Mémoire : 10. Hurt

15.1K 1.8K 439
                                    

Sebuah keberhasilan memang akan membuat kebahagiaan muncul dengan sendirinya. Walau Lisa sudah menahannya, senyum itu tak bisa menghilang dari bibirnya. Keluar dari mobil putih itu, dia segera berjalan tergesa memasuki mansion.

Tidak bisa dia bayangkan, bagaimana senangnya ketiga gadis yang sudah menunggunya sedari tadi. Lisa memang sengaja tidak memberitahu mereka perihal kemenangannya ini walau mereka terus menerornya melalui pesan maupun panggilan telepon.

Lisa hanya ingin memberi kejutan untuk kakak-kakaknya. Memberitahu secara langsung jika dia sudah berhasil mengalahkan dua ribu sembilan ratus sembilan puluh sembilan peserta lainnya untuk mendapatkan kesempatan meniti karir sebagai koreografer kelas dunia.

"Kim Lisa!"

Langkah Lisa yang riang seketika terhenti saat mendengar bentakan yang memekakan telinga itu. Perlahan dia mencoba untuk menatap sang Ayah yang kini berjalan ke arahnya dengan langkah lebar.

"Kau tau apa kesalahanmu hari ini?" tanya Hyunbin tajam, setelah berada di hadapan Lisa.

Mendengar pertanyaan Ayahnya itu, Lisa berusaha menelan salivanya yang terasa amat sulit. Lalu melirik piala yang ada di tangannya. Pasti Ayahnya itu telah melihat tayangan kompetisinya di televisi atau media sosial.

"Appa--"

"Lihat hasil ujianmu hari ini! Sangat mengecewakan." Hyunbin menyodorkan selembar kertas putih yang ada di tangannya. Membuat Lisa dengan takut meraih kertas itu. Menatap lembaran soal yang tak ia jawab satu pun.

Selalu, Hyunbin adalah orang pertama yang mengetahui nilai sekolah atau kuliah anak-anaknya ketika selesai melakukan ujian. Hal mudah untuk Hyunbin, karena sekolah dan Universitas yang ditempati keempat anaknya untuk menimba ilmu adalah miliknya.

Hyunbin bisa mengontrol anak-anaknya kapan pun. Dan hal inilah yang menjadi kerugian untuk Lisa. Dia tak akan bisa menyembunyikan nilai buruk sekolahnya dari sang Ayah. Benar-benar sial.

"Bagaimana bisa kau tidak menjawab satu pun soal yang diberikan, Lisa-ya? Ini sangat mudah!" Gertak Hyunbin yang sudah terlalu dikuasa emosi.

"Appa, aku--"

"Pasti karena ini, kan?" Hyunbin tiba-tiba merebut piala yang ada di tangan anaknya ketika baru saja sadar jika itu adalah hadiah atas lomba yang Lisa ikuti tadi.

Kemarahan Hyunbin malam ini seakan tak bisa di tahan lagi. Selain mendapati nilai Lisa yang buruk, dia juga mengetahui bahkan anaknya batu saja mengikuti sebuah kompetisi menari. Dimana hal itu sudah Hyunbin larang sejak lama.

"Sudah Appa bilang kan, untuk tidak menari lagi? Hal tak berguna ini sangat merugikan Appa."

Prang~

Tanpa memikirkan perasaan anaknya, Hyunbin membanting piala berwarna emas itu hingga terbelah menjadi beberapa bagian. Lalu melangkah meninggalkan sang anak bungsu yang mulai menatap nanar hasil kerja kerasnya hari ini.

Perlahan, Lisa mulai berjongkok. Menyentuh setiap bagian piala yang sudah tercecer di atas lantai itu. Dan ketika air matanya tak sengaja jatuh, dia segera menghapusnya.

"Bibi Oh," panggil Lisa pada salah satu maid di mansion itu yang kini menatapnya sendu dari balik guci besar.

Yang dipanggil pun merasa terkejut. Padahal dia sudah bersembunyi cukup baik. Namun ternyata Lisa masih bisa melihatnya. Membuat dia segera menghampiri sang nona muda dengan ketakutan.

"Bisa tolong kau bereskan ini?" tanya Lisa mulai beranjak berdiri.

"Nde, Nona. Bibi akan memperbaikinya--"

Mémoire ✔Where stories live. Discover now