkan mata mengahau rasa sakit itu. Jangan teriak! itulah yang selalu dia sugesti dalam pikirannya karena tak mau sampai orang tuanya terganggu.

Semakin lama rasa itu semakin sakit hingga membuatnya meringis mengeluarkan air mata. Perlahan Raya menumpukan kepalanya di atas bantal dan berusaha tidur dengan memeganginya berharap dengan tidur rasa itu bisa hilang dengan sendirinya.

SAGARA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang