25 : secret short story

80 13 0
                                    


(masih berada di chapter selanjutnya, flashback milik Sehun)

[In Character of Sehun]

"Permisi... Permisi..." Aku mendekat menuju arah kejadian, semburat darah di persimpangan dekat sekolah, segera berlari mendekati kecelakaan itu. Kerumunan mulai dari ibu sampai bapak ada untuk menolongnya, pasti sangat buruk! Aku tidak tahan melihat semua ini, semua darah ini.

Bruk-!

Aku berhenti, tubuhku tersungkur dengan sengaja dengan kedua tanganku sebagai penumpu, kepalaku tertunduk. Aku... aku trauma dengan semua ini! Ibuku meninggal karena kecelakaan! Aku tidak.. aku tidak bisa-

"Hiks... Hiks..." Samar-samar aku mendengar ada suara tangisan, kepalaku berputar menatapnya, gadis yang terluka! Dengan sisa kesadaranku, aku mendekati gadis itu.

"Kenapa? Kamu siapa?" Ku elus perlahan surai pirang itu. Dia masih menangis, tidak ada yang mau mendekatinya. Semua tertuju pada kecelakaan saja, aku pernah mengalami hal serupa, loneliness. Itu berat.

"?!" Gadis itu terkejut ketika aku menarik tangannya. Aku tidak tau kenapa, otakku menyeretku seenaknya. Hatiku perih, kucoba untuk tidak melihat ke bawah-bersimbah darah, air merah itu hanya membuat sebuah garis besar melintang sampai ke kecelakaan, bangkai mobil berada diantaranya, sepertinya tubuh korban itu terhempas.

Setelah aku menemukan tempat sepi, aku segera menarik rahang anak itu. Lalu menatapnya dengan serius.

"Kamu ini siapa?!" Seruku. Gadis terluka itu hanya terdiam, sorot mata sesaat menunjukkan rasa takut. Apa aku kelepasan?

Aku lupa, pasti dia perlu perhatian, atau ketenangan...

Perlahan aku peluk anak ini, ku benamkan kepalanya di dekat rusukku. Semoga ia tidak mendengar degupan jantungku yang masih berguncang. Emosiku bergejolak.

".... Huuuu... huuuu...." Sayup-sayup suara rengekan halus terdengar di telingaku, bisa kurasakan air mata gadis itu menembus kemeja putihku, ia menangis tanpa suara. Gerak kepalan tanganku perlahan meraih kepalanya, kemudian menepuknya.

Setelah sedikit sadar, jelas aku menemukan kejanggalan. Tapi...kurasa itu bukan masalah yang perlu kupikirkan sekarang.

"Sudah... sudah bisa bicara?" Tanyaku. Ia hanya terdiam sambil sedikit terisak, matanya sangat sembab.

"Kenapa kau disini? Aku belum pernah melihatmu... bahkan kau pakai baju SMP..." Dia hanya terdiam sambil menunduk saat aku menanyainya.

"Sehun!" Charmelia tiba-tiba datang memanggilku, anak perempuan ini membawa tas tentengan.

"Ah... anu... ini milikmu." Dia memberikan tas itu kepadaku, segera aku berbalik ke arahnya dan menerimanya.

"Oh.. makasih ya.. ini apa?" Tanyaku, Charmel malah menggeleng.

"Itu dari bapak (sebutan ayahku di sekolah ini), dia menyuruhku membawakannya padamu." Jelasnya. Aku menatap ta situ, kubuka perlahan... hanya sebuah bekal kosong dan beberapa buku, ini pasti barang bawaannya, dia selalu over flowing, barang yang dibawanya banyak, aku tidak tau dan tidak mau tau apa isi dari ta situ.

"Eh? Kok dia lari?" Tanya Carmel, aku menengok kebelakang, lha... anak itu kok sudah menghilang? Dia padahal belum menjawab pertanyaanku!

"Aduh... maaf ya Sehun, itu siapa? Apa perlu kukejar?" Carmel memasang kedua tangannya seperti hendak berlari, aku merentangkan tangan kiriku, lalu menggeleng.

"Nggak usah, males." Rasa penasaranku ini lenyap seketika, emosiku sedikit menurun, matahari sudah menyelam ke barat, sudah agak gelap, anak itu harus pulang, kan? Begitu juga denganku.

"Makasih sekali lagi. Duluan." Berjalan dengan perlahan, lalu mengayunkan tanganku,aku pergi meninggalkan tempat itu.

Kemana gadis tadi? Ayah dimana sih? Apa aku harus kembali ke tempat tadi?

No Question, langsung saja kakiku bergerak menuju arah yang di tuju. Situasi masih agak ramai, tapi tidak seramai tadi.

Ditengah perjalanan, pikiranku memutar memori tentang kematian ibuku. Itu menyakitkan, tapi lukanya seperti sudah hilang.

"Sehun!" Panggil ayah dengan tegas. Aku terbelalak kaget. Dia mengajakku masuk mobil lalu pulang dengan kecepatan tinggi.

Out of past story

Setelah itu ayah mengirim Lisa 2 tahun setelah aku diterima sebagai siswa disana. Dia kelewat polos, aku sampai tidak mengerti kenapa dia tiba-tiba berubah begitu dingin setelah ayahku menikahi ibunya. Mungkin karena aku tidak diperbolehkan bertemu dengan dirinya sebagai keluarga, dia tidak menyadari kalau aku kini adalah kakak tirinya. Bukan ironis, kurasa taka pa jika hubungan kami ini jatuhnya adik kakak, tapi semua orang di sekolah menganggap kami pasangan. Jadi setelah aku meninggalkan sekolah, aku memutuskan mencari pasangan meski aku tidak mencintainya.

Bunyi deringan dari telefonku yang berasal dari orang yang kujadikan 'batu pijakan' rumor itu menelponku, aku meremas rambutku. Lelah.

"Haah... merepotkan."

Lisa tengah terdiam melihat teman barunya itu, Jungkook tengah bermain dengan hewan peliharaanya. Lisa menatap dengan penuh rasa bingung. Jungkook itu punya sekotak penuh pria idamannya, namun juga menyimpan segudang bahaya. Dan ia hanya gadis biasa yang tiba-tiba kejatohan cowo gada akhlak-

Ehm... maksudnya, cowo ngga ada perilaku baik, dia hanya seperti anak kecil belum belajar.

"Lisa, ayo belajar!" Ucap Jungkook. Lisa terbuyar dari lamunannya.

"Ehh... kenapa lihat kesini? Apa... ada yang salah?" Tanya Jungkook dengan melihat ke kanan-kiri. Lisa menggeleng sambil terkekeh.

"Gak, ayo masuk ke ruang belajar^^"

',',',',',',',',',',',',',',',',',',',',',',',',',',',',',',',',',',',

Aaaaaah :< udah berapa hari aku gak uuuuuuup!!! >:(

hikseu... maaf semua... kesibukan tidak bisa dihindari... maap juga jadi pendek gini kek jari kelingkingku-

besok up lagi setuju?

[9/17/2020.6:45PM_Lia]

HE IS LIFE (end)जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें