37. Metamorfosa

557 90 0
                                    

"Ulat dan manusia yang berproses itu sama. Dia terlihat menjijikkan. Namun, ketika bermetamorfosa menjadi kupu-kupu semua orang akan mengejarnya."

🍂

"Om, gimana keadaan Aurel?"

"Untung saja anak saya sudah sadar. Kalau saja ada apa-apa dengannya saya pastikan kamu tidak akan selamat."

Raya menundukkan kepalanya merasa bersalah di hadapan Ayah Aurel. Wajah tegas pria itu mampu menusuk relung hatinya. "Maaf, Om," Raya memohon dengan memelas.

"Anak saya ingin bicara denganmu. Masuklah dan jangan membuat ulah," ujar Ayah Aurel dengan dingin.

Dengan terbata-bata Raya memasuki kamar rawat Aurel yang berkelas VVIP. Semua fasilitas terbaik ada di dalam. Jauh dengan kamar mamanya yang hanya tersedia tempat tidur pasien dan perlengkapan seadanya.

"Aurel?" Dilihatnya Aurel sedang menatap langit-langit kamar dengan tatapan kosong. Mendengar Raya menyapanya di ambang pintu Aurel mengerjapkan mata untuk menghalau sesuatu yang baru saja dia pikirkan. "Eh, Raya? sini deh ada yang mau aku bicarain sama kamu."

Perlahan Raya mendekati Aurel dan duduk di kursi sebelahnya. "Gimana kondisi kamu, Rel? Maaf ya, gara-gara aku kamu jadi celaka."

Aurel tersenyum. "Bukan salah kamu, Raya... justru aku mau minta maaf karena udah buat kamu dimarahi Papa."

"Papa kamu hanya khawatir sama kamu, Rel... wajar kalau dia marah."

"Iya, Papa memang over protektif sama aku, terlebih setelah Mama meninggal lima tahun yang lalu." Mendengar Aurel memabahas tentang mamanya membuat Raya teringat juga dengan mamanya yang sedang sakit. Gadis itu tak bisa membayangkan bagaimana hidupnya tanpa seorang ibu. Setidaknya sekarang dia lega, Tuhan masih membiarkannya merasakan memiliki seorang ibu meskipun tanpa kasih sayang.

"Boleh aku tahu kamu sakit apa?"

"Aku akan kasih tahu kamu. Tapi, kamu mau janji sama aku, gak?" jawab Aurel dengan terus memasang senyumannya.

Raya menaikkan alisnya. "Untuk?"

"Untuk gak bilang siapa-siapa tentang keadaanku, temasuk ke Satriya."

Ucapan Aurel membuat Raya mengernyit. "Kalau Kak Juan tahu?"

"Kak Juan?" Aurel nampak sedikit berpikir lantas beberapa detik kemudian seperti teringat sesuatu. "Oh, Juan? Iya, Juan tahu." Raya mengangguk paham. Tentu saja Juan tahu, Juanlah yang menjadi pacar Aurel sekarang dan bukan Satriya.

"Tapi kenapa Satriya gak boleh tahu?"

Aurel terdiam lama lantas mengulas senyum tipis. "Emmm... Aku mohon ya, Raya? aku percaya sama kamu," ujarnya sembari memegang tangan Raya dengan tatapan memelas.

Raya mendengus pasrah dan mengiyakan permintaan Aurel.

"Dari kecil aku menderita penyakit kelainan katup jantung. Dan beginilah keadaanku sekarang. Hidupku tinggal menunggu hari."

Raya tercengang mendengarnya. Gadis semuda Aurel harus mengalami penyakit seserius itu. "Pasti sakit banget ya, Rel?"

Lagi-lagi Aurel tersenyum melukis goresan indah di bibirnya. "Sakit sih pasti, tapi aku yakin Tuhan punya rencana yang indah. Tuhan akan menghapus semua dosa yang pernah aku lakukan melalui sakit ini."

Jujur saja Raya dibuat iri oleh gadis di hadapannya. Bukan hanya cantik dan kaya, Aurel punya hati yang mulia. Secara keseluruhan tidak ada cacat yang dilihat Raya dari Aurel. Tapi kenapa harus meninggalkan Satriya demi seorang Juan yang hidupnya tidak karuan. Pasti ada alasan yang kuat mendasari keputusan Aurel.

SAGARA (End)Where stories live. Discover now