27 : pra-infantri (2)

70 10 0
                                    


"Aku kakak tiri mu ^^"

"Hah?" Jungkook hanya terbelalak tidak percaya. Somi teh saha? Batin Jungkook.

"Aduh... apa kamu lupa dengan kakak mu ini? Ayolah, pasti kau lelah, ayo kita kembali!" Ucap Somi.

"Kembali kemana?"

"Rumahmu! Kerajaan Selatan!" Kata Somi dengan penuh semangat. Ia langsung menarik lengan Jungkook.

'Sial... cengkramannya kuat..' Jungkook menepis hal itu.

"Dengarkan ini, aku tinggal disini. Kau siapa? Jangan asal langsung menarikku begitu saja." Tukas Jungkook dengan nada dingin. Somi bergidik.

"E-eh... yaaa~ sudahlah, siapa tau nanti kau ingat!" Ucapnya, tanpa basa-basi ia langsung ngeloyor masuk ruang tamu Jungkook dan duduk. Tentu Jungkook juga belajar tentang tata krama dari Lisa. Tersinggung? Tidak. Ia hanya merasa tidak aman sekarang, entah kenapa.

Tiba-tiba terdengar suara telpon dari ponsel Jungkook, Somi langsung mendelik ke telepon itu. Jungkook bergegas mengambil ponselnya.

"Jungkook. Dengarkan aku..." suara lirih itu terdengar samar-samar, seperti rekaman.

"Siapa?" Tanya Somi diatas kursi. Jungkook menggeleng.

"Tolong, permisi." Jungkook menjauh dari Somi dan keluar ruangan.

"Mereka akan mencarimu, aku yakin .. ohok-!"

"Apa kau tidak apa-" Jungkook panik seketika, tapi orang di suara it uterus berbicara.

"... sudah terlalu banyak percobaan, mungkin aku selanjutnya..." Ucapnya dengan suara yang mulai serak.

" (hei, hentikan pembicaraanmu.) Tidak... aku tidak akan memberikannya-" Dia terdengar seperti sedang melawan sesuatu. Jungkook hanya terdiam mendengarkannya.

"Haish... apa ini panggilan iseng?" Ucapnya sambil menautkan alis.

"AKU TIDAK BERCANDA-! Dengarkan ini-! Jungkook ... agh-!" Ada bunyi hujaman, lalu terdengar suara wanita muntah. Langsung saja Jungkook pasang kuping.

"Hari ini 7 Agustus,.... 20XX... mungkin pesan ini akan sampai dalam waktu.. ugh... kira-kira 8 hari... baru akan sampai.. hahaha... aku ingin sekali mendengar suaramu... tapi tampaknya tidak akan ke-sampaian, cukup mereka yang seharusnya menanggung kebencian ini. Bahkan aku sendiri pun... (BANYAK BICARA-!)" Jungkook berdebar-debar mendengarkan ucapan wanita ini, yang tiba-tiba disambut dengan seru-an dari suara bass seseorang. 7 Agustus itu sekitar 2 minggu lalu, kenapa rekaman ini terlambat datang?

JRAAAT-!

Suara lengkingan kesakitan terdengar teramat keras. Jungkook menjauhkan teleponnya dari telinganya. Apa yang ....

"Jung... kook... ahaha... aku .. tidak apa kok... aku tau kau punya banyak teman sekarang. Maaf telah membebanimu... maaf aku pergi dari tanggung jawab ini... dan memberatkannya darimu.. hiks... " Suara panggilan hanya sampai situ. Lalu hanya terdengar bunyi ketukan.

"Dengarkan ini... hitung ..." Perintahnya sambil berbisik. Jungkook menyiapkan catatan ia langsung menghitung semuanya. Lalu disaat saat akhir dia berucap.

"Hidup Alvarez... hidup keturunan merah..."

TRIIIIIIIIIIIIIING-!

Bunyi deringan itu seolah menusuk telinga yang mendengarnya. Jungkook menaruh ponselnya diatas meja. Somi tiba-tiba datang.

"Ada apa, dek?" Tanyanya. Dia terusik dengan suara deringan itu tadi.

"... Jungkook?" Somi berusaha mengelus rambut saudara tirinya ini.

HE IS LIFE (end)Where stories live. Discover now