Mémoire : 43. Unpredictable

19K 1.9K 422
                                    

Setelah terbentur oleh kaca mobil, dilanjutkan dengan tubuhnya yang berputar di bagian atas mobil, dan berakhir terdampar di atas aspal yang dingin. Lisa merasa semuanya senyap sejenak. Hingga akhirnya meringis merasakan perih di beberapa bagian tubuhnya.

"Lisa-ya, gwenchana?" Jisoo bertanya dengan wajah panik bukan main. Bahkan dia tak sadar telah menitihkan air matanya.

"Ssshh~ Aku tak apa, Unnie."

Lisa beranjak duduk dibantu oleh Jisoo. Sulung Kim itu setidaknya bersyukur karena mobil yang menabrak Lisa adalah mobil tipe sedan. Lajunya juga tak kencang. Entah apa jadinya jika mobil itu melaju dengan kekuatan tinggi. Mungkin Jisoo sudah histeris.

"Kau tak apa, Nona? Aku benar-benar minta maaf." Pengemudi mobil itu turun dan duduk di dekat Lisa dan Jisoo. Meminta maaf dengan raut yang amat bersalah.

"Adikku yang salah, Paman. Dia menyebrang tanpa melihat sekitar." Lisa mengangguki ucapan Jisoo. Lisa benar-benar lupa tentang hal itu.

"Bagaimana jika aku membawamu ke rumah sakit?" tawar lelaki itu yang langsung mendapat gelengan dari Lisa.

"Aku hanya mengalami lecet, Paman. Aku tak apa-apa."

Lisa berusaha untuk berdiri, dibantu oleh Jisoo dan pria asing itu. Hari pertamanya untuk menghirup udara segar setelah satu bulan lamanya, kini hancur seketika. Lisa pasti tak akan mendapat izinnya kembali untuk keluar rumah jika begini.

"Aku benar-benar minta maaf, Paman." Lisa membungkuk 90 derajat. Lalu mengajak Jisoo untuk kembali memasuki mobil.

Dan dugaan Lisa sungguh tepat. Sesampainya di dalam mobil sang kakak, Jisoo benar-benar tampak ingin menerkamnya saat ini juga. Tatapan gadis berambut cokelat utu sangat menyeramkan.

"Sudah Unnie bilang untuk menunggu di dalam mobil. Kenapa kau keluar?" Tekan Jisoo tegas. Sulung Kim itu tentu saja marah. Lisa sudah membuat jantungnya hampir copot. Bahkan detakannya sampai sekarang masih saja kencang. Membayangkan tubuh adiknya yang terbentur oleh mobil tadi.

"Aku lupa. Maaf, Unnie."

Jisoo menghembuskan napas kasar.
"Lalu, mengapa kau menyebrang ketika lampu lalu lintas masih berwarna hijau? Kau ingin bunuh diri?"

"Aku... Juga melupakan hal itu, Unnie." Jawab Lisa gugup. Nyatanya dia benar-benar lupa tentang aturan lalu lintas itu.

Tak bisa mengatakan apa pun lagi setelah mendengar alasan Lisa, Jisoo memilih meraih kotak P3K di dashboard mobil. Membuka jaket adiknya, dan saat itulah dia melihat banyaknya bekas luka sayatan yang ada di lengan Lisa.

Selama ini, adiknya itu selalu menggunakan baju panjang walau di dalam rumah. Sehingga sampai saat ini Jisoo tak bisa melihat secara langsung hasil dari self harm yang Lisa lakukan. Dan kini, hatinya benar-benar remuk setelah melihatnya secara langsung.

"Unnie?" mendengar teguran Lisa, Jisoo seketia tersentak.

"E-Eoh. Dimana yang sakit?"

Lisa langsung mengangkat kedua siku tangannya. Memperlihatkan luka goresan yang pasti cukup terasa sakit.
"Igeo."

"Ada yang lain?" tanya Jisoo sembari mengobati siku Lisa yang mungkin tergesek oleh aspal. Jika tak menggunakan jaket, Jisoo rasa luka adiknya akan lebih besar.

"Sepertinya kaki kananku terkilir."

Jisoo mengangguk paham.
"Kalau begitu jangan digerakkan. Nanti akan Unnie kompres saat sampai di rumah."

.........

Pukul tujuh malam Jennie baru saja sampai di mansion setelah melakukan check-up rutin di rumah sakit. Dirinya benar-benar terkejut ketika Rosé yang berada di lantai dasar mengatakan jika Lisa baru saja tertabrak mobil.

Mémoire ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang