Mémoire : 19. Address

12.9K 1.8K 443
                                    

Sepertinya, sampai sekarang tak ada yang menyadari kepergian Lisa dari mansion. Terbukti karena ponselnya sampai saat ini tak menampilkan panggilan atau pesan dari anggota keluarganya. Maka dari itu, Lisa harus segera sampai di mansion.

Merasa cukup bosan dengan perjalanan pulangnya, Lisa berniat untuk menyalakan radio yang ada di mobilnya sembari menginjal pedal gas ketika lampu lalu lintas berubah menjadi warna hijau.

Tapi mendadak Lisa merasa bingung dengan jalan yang dilewatinya. Dia seperti belum pernah melewati jalan itu sebelumnya. Atau... Dia lupa? Yang pasti, Lisa cukup kebingungan. Seakan jalanan itu sangat asing di matanya.

"Kenapa aku mendadak lupa dengan jalan pulang?"

Gadis berambut hitam itu memilih menepikan mobilnya. Memukul kepalanya berkali-kali, berharap dia kembali ingat dengan jalan pulang ke rumahnya. Tapi semua itu percuma. Tak ada sama sekali yang Lisa ingat mengenai arah kemana dia harus pergi untuk sampai di mansion.

"Tenang, Lisa-ya. Kau bisa menggunakan Maps." Gumam Lisa sembari meraih ponselnya. Membuka aplikasi Maps. Namun jari-jarinya menggantung kaku ketika dia tidak tahu apa yang harus di ketik pada layar ponsel itu.

"Alamat rumahku... Apa?"

Lisa bergerak gelisah. Dia benar-benar merasa bodoh mendadak. Memandang gusar ke sekitarnya yang tampak sangat ramai dengan manusia. Hal itu justru membuat kepala Lisa berdenyut.

Gadis itu mulai ketakutan. Menggigit kukunya dengan air mata yang mulai mengalir. Di kepalanya kini benar-benar tak ada solusi yang muncul. Seakan dia sedang tersesat di tempat yang begitu asing dan menyeramkan.

Sampai ketika ponselnya tiba-tiba berbunyi dengan nyaring, Lisa sempat tersentak kaget. Dia menatap ponsel yang ada di tangannya itu dengan takut. Karena kini nama Rosé yang ada disana.

Sekarang, Lisa tidak punya pilihan lain. Dia harus menerima panggilan itu jika ingin sampai di rumah. Karena bertanya pada orang disekitarnya pun akan percuma. Lisa benar-benar tak mengingat alamat rumahnya.

"Tenangkan dirimu, Lisa-ya." Berkali-kali Lisa menghela napas, hingga akhirnya berhasil menerima panggilan dari kakak ketiganya itu.

"Ya! Kau dimana? Jisoo Unnie bilang kau tidak ada di mansion!" Mendengar pekikan Rosé, Lisa hanya bisa menelan salivanya susah payah. Kemarahan kakaknya itu cukup mengerikan.

"Ya! Jawab! Kau ingin mati?"

"A-Aku... Tidak tau." Jawab Lisa terbata.

"Mwo?" nada suara Rosé mulai merendah. Namun Lisa tahu jika kakaknya itu sekarang sedang di landa kebingungan. Karena sangat mustahil bila Lisa tak tahu keberadaan dirinya sendiri sekarang. Di antara keempat gadis Kim, Lisa lah yang sering mengelilingi Korea Selatan.

"Aku tidak tahu ini dimana. Bisakah kau kirimkan alamat rumah kita, Unnie?"

Rasanya, Lisa sudah tidak peduli lagi jika Rosé akan berpikir yang tidak-tidak mengenai Lisa. Dia sungguh tak ingin berdiam diri di dalam mobilnya sampai pagi.

"Kau lupa alamat rumah kita? Kau serius, Lisa-ya?" Lisa sudah menduga jika kakaknya akan terkejut. Jangankan Rosé, dirinya saja sangat terkejut karena lupa dengan alamat sendiri.

"Hm. Bisakah kau kirimkan alamatnya melalui pesan?"

Lisa mengerjitkan dahinya bingung karena kakaknya tampak terdiam cukup lama. Entah apa yang sedang kakaknya lakukan, Lisa hanya bisa menunggunya.

"Kau bisa kirimkan lokasimu sekarang? Aku yang akan menghampirimu."

"Baiklah." Jawab Lisa singkat. Lagi pula, dengan Rosé menghampirinya akan lebih baik. Kepalanya mendadak pusing, dan Lisa tak yakin bisa berkonsentrasi dengan baik ketika menyetir nanti.

Mémoire ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang