36. Demi Mama

561 89 0
                                    

"Dewasa bukan perihal angka melainkan kondisi akal dan jiwa."
~
🍂


Satriya mempercepat langkahnya menyusuri koridor rumah sakit. Hanya satu yang dia pikirkan yaitu kondisi Raya. Apa yang sebenarnya terjadi pada gadis itu. Mengapa disaat momen kebahagiaannya harus ada kesedihan yang mengiringi.

Ketika Satriya melewati sebuah kamar dengan pintu yang terkombinasi dengan kaca tanpa sengaja manik matanya melihat kedalam kamar itu ada Gadis yang duduk di atas brangkar sangat mirip sekali dengan Raya. Untuk memastikannya Satriya memasuki kamar itu dan benar itu Raya. Mata Satriya terbelalak karena melihat Raya berpelukan dengan seorang laki-laki yang tampak punggungnya saja.

"Raya?"

Raya juga terbelalak kala melihat Satriya berada di hadapannya dengan raut wajah memerah campuran antara khawatir dan marah. Gadis itu spontan mengurai pelukannya dan menelan salivanya dengan susah payah. "Satriya? Kok lo ada di sini?"

Laki-laki yang baru saja memeluk Raya memutar kepalanya mengikuti arah pandang Raya dan memutar matanya malas. "Ada pecundang ternyata," sindirnya.

Satriya berada dalam kondisi antara lega dan kesal. Lega karena yang dipeluk Raya adalah saudaranya sendiri dan kesal Raya harus akur dengan musuh bebuyutannya.

Tak memedulikan Juan Satriya langsung mendekati Raya dan memegang-megang wajah Raya dengan seenaknya. "Lo kenapa? Lo baik-baik aja kan? Lo gak ninggalin gue kan?"

Raya mengernyitkan kening dan menarik tangan Satriya menjauh dari wajahnya. "Ih, apaan sih? Gue gak apa-apa, Sat...," jawab Raya dengan malas.

Juan juga ikut mendorong tangan Satriya. "Jangan pegang-pegang adik gue!" Sepertinya Juan akan menjadi penghalang hubungan Satriya dan Raya.

Raya memijit pelipisnya yang pening. Baru saja dia baikan dengan Juan harus kembali merenggang karena melihat Satriya dekat dengannya. Untung saja tiba-tiba ponsel Juan berdering dan terpaksa meninggalkan Raya dan Satriya berdua. Akhirnya Raya bisa menghela napas lega.

"Lo, sakit apa sih?" tanya Satriya dengan kekhawatiran yang berlebih.

"Gue gak apa-apa, Sat... Mama gue yang kecelakaan."

Satriya mengerutkan keningnya. "Terus lo di sini ngapain?"

"Tadi mama kehabisan banyak darah dan stok darah O rhesus negatif di PMI habis dan cuma gue yang punya golongan darah serupa sama mama di keluarga gue."

Satriya membelalakkan matanya karena terkejut dengan ucapan Raya. "Ra, lo belum ada sebulan donor darah buat Tante Nayla. Kalau kayak gitu bahaya buat lo, Ra!"

Raya tahu risiko yang akan dia terima jika melakukan donor darah kurang dari satu bulan. Hal itu akan berefek pada kesehatannya sendiri. Tapi untuk saat ini yang terpenting adalah keselamatan mamanya.

Flashback on

Raya yang baru saja sampai di depan gedung olah raga tiba-tiba mendapat panggilan telepon dari Juan.

"Hallo, ada apa, Kak?"

"Tante Nadia kecelakaan. Lo ke rumah sakit sekarang!"

Bagaikan tersambar petir di siang bolong Raya langsung diam mematung. Pasokan oksigen dan aliran dalam jantungnya seolah berhenti. Untung saja gadis itu masih kuat menopang dirinya sendiri dan menggenggam ponselnya kuat.

Ketika sampai di rumah sakit Raya langsung berlari menghampiri Dimas dan Juan yang berbicara dengan dokter.

"Bu Nadia kehabisan banyak darah dan kami kehabisan stok darah O rhesus negatif. Apakah dari pihak keluarga ada yang memiliki golongan darah yang serupa?"

SAGARA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang